Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 16

“Mas………..kumis burungnya kok tidak dipangkas” katanya sambil mengelus elus burungku. “Udah panjang loh, sini aku bantu pangkas” 
“Boleh ……………tapi ada syaratnya” kataku
“Apa syaratnya Mas………….”tanyanya
“Kamu boleh pangkas buluku tapi aku juga dibolehkan pangkas bulu vaginamu duluan” kataku.

Dia berjongkok tepat diatas batang batreiku yang berdiri tegak. Lidahnya dia julurkan kebatang bawah dan menuruni batang kuat keras itu sampai kebola ping pong yang menggantung dibawah batreiku’
“Ohhhhhhhhh Sri kamu ngapain disitu” erangku
“Membersihkan karat dari batreimu mas, memang mas ngga merasa kalau batreinya bocor ya?”
Sambil menjilat dan mengecup dibagian depan tubuhnya aku ambil pisau silet yang baru saja aku gunakan untuk memotong kumisku dan rambut rambut yang tumbuh dibagian daguku. Aku menengadah ingin tahu apa yang dia lakukan sesaat dia menikmati pagutan dan kecupan bibirku didaerah sensitivenya. Wajahnya masih menengadah dan mulutnya masih membuat bunyi bunyian mendesis seolah olah seekor ular yang sedang bersiap siap memangsa seekor tikus. 

Aku gerakkan tangan kananku keatas mendekatkan pisau cukur dan menempelkannya dibagian rambut atasnya dan “Cret cret” 
Sri kaget dengan apa yang aku buat. “Mas Polie ngapain?” katanya panic bangun dari kenikmatan yang baru saja dia alami. 
“Aku mau potong rambutmu yang ini Sri……..”kataku menunjuk kearah vaginanya. 
“Aku kaget mas……………kenapa mas tidak bilang bilang” rajuknya
“Aku takut kamu menolak” jawabku sekenanya
“Kalau aku menolak bagaimana” tanyanya memandangku
“Aku akan rayu kamu Sriii………….”jawabku lagi
“Aku mau tahu kenapa mau potong rambutku?” tanyanya lagi
“Aku penasaran dengan itumu Sri……..” kataku sambil mendekatkan wajahku kepahanya lagi

Aku ingin lanjutkan menciumi paha depannya dekat segitiga yang dia jepit ketika tangannya menghalagiku. Aku terus dorong wajahku dan julurkan lidahku mengenai pahanya. “Ohohhhhhhh mas……..erangnya lagi. Pertahanan tangannya melemah dan aku siap mencium lagi. Dia mundur dan aku tidak mau kalah begitu saja. Aku kejar posisinya yang mundur dan wajahku ditahan dengan tangannya. Aku putar kepalaku menghindari pertahannannya dan dia terjepit dia tembok bak mandi. Aku terus maju tangan kiriku mendekap pantatnya dan aku tarik kedepan supaya paha depannya mendekat kemukaku. Sambil menunduk dia tertawa terpingkal pingkal melihat ulahku. Tapi dia kelihatan pasrah begitu saja dan membiarkan wajahku tersembunyi dijepitan kedua pahanya. 

“Ooooooooh masssssss zzzzzzzzz” desisnya memanjang.
Aku semakin beringas dengan respon yang dia kumandangkan. Lidahku menjalar kemana mana dan tak luput bagian rambutnya yang lebat terjamah oleh lidahku yang memanjang. 

“Ooooooooohhhhhhh massssssssss pintar sekali bikin aku high. Aku kenapa mudah sekali jatuh kelidahmu ya” katanya lirih. 
Tangan kananku kembali bergerak aku ambil lagi pisau silet yang aku letakkan di lantai dan menempelkannya dia atas gundukan lemak vaginanya. 

Dia tidak meronta atau bereaksi negative. 
“Biar aku selesaikan mencukurnya Sri…….”katanya lagi
“Jangan mas………. Nanti kalau aku pulang bagiamana?” 
“Bagaimana apa maksudmu?” tanyaku
“Pacarku kalau ingin tahu siapa yang mencukur rambutku bagiamana? Jelasnya 
“O…..o memang dia pernah melihat itumu Sri…….?” Tanyaku padanya
“Aku kawatir saja mas…….siapa tahu nanti kalau aku ketemu terus dia mau melihat seperti mas Polie lakukan sekarang ini bagaimana?’ katanya
“Aku kira rambut yang disini bisa tumbuh cepat” kataku 
Aku gerakkan lagi tanganku untuk melanjutkan tapi pahanya dia rapatkan. 
“Awas Srii jangan banyak gerak, dagingmu nanti kpotong bagaimana” 

Tangan kiriku meraih rambut rambut di atas vaginanya dan tangan kananku kembali bekerja. Aku goreskan turun perlahan lahan. Aku lepaskan tangan kiriku dari belahan pahanya dan meraih sabun mandi lifebuoy yang sering aku pakai. Aku oleskan sabun itu supaya mempermudah pemotongan rambut rambut yang panjang itu. 

“Oooooooohhh mas……..geli Oooooh gosokkanmu mas” teriaknya. Tubuhnya membungkuk dan mendekap kepalaku. 
“Sudah mas ya………….jangan diteruskan. Aku tidak kuat digosok dan dipegang pegang bagian ituku. Mungkin aku mau menstruasi jadi agak peka. 
“Jangan dong Sri……..kan nanggung kalau dihentikan sekarang” bujukku

Aku gerakkan tangan kananku mendorong tubuhnya supaya tegak. Bulu bulu yang tercukur menempel di jepitan pisau silet. Terpaksa aku harus bersihkan dulu dan celupkan lagi keair. Aku oleskan lagi sabun yang ditangan kiriku dan menggosokkan silet kebagian atas dan menuruni berulang ulang. 

“Sriiii, kamu duduk di bibir bak mandi ya…….supaya pemotongannya cepat.” Pintaku
“Duduk bagaimana mas….?” Tanyanya
“Aku berdiri dan mengangkat satu kakinya keatas dan aku melihat lipatan bibir vagina yang jelas. Kulit bersihnya sangat kontras dengan rambut rambut hitam yang tumbuh disana. Bagian lipatan selangkangannya kecoklatan. Bibirnya tebal dan aku ingin sekali mengecup bibir tembemnya. Tapi aku tahan dulu. Aku lanjutkan pemotongan rambut jembutnya dan aku kadang kadang menyenggol clitorisnya dengan sengaja. 

Erangan sering terdengar sesaat aku menyenggolnya “Oooh mas, kenapa kamu suka mengganggu aku?”
“Aku tidak ganggu kamu, aku hanya ingin bersihkan rambutmu yang ini loh tumbuhnya tidak beraturan” jelasku
“Tapi kenapa harus senggol senggol itilku” katanya sambil bertanya
“Mana aku sengaja, yang mana sih” kataku menggodanya “Oooooooh yang ini ya” sambil kupegang sengaja clitorisnya” Oooooooooooooohhhhhhh massssss badannya membungkuk meraih kepalaku dengan erat dia sembunyikan wajahku kebagian dadanya yang kenyal. 
“Awas Sriiii…………bisa kepotong perutmu nanti, aku sedang bawa sebuah silet tajam” peringatku kepadanya.

“Tapi masssss kenapa harus sentuh ituku” tanyanya
“Aku kan tadi sudah bilang kalau aku tidak sengaja, apa aku kurang jelas?” tanya ku
“Ooooohhhhh mas aku mau begituan rasanya, aku ngga tahan. Seluruh memeqku rasanya gatal tapi aku tidak tahu bagian mana yang harus digaruk. Rasanya gatalnya lain lain” jelasnya.

Tiba tiba dia berdiri dan menarik lengan tanganku keatas mengajakku berdiri. 
“Ayo mas tolong berdiri” dan dia menciumku dengan buasnya. Dia tarik batreiku dan dia jepit kedalam jepitan kedua pahanya. 

“Ayo mas digerakkan batreimu, ceepppaaaaat mas” sambil merengek dia gerakkan tubuhnya maju mundur. Palkonku lepas dari jepitannya dan kembali dia pegang dan masukkan kedalam jepitan pahanya dan kembali palkonku terasa hangat. 

“Mas goyangkan pantatmu mas’ dia tekankan pantatku kearahnya sehingga aku merasa menyodok sesuatu. Terasa enak juga dan licin karena masih ada sisa sisa sabun yang menempel dibagian jembutnya. Aku menikmati keadaan yang sangat erotik itu dengan gerakan gerakan semakin lembut. Posisinya yang berdiri tidak membuatku leluasa untuk menggerakkan pantatku maju mundur karena penisku tidak bisa terjepit rapat. 

“Kamu duduk dibibir bak mandi Sri…..sebelah sini” tunjukku dan menepuk bagian bibir bak mandi dimana dia bisa duduk. “Renggangkan pahamu sedikit supaya aku bisa lelbih leluasa” kataku

“Tapi bagaimana nanti kalau masuk mas?’ katanya mengingatkanku.
“Aku jaga supaya tidak masuk Sri, aku kan sudah janji padamu” Kalau kamu nanti merasa masuk, kamu juga ingatkan aku ya” kataku tidak mau disalahkan kalau keterusan.

Dia buka pahanya sedikit lebar dan aku bergerak maju kedalam belahan pahanya. Akses yang kudapat sangat pas sekali dengan posisi duduknya. Vaginanya nampak dari angle mataku dan batreiku sudah meluncur kearahnya. Dan aku sangat sadar apa yang akan terjadi, aku dekankan kepala batreiku dan menyentuh sesuatu disana. Sesuatu yang licin dan lembut serta hangat. Rambut rambut yang lebat seperti sebuah hutan lebat yang menyelimuti sebuah rumah. Aku tidak mau terpaku dengan vaginanya. Aku cium bibirnya supaya dia tidak terkonsentrasi pada vaginanya. Sensasi yang timbul diluar perkiraanku. Aku mengira ini hanya membuatnya nikmat tetapi akupun juga menikmatinya. Bibirnya menghisap lembut lembaran bawah bibirku dan dia julurkan lidahnya yang hangat menyapu seluruh rongga mulutku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar