Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 17

Aku gerakkan pinggulku dan menekan kearah vaginanya. Sudah menempel dibagian sana tetapi aku tidak yakin apakah ujungnya sudah berada tepat dimulut vaginanya. Ada kehangatan yang menyeruak dari ujung batreiku dan menjalar keseluruh otot dan tubuhku. Aku tarik lagi pantatku dan mendorong dengan pelan kedepan. Bibir kami terlepas dan kudengar desis panjang dari mulutnya.

“Sssssss…….”suaranya menggetarkan dada, tiba tiba tangannya bergerak kebawah dan mencengkeram batangku. Aku tercenung sejenak dengan apa yang akan dia lakukan. 
Dia arahkan ujung palkonku kesebuah tempat dan mendorong lagi pantatku. Palkon ku menyentuh sesuatu yang lembut dan hangat.

“Ayo mas……dorong pelan pelan mas………. Dibagian itu.” Katanya lirih. 
Aku cium pipinya dan menjalar kebelakang telinganya. Aku tidak fokuskan lagi kevaginanya. Aku jilat daun telingangya dan menggesek gesekan palkonku kedalam lipatan pahanya. “Ooooooooooooohhhhh mas…………enak sekali disitu mas…….. Aku ingin dimasukkan mas………… tapi pelan pelan ya.” Pintanya.

Aku tidak hiraukan permintaanya, aku teruskan permainan lidahku dan dorongan palkonku kearah vaginanya yang sudah sangat licin. Palkonku sudah mulai lagi menyeruak kedalam jepitan pahanya. Kudorong pelan sekali kedalam dan “Ooooohhhhh Sriiiiii enak sekali” aku menengadah menikmati gesekan palkonku dengan daging empuknya. 

Aku dorong lagi pelan dan goyang sambil melihat kebawah sana, apa sudah mengenai sasaran. Kudorong lagi pelan sekali “Aduh mas sakit ……………?!!!” Aku kembali mundurkan pantatku sambil melihat kearah matanya. Dia melihatku juga kearah mataku. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya tetapi aku bertanya tanya, apa yang dia akan katakan.

“Tadi sudah menempel dibibir vaginaku mas, rasanya enak sekali. Gatalnya minta ditusuk tusuk. Tapi tiba tiba ada rasa sakit” dia memberitahuku. Wajahnya yang penuh nafsu menginginkan lebih, akupun juga demikian. Kembali kupeluk dia dan menciumnya sambil meraba dibagian vaginanya. 

“Aku mau ini Sri………..”kataku lirih kepadanya. Tadi rasanya enak sekali.
“Aku juga mau batreimu mas…………..tapi aku mungkin tidak akan berikan kepadamu sekarang, bagaimana kalau hamil, mau bertanggung jawab?” 

“Aku tidak tahu Sri………..apakah aku mampu bertanggung jawab kalau sampai kamu hamil” aku menjawabnya jujur.
“Aku juga tidah mau hamil muda mas………….., aku belum tentu jalan sama mas terus” aku punya calon suami dikampung. 
“Ya sudah Sri………kita selesaikan dulu ya cukur rambutnya. Aku mencium bibirnya dan mengenyotnya dalam dalam. Kembali pantatku didorong kearahnya dan palkonku sudah kembali kedalam jepitan hangatnya. Dia lepaskan bibirnya dan berkata,
“Mas…………..indah sekali ya disini. Aku ingin sekali menikmati kebersamaan denganmu” 
“Apanya yang indah Sri…………..kita kan didalam kamar mandi, tidak ada pemandangan apapun disini.” Jawabku sekenanya.

Palkonku sudah terasa senut senut menunggu kelanjutannya tapi kata katanya tentang kehamilan mengingatkan aku tentang resiko dan tanggung jawab. Aku mundurkan pantatku dan memegang batreiku yang masih gagah. Aku jongkok sementara dia masih duduk dibibir bak mandi. Aku renggangkan pahanya dan mendekatkan wajahku kedalam jepitan pahanya. Pemandangan indah didepan mata, ragu ragu dia membiarkan aku mendekatkan bibirku untuk menciumnya. Dia pegang kepalaku yang sudah mendekat dalam sana. Bibirku menjulur kedepan dan mengenai permukaan bulu bulu vaginanya. Kembali aku cukur rambut rambut vaginanya. Dia renggangkan pahanya memberiku akses untuk mencukur rambutnya. 

“Hati hati mas…………aku tidak mau terluka disitu” teriaknya. 
“Jangan banyak goyang sri………..” peringatkanku
“Aaaaaaaaaaah aku geli mas………… jangan kamu sentuh sentuh bagian sensitivenya dong…….?!!!” Pintanya
“Mana aku tahu kalau bagian itu sensitive” kataku
“Aduuuuh mas enaknya kalau kau pegang disitu” teriaknya lagi.

Vaginanya Sri dikerumuni rambut rambut yang lebat dan tidak mudah mencukurnya. Baru beberapa kali mencukur sudah banyak yang nyangkut didalam celah silet. Aku oleskan sabun supaya mempermudah pencukuran. Beberapa helai lambut tenggelam dan menempel dibagian celah bibir bibir vaginanya. Aku tarik satu dan dia menjerit

“Mas……..jangan ditarik begitu, aku sakit dan gatal, jangan lagi digitukan” katanya memohon.
“Sorry sri………..aku hanya ingin tahu” kataku

Vaginanya sudah berlumuran cairan kental yang meleleh menlumuri seluruh permukaan vaginanya. Aku semakin jelas seluk beluk vaginanya seiring dengan kegiatanku memotong rambut rambutnya. Kadang kadang dia menggoyang vaginanya karena merasa tergoda dengan kenikmatan sentuhan sentuhan jariku didaerah sensitivenya. 

“Mmmmmmmmmmaaaaaasss aku ngga tahan” teriaknya
“Ayo massssss……….jangan lambat begitu” aku mau batreimu lagi
“Sabar Sri………..aku ingin selesaikan dulu bagian bawahnya, tinggal sedikit saja”
“Tapi aku ngga tahan mas kalau terus dipegang daerah situnya!” katanya
“Iyaaaa aku tahu. Tapi jangan banyak goyang buka lagi pahamu supaya aku bisa lebih leluasa” petunjukku

Sri sudah mulai membuka pahanya dan bibir vaginanya yang berwarna coklat gelap semakin nampak. Keindahan vagina pertama kali terpampang jelas didepan mata. Kudekatkan wajahku kevaginanya dan kucium bahu khas sebuah vagina. Kutempelkan ujung lidahku menyapu bagian luar bibir vaginanya yang sedikit tebal”

“Ooooooooooooohhhhhhh mas” dia cengkeram kepalaku mengarahkan dimana yang harus aku sapu. Bagian atas bibirnya kulihat clitoris yang sering membuatnya mengerang. Tapi aku tidak arahkan kesana. Aku ingin menikmati indahnya bagian INDAH seorang wanita. Ken Arok memang luar biasa pintar, sehingga saat Ken Dedes menuruni kereta kudanya dia mampu melihat pancaran indah pancasona vagina Ken Dedes. 

Hal yang sama kulihat jelas didepan mata, indahnya sebuah gundukan dan tumpukan lemak membentuk sebuah benda yang disebut vagina. Pengalaman pertama seorang pria tidak mudah terlupa. Aku kembali jilat dan sapu bagian bagian itu, tangannya memegang rambutku kuat kuat yang terasa semakin panas. Semakin mendesah desah mulutnya, aku semakin giat melakukan jilatan dan sapuan baik kearah bawah maupun atas. Kesamping kanan dan kiri erangannya semakin menjadi jadi “Aaaaaaaaaaaaahhhhhh mas Polie seirama dengan tarian lidahku. Pahanya mulai menjepitku, nafasku terhambat dan tidak leluasa bergerak. Bibirku mengenai mulut vaginanya. “Oooohhhhhhhhhhhhhhhh masssssssssss” pahanya meregang dan nafasnya bertalu talu memburu cepat tangannya melepas rambut rambutku yang terasa sakit. Terhempas dia turun dari bibir bak mandi dan memelukku. Jongkok berhadapan didepanku dan memandang kearah mataku.

“Mas…………enak sekali rasanya. Terima kasih ya” katanya dengan lemas. 
Aku berdiri sambil meletakkan pisau cukur disudut bibir bak mandi. Ku tarik lengannya supaya dia berdiri juga. Aku rengkuh tubuhnya dan mendekap tubuhnya yang lunglai kedalam pelukanku. Dia diam saja sambil nafasnya mendengus dengus. Badannya masih tidak bertenaga sedangkan batreiku rasanya semakin mendidih. 

Pikiranku kembali melayang membayangkan batreiku yang menyodok nyodok mulut vaginanya. Masih terngiang jelas saat dia mengatakan kesakitan “Mas Sakiiiiit” Bayangan itu menimbulkan percikan api nafsu yang semakin menggelegar. Aku juga ingin menikmati indahnya sex pikirku. Tapi bagaimana caranya ngomong kedia.
Tiba tiba dia bergerak dalam lamunanku, tangannya bergerak turun membelai batreiku”

“Mas Batreimu keras sekali, aku suka kalau hangat seperti ini apalagi keras, Aku mau puaskan mas” katanya. Dia kocok penisku dengan lembut “Oooooohhhhhhh sri……….tanganmu pintar sekali” 
“Ayo kita mandi dulu, aku ingin selesaikan ini dikamar saja” pintaku.

Kamar tidur merupakan tempat yang paling tepat untuk menuntaskan hasrat yang sangat kuat karena hasrat yang kuat biasanya dibarengi sebuah letupan besar yang terbendung dan ambrol untuk menyisakan rasa lelah dan lemas.

Kita mandi dengan cepat sambil saling menyabuni punggung dan badan. Sri kelihatan masih sange dengan kepolosan tubuh kita. Sehingga dari kedua matanya dan mangkok dadanya yang menjulang masih ada bentik bentik tonjolan kecil disekeliling putingnya.

Aku keluar dari kamar mandi sambil membawa pisau silet yang tadi aku gunakan untuk mencukur kumisku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar