Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 15

Seperti cewek yang berhari hari tidak mendapat jatah, dia terus memperlakukan aku dengan penuh nafsu. Aku berusaha mengimbanginya, aku tarik baju kaosnya dan memasukkan tanganku kedalam dan meraih pengait BH dipunggungnya. Aku tidak menemukan yang kucari. 

Tiba tiba dia berhenti, “Mas pengaitnya ada didepan” katanya memberitahuku
“Aah huh?” heranku

“Ngga tahu ya kalau BH ada yang pengaitnya berada didepan” katanya sambil menyibakkan kaos bagian depan. Dan terpampanglah dua onggok daging tebal berbalut cup BH didepan mata. 

“Biar aku yang buka Sri…………..”kataku ketika melihat teteqnya tak berkedip. 
Aku sangat menyukai teteqnya Sri………..pertama karena ini adalah teteq pertama yang aku pernah pegang dan ciumi dan satu satunya yang ada dan siap setiap saat kala diperlukan. Bentuknya indah dan menyenangkan untuk digeryangi. 

Sri tidak keberatan bila aku memegangnya atau meremasnya mungkin merasa diperhatikan atau memang dia suka terangsang kalau aku memeganginya. 

“Mas minum susuku dulu ya” katanya sambil menyodorkan teteqnya. 
Aku majukan bibirku dan meraih teteqnya dengan ujung bibirku, aku kenyot ujung putingnya dan lidahku menyapu seluruh areolanya. Dia menggelinjang dan mulai meraung raung “Oooooooooooohh massssss enaaaaakkk” 

Tangan kananku menggosok dan mengelus bagian pinggir teteqnya sehingga dia bertambah high. Aku ciumi terus teteqnya dan kadang kadang menggigit ujung putingnya.

“Oooooooohoohhhh mas……….jangan keras keras, itu daging hidup” bisiknya
Aku terus lakukan gigitan gigitan kecil kearah putingnya dan tangan kiriku menjalar turun kebagian bawah roknya. Aku angkat keatas rok panjangnya dan memasukkan tanganku diselangkangannya, pahanya merenggang memberiku akses leluasa untuk meraba vaginanya. 

“Ssssssssssss ooooooohhhh” desisnya semakin keras. “Mas enak sekali dibagian depan mas, ya terus disitu” lanjutnya ketika jari telunjukku menempel dibagian atas Vaginanya. Aku raba sambil memutari gundukan itilnya. Lobangnya sudah mulai basah dan jarikupun sudah mulai licin. 

Aku merangsang dua bagian utama tubuhnya sehingga nafsu yang timbul cepat sekali menggelora. Tubuhnya yang tadi berdiri dia rapatkan dan tangannya meraih kepalaku serta menekannya kearah teteqnya. Aku hampir tidak bisa bernafas karena gundukan dagingnya menyumbat hidungku. 

“Oooooooooooohh aaaaaahhhh masssss,” dia mengerang lagi. Posisinya yang berdiri berubah merunduk, pahanya menjepit tanganku yang tersimpan disana. Dia bungkukkan tubuhnya seolah olah sedang menahan sesuatu yang akan keluar dari vaginanya.

“Ooooooohhhhhh massss, aku tidak kuat, enak sekali mas………tanganmu jangan kau lepas dulu mas……..” desisnya..

Jariku sudah penuh dengan cairan vaginanya yang menggenang, tubuhnya lunglai lemas. Aku dudukkan dia diatas tumpukan kerdus barang dan aku merasakan kelegaan yang dia rasakan” 

“Terima kasih ya mas…” bisiknya sambil menempelkan bibirnya ketelingaku. “Nanti malam gantian aku yang memuaskan Mas Polie” lanjutnya.

Aku menggelinjang kuat karena bibir basahnya menggesek daun telingaku. 
“Janji ya, gantian kamu yang servis aku ya” bujukku
Sri menggelengkan kepalanya sambil beucap “Mas juga servis aku duluan tapi” 
“Haaaah sama juga bohong ……………Sri?” kataku sambil cubit putingnya.
“Aduh, awas ya nanti gantian Batreimu yang aku cubit” ancamnya
“Aku tunggu deh ancamanmu” elakku

Aku berjalan keluar dari belakang lemari dan melihat pasar mulai sepi. Aku berjalan kedepan toko dan menengadah. Awan gelap menaungi langit, kulihat jam tanganku dan waktu menunjukkan jam 2.50. Toko hampir tutup dan kurasakan percikan air hujan menitik. “Musim hujan mulai datang” pikirku Waktu begitu cepat berlalu dan aku sudah berada disini hampir 6 bulan. Aku masih harus menunggu lagi kira kira lima bulan untuk bisa mendaftar di perguruan tinggi. 

Aku sudah merencanakan untuk belajar di Surabaya mengambil jurusan matematika di Universitas B**na dulu IKIP P**I di daerah Waru sehingga dekat dengan rumah dan tidak perlu lagi membayar biaya transport yang tinggi. Aku sudah mencari beberapa informasi mengenai jurusan itu. Aku mau jadi pengajar matematika sehingga aku tidak perlu meminta mas Jaya untuk membiayai kuliahku. 

“Mas………….sudah jam 3 sore, waktunya toko tutup mas?” kata Sri mengingatkanku. 
“Iya Sri……….kamu sudah ringkasin semua barang barang?” tanyaku
“Sudah mas………….aku sudah tulis beberapa barang yang habis dan menuliskannya di buku stok?. Mas Polie………….ada barang yang mau dibeli ya? Apa itu “Stud” mas, kok tertulis dibuku stok habis” tanyanya
“Oh ada yang mau pesan katanya mau beli” kataku 
“Obat atau apa sih mas?” tanyanya
“Aku juga kurang tahu Sri………….”kataku “Belum pernah melihatnya” lanjutku
Aku tutup pintu dan menghitung uang. Sri duduk disampingku dengan kepala dipundakku. Aku merasakan sesuatu ada yang akan dia sampaikan. Tidak biasanya Sri begitu sendu dan bermanja meletakkan kepalanya kepundakku.

“Kamu kenapa Sri….? Tanyaku lirih
Dia angkat kepalanya dan memandangku dengan heran. 
“Mas tahu apa yang ada dipikiranku ya” tanyaku dengan senyum
“Aku tidak tahu Srii, tapi aku merasa kamu sedang memikirkan sesuatu. Apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu ada masalah?” kataku ingin tahu

“Tidak mas……….aku hanya rindu dengan rumahku, boleh aku pulang mas nanti kalau mau tahun baru?. Aku ingin ketemu teman temanku dan menghabiskan malam tahun baru disana.” Pintanya
“Boleh saja ………..nanti aku bicara dengan Mas Jaya, berapa lama kamu mau didesa?” tanyaku 
“Tidak tahu mas…………mungkin seminggu atau dua mingguan, kalau boleh?” 
“Loh kenapa lama sekali Sri………dua minggu kan lama sekali kalau tidak ada kamu?” kataku protes.
“Aku juga berpikiran begitu mas, pasti akan terasa lama” tapi aku ngga yakin apa kira kira selama itu. 

“Jadi kamu mau berangkat kapan?” kataku penasaran
“Masih lama toh mas, baiknya sebelum natal saja. Kira kira tanggal 21 december” katanya lagi.

“Ya sudah” kataku kepadanya tapi pikiran dan perasaan akan ditinggalkan membuat situasi semakin sedih ditambah cuaca yang gelap dan hujan turun. 
“Ayo Sri kita keatas, aku mau mandi. Badanku lengket semua dan busuk” kataku setelah selesai menghitung uang.

“Aku berjalan duluan keatas dan dia mengikutiku dibelakangku. Aku bawa uang kekamar dan memasukkannya kedalam laci lemari dan mengambil baju gantiku. Aku keluar dan Sri sudah berada didalam kamar mandi menggantungkan baju dan handuknya. Aku masuk saja dan bilang “Aku mau dimandikan Sri” 

Sri mendekatiku dan mencium pipiku, tangannya meraba kumisku. Kenapa mas tidak cukur hari ini. Kelihatan kasar dan kotor kalau ada kumisnya. 

Aku lepas baju kaosnya dan dia melepaskan celana pendekku. Batreiku sudah tegang reaksi atas apa yang aku lihat dibagian dadanya. Aku meraih BH nya dan aku buka pengaitnya yang ada didepan. Kaitan depan ternyata lebih gampang terbuka. Aku menunduk dan mencium lembut teteqnya. Dia tertawa kegelian, “Mas cukur dulu ya kumisnya” katanya meminta sambil mengambil pisau cukur yang tergantung didinding kamar mandi. Dia serahkan kepadaku. 

“Biar aku yang melakukannya mas” pintanya
“Jangan …………pisaunya baru saja ganti jadi sangat tajam. Bisa bisa bibirku yang kepotong” kataku

Aku mengambil cukuran kumis gillete berpisau ganda dan mengoleskan sabun mandi kebagian kumis dan jenggotku. Aku tarik turun dan memangkasnya. Sri memandangku dengan seksama, tangannya menuruni kearah batreiku yang sudah tegang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar