Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 13

Aku memandangnya sesaat kearahnya dan menyelami mata indahnya yang terbuka. Aku tersenyum sejenak dengar pertanyaannya dan berdiri dengan batreiku masih meregang ngaceng. Berjalan kearah bak tandon air dan mengambil timba air, kucelupkan timba dan mendayung serta aku siramkan kekepalaku dan mengalir turun membasahi seluruh tubuhku. Sri bangkit dari lantai dan memelukku dari belakang, tonjolan buah dadanya terasa lembut dipunggungku. Tangannya menggapai depan selangkanganku dan menggenggam batreiku yang masih keras. Di genggam dengan gemas sambil berseru lirih “Eeeeeemmmmmmmmmmmm aku mau hisap lagi batreiku ini” serunya sambil memeluk aku. Gesekan dadanya dipunggungku semakin menekan kedalam dan terasa kenyal. 

Aku terpancing dengan aksi atas dan bawahnya. Kuhentikan gayungku dan kuhadapi mahluk yang bernama Sri ini dengan sebuah kecupan dibibirnya. Aku telusuri sengkalan bibir bawah dan atas nya dan lepas menuju seluruh pipi. Pipi kirinya kujilat lagi dan tampaknya dia menikmati sungguh sungguh setiap belaian lidahku. 

“Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh mas……… kamu benar benar lihai menyenangkan wanita” Tangannya menjepit batreiku. Dia tarik batreiku untuk mendekat kearah selangkangannya. Dia taruh disana dan jepit dengan kedua pahanya. Perasaan hangat terserap melalui ujung kontholku yang meregang. Ingiiii rasanya mengobrak abrik semua yang ada didalamnya. Kesabaranku hampir sirna oleh emosi dan nafsuku yang sulit dibendung. Bak air bah yang bergelora merampas dan menenggelamkan semua benda yang menghalangi langkahnya. Tapi otak kananku mengontrol kendali diri supaya nafsu tetap terkontrol, emosi tidak lepas. Kehangatan batreiku juga membuat Sri menikmati. 

“Mas……….aku mau cium batreimu” pintanya sambil bergerak turun
“Jangan disini Sri………aku ingin kita melakukan dikamar saja pintaku. Aku ingin bisa langsung tidur nanti kalau sudah kelar.” Jelasku sambil menarik tangannya supaya dia berdiri.. Ayo kita mandi dulu saja supaya kita punya waktu banyak mengekplore diri kita. Aku sabuni tubuhku sedangkan sri membasahi tubuhnya dengan air. Sesaat kemudian dia menoleh meminta sabun yang aku pegang. Aku tidak berikan sabunku kepadanya tapi aku taruh sabun kedadanya dan menyabuni tubuhnya yang telanjang. Tanganku berputar putar mengelilingi dadanya. Nafsuku menggelegak ingin dipuaskan sedangkan batang batreiku masih mengacung keras keatas. Tangannya kembali meraih batangku dengan lembut. 

“Massss hangatnya batreimu……………aku suka sekalii kalau menempel disiniku seperti tadi. Rasanya hangat gitu dan membuat nikmat kalau menyenggol klitorisku” katanya
Aku teruskan gerakan tanganku kebelakang dan melumuri seluruh badannya dengan busa sabun yang ada ditanganku. Kepunggungnya dan pinggul terus kepinggang bawah dan pantatnya yang tebal terus turun kebawah. Wajahku menghadap ke daerah segitiganya lagi. Aku dekatkan kearah magnet berbentuk segitiga aneh dan kujulurkan lidahku. Dia mundur untuk menghindari jilatanku tapi tanganku yang memegang pantatnya tidak tinggal dia. Kudorong maju pantatnya dan bibirku bertengger diantara daun daun rambut jembut yang subur. 


“Massssssss…….. aku geli ahahhhhhhh katanya mau cepat mandinya” diantara erangnya.
Dia menarik kepalaku keatas dan aku pagut lagi tubuhnya. Kuberikan sabun ditanganku kepadanya dan dia gantian menyabuni seluruh permukaan tubuhku. Aku menggelinjang geli pada saat dia menyentuh bagian pinggang dan bagian bawah pusarku. 
“Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhh sriiii ………” teriakku
“Ooohhhhhhh jadi disini ya tingkat kelemahanmu, awas aku hajar nanti sampai KO” dia mengancam.
Tangannya menggoyang goyangkan kepala penisku dengan busa sabun ditangannya. Tangannya terasa licin dan penuh kenikmatan. Tawaran yang sangat menggoda bila tidak diteruskan.

“Ooooooooooooohhhhh sri………..tanganmu berlistrik rasanya” teriakku
“Begini ya mas………….?” Katanya sambil mengocok penisku maju mundur dengan penuh menggoda. Spermaku hampir saja lepas kalau aku tidak segera menghentikan tangannya. Wajahnya memandang aku seolah olah ingin mengatahui effect dari setiap gerakan tangannya. Dia tersenyum dengan penuh nafsu, seolah olah kemengan dan kendali ada ditangannya.
“Ayoooo cepat sriii kita masuk kekamar” kataku setelah kita berbilas. Aku gunakan handukku untuk menutupi batreiku tapi tangannya segera merebut handukku dan dengan telanjang pula dia berjalan kearah tangga turun. Aku melangkah menuruni tangga putar dengan pelan pelan dan kusempatkan untuk berhenti sejenak menoleh kebelakang. 
Kakinya yang jenjang nampak anggun melangkahi undakan turun dengan paha yang penuh. Aku ingin mengecupnya, ingat pertama kali ketika dia meminta aku untuk melakukannya dilantai bawah. Aku terus turun dan menuju kekamarku. Aku tarik dia sambil mendekap tubuhnya. Aku tutup kamarku yang sudah rapi dengan kasur pegas baru yang dibelikan Mas Jaya. Nampak lebih rapi dan tebal. Aku tidurkan dia diatas dan aku tengkurapkan badanya. Aku kecup disini sana bagian tubuhnya. Mulai punggungnya dan turun kepinggangnya. Pinggulnya mempunyai daging penuh sehingga kelihatan sangat merangsang untuk dijamah. Aku telusuri dengan lidahku dan terus turun bagian atas pantatnya. Mulutnya mencerca dengan kata kata “aaaaaaaaaah maaaaaassss, ooooooohhh enak mas. Teruskan masssssss jangan berhenti sampai disitu saja. Bulu bulu kecil halus dibagian itu berdiri dan bereaksi atas tindakan yang aku berikan. Belahan pantatnya tidak luput dari sergapan lidahku. 

“Mmaasssssss aduhhhhhhhhh masssssssssss kenapa enak sekali.” Dia menggoyang pantatnya. Aku beranikan diri untuk memegang pantatnya dengan maksud membelahnya tapi tangannya melarangku. Jangan pegang mas…………..aku tidak mau kau masukkan jarimu kesana.” Pintanya kepadaku.
“Aku janji tidak masukkan jariku kesitu” jawabku
“Masssssss polie ngga bisa dipercaya” katanya
“Duuuh maaf, aku tadi sangat terobsesi” timpalku sekenanya. “Untuk yang satu ini aku tdak akan nekad sri. Percayalah” jawabku menenangkan. 
Kembali jariku meraih bongkahan pantatnya yang tebal dan membuka belahannya.

Aku melihat dengan dekat warna kulit kecoklatan yang mewarnai pinggir lubang anus dan tersambung dekat dengan warna di sekitar vaginanya. Bayangan obsesi yang pernah aku punyai untuk melihat benda apa didalam sana membuatku ingin membuka lebih lebar. Aku tidak tekan tanganku untuk membuka kedua pahanya melainkan lidahku yang mengerjakan seluruh pekerjaan untuk membuat pahanya merenggang. Aku sapu kulit pantatnya dengan ujung lidahku. Dia goyang kegelian nikmat kemudian aku arahkan kebagian paha dalamnya dan dia merenggang sedikit memberikas akses untuk mengexplore lebih dalam disertai terdengarnya moaning kecil dari mulutnya. 

“Oooooooohhhh” dia mengerang enak. Lidahku semakin liar menjalar kesana kemari dan tidak berhenti disatu tempat. Erangnya semakin menjadi dan keras, paha dan pantatnya dia goyang goyang entah menghindari atau ingin mengarahkan lidahku kemana dan bagian mana yang harus di jilat. 
“Aaaaaaaaaaaaaahhhh mas!!” katanya
“Enak Sri………?tanyaku ingin tahu
“Aaaaaaaaaaahhhh iyaaaa mas” erangnya sambil menjawab

Aku putar lidahku dan melintasi jepitan diantara dua pahanya. Cairan asin sudah mulai terasa lagi dan aku berhenti sejenak saat aku menemukan sebuah tahi lalat dibagian kiri bibir bawah vaginanya. Aku jilat jilat bagian itu dan cairan itu lengket diujung lidahku. Sri menggoyang goyang pantatnya tanpa henti sambil sesekali terdengar suara “ooooooooooo yaaaa” aku semakin menggila dengan kesempatan yang dia berikan. 

“Mas ………………sudah mas, ayo naik tindihin aku.” Pintanya
Aku menaiki badannya yang masih tengkurap dan meletakkan Batreiku diantara dua pahanya yang tertutup rapat. 
“Buka dikit dong Sri………supaya kamu bisa jepit” kataku
Dia renggangkan pahanya sedikit terbuka dan aku taruh batreiku kedalamnya.
“Ma…….aaaaaas jangan di lobangnya” katannya sambil menggoyangkan pantatnya untuk menghindari batreiku.
“Aku tidak tahu Sri………..kamu harus kasih tahu kalau memang kamu tidak mau” supaya aku bisa hentikan

Dia diam saja dan aku kembali taruh batreiku dan tenggelamkan diantara dua pahanya. Ternyata ada jarak yang cukup lebar antara pantat dan vagina. Sehingga ada ruang jepitan yang membuat terasa nikmat saat batreiku terjepit diantara jepitan itu. Entah aku sadar atau tidak dengan goyangan yang tidak pernah berhenti aku terus maju mundurkan batreiku. Perasaan nikmat menjalari sluruh bagian penisku seperti dijepit jepit benda yang lunak. Cairan dari vagina dan mulut penisku memberi pelumas yang sangat membantu nikmatnya permainan. Lidahku menjulur sambil menciumi telinganya, Sri juga menikmati permainan. 

“Ooooooooooohh mas…….. aku ngga mau berhenti” dia terus melenguh. Kadang kadang wajahnya berpaling kebelakang menengok expressi wajahku. Aku kulum bibirnya dengan posisi yang sedikit sulit. 

“Ooooooooooooh sri, ini enak sekali” kataku. “Apakah ini masuk ke Vaginamu Sri” tanyaku ingin tahu
“Tidak mas, sedikit lagi sudah didepan bibir nya” jawabnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar