Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 25

"Enaknya makan ini saja mas..........." katanya sambil memegang batreiku yang masih dingin setelah mandi. Cairan bening terlihat keluar dan Sri memanjangkan lidahnya untuk membersihkan cairan itu. "Ooooohhhhhh mana bisa kamu makan batreiku yang cuma satu.
“Sri Kamu tadi tanya aku tentang buku yang aku bawa keatas, kesini berbaring disebelahku” kataku kepadanya
“Rambutku masih basah mas, aku tidak bisa berbaring disitu” jawabnya sambil masih mengelus elus batreiku. 
Aku tarik tangannya untuk melepaskan pegangannya dari batreiku. 
“Aku mau tunjukkan sesuatu kepadamu.” Kataku padanya
“Lihat gambar gambar ini Sri, kamu lihat baik baik posisi posisi yang bisa dilakukan kala orang mau ngeseks.” Kataku menjelaskannya kepadanya.

“Mas polie saja deh yang lihat, aku tidak tertarik dengan gambar gambarnya” jawabnya tidak tertarik.
Ada banyak ilustrasi dan istilah istilah yang ada dituliskan di buku tersebut, sehingga aku bisa mengenal beberapa istilah dan terminology bahasa inggris mengenai sex, misalnya sexual intercourse, coitus, labia mayora, labia minora dan masih banyak lagi lainnya yang memberikan aku pengetahuan yang tidak akan aku dapat di bangku sekolah. 
Sementara Sri masih saja menggenggam batreiku dipinggir ranjang, sedangkan aku masih berkutat dengan buku yang aku sedang pegang. Kadang kadang tangannya Sri menggenggam terlalu keras batang batreiku sehingga aku harus ingatkan dia”

“Aku gemas sama batreinya mas” katanya setelah mendengarku berteriak kesakitan.
Pada bagian lain dari buku itu, ada sebuah bab mengenai kontrsepsi. Dan ini yang tidak pernah terlintas dibenak kita berdua. Namanya orang masih muda dan tidak ada pengalaman sama sekali mengenai hal ini, istilah condom baru muncul setelah aku membaca bab dari buku itu.
“Sri, kamu pernah tahu apa itu kondom?” tanyaku padanya
“Tidak mas, kenapa memang?” tanyanya balik kepadaku
“Tidak apa apa, aku hanya ingin tahu saja” kataku
“Kita bisa beli mas, kalau mas mau?” katanya menyarankan.
“Tapi siapa yang mau beli ditoko?” kataku “Aku malu bicara sama pembelinya” kataku lagi

“Bagaimana kalau aku saja yang beli?” tawarnya kepadaku.
“Memang kamu tahu ukurannya?” tanyaku
“Ohhhhh memang ada ukurannya ya mas?” tanyanya dengan penasaran.
“Aku tidak tahu Sri, mungkin kamu harus tanya sama penjualnya?” saranku
“Aku malu mas kalau aku harus tanya?” katanya
“Bagaimana kalau kamu beli beberapa macam?” saranku lagi
“Tapi mas, apa kata orang kalau Mas Jaya kenal sama penjualnya?” bisa berabe tuh
“Iya ya…………….terus bagaimana dong?” kataku lagi
“Mas Polie………….memang kenapa mas kok tiba tiba tanya tentang kondom?” tanyanya ingin tahu.

“Iya karena aku belum tahu saja” kataku sekenanya
“Aku juga ingin tahu deh kalau begitu.” Katanya “Seperti apa sih mas bentuknya?” lanjutnya lagi.
“Sini aku mau tunjukin gambarnya ke kamu.” Ajakku

Akhirnya Sri mau juga melihat buku yang sedang aku baca. Dia mendekatiku dan berbaring disebelahku. Bathing robe bagian bawahnya tersingkap dan nampaklah pahanya yang polos mulus tertangkap mataku. Dadaku berdesir dengan keindahan pahanya. Ingin sekali aku menindih tubuhnya dan menciumi seluruh permukaan kulitnya. Aku tarik agak keatas supaya kita bisa menikmati gambar gambar dibuku itu bersama. Tubuhnya semakin dekat dengan tubuhku dan pahanya menempel dibagian paha atasku. Gesekan dua kulit tubuh membangkitkan birahiku. 

“Digambar ini ujung kondomnya kok seperti begini ya Mas?” tanyanya sambil menunjuk gambar kondom yang aku ceritakan kepadanya. 
“Menurut penjelasan di buku ini, ujungnya dibuat seperti itu untuk menampung sperma yang kelaur dari batreiku.” Jelasku singkat
“Trus Kondom itu terbuat dari apa sih mas?” tambahnya
“Aku tidak tahu ya Sri…………..mungkin aku harus baca lagi buku ini mungkin ada penjelasan lebih lanjut mengenai itu.
“Apa tidak bocor kalau dipakai?” katanya “Enak mana ya kalau ngeseks pakai kondom atau tidak pakai kondom?” katanya lagi.
“Pertanyaanmu sulit kujawab Sri…………..karena aku ngga pernah melakukannya?” jawabku

“Mas Polie pernah tidak punya keinginan untuk melakukannya?” tanyanya memancingku
“Pastilah Sri…………mana orang normal yang tidak ingin melakukannya?” jawabku
“Mas mau melakukannya sama siapa?” tanyanya lagi
“Kalau sekarang ini aku ingin melakukannya sama kamu” kataku singkat
Matanya memandang kearahku dan aku menatapnya balik melihat apa yang akan dia ucapkan. Bibirnya mendekati bibirku dan matanya kelopak matanya menebal dibagian bawahnya. Nampaknya diapun ingin merajut birahi yang hampir seminggu ini dia tidak rasakan.

“Mas……………tindih aku dong” katanya pelan setelah melepas pagutannya dari bibirku. Dia raih tubuhku dan menariknya untuk menindih tubuhnya. 
“Lepas dulu Sri bathing robe mu!?” pintaku
Sri menarik tali di bagian pinggangnya dan melepas jas mandinya. Kembali dia berbaring sambil menjulurkan kedua tangannya untuk menyambutku.
Kedua kakinya yang jenjang terbuka luas menerimaku. Aku menaiki tubuhnya dan memposisikan burungku yang tertekuk. Badannya masih tertutup oleh bathing robe yang masih dia kenakan. Tetapi bagian bawahnya sudah polos los dan batreiku merasakan kehangatan kedua pahanya. Aku memandang lagi kearahnya matanya yang sayu dan menempelkan bibirku kearah lehernya. Lenguhan lirih terdengar dari mulutnya. “Ooohhhhh masss………aku ingin sekali dimasuki batreimu. Memeqku terasa sekali gatalnya mas…………Kamu mau mas?” tanyanya kepadaku dengan lirih.

Aku anggukkan kepalaku tanda setuju sambil melihat matanya yang memancarkan sebuah dambaan untuk sebuah kepuasan seksual. Aku tidak segera melaksanakan titahnya untuk segera digauli. 
“Sri………….apa kamu nanti tidak menyesal setelah kita bergaul seperti ini?” kataku sambil menempelkan mulutku ketelinganya. 
“Tapi, aku ingin sekali mas…………….” Katanya. “Mas tidak inginkan aku……….ya?” Katanya lagi. 

“Aku juga ingin Sri………….tapi bagaimana dengan kelanjutannya setelah kita melakukannya Sri………..? Apakah kamu tidak mempertimbangkan setelah kamu tidak perawan” aku berkata sambil melihat matanya. 
Dia ingin meneruskan apa yang dia ingin lakukan, tangannya menuruni pantantku dan memintaku untuk mengangkat badanku. Aku angkat dan tangannya meraih batreiku yang sudah keras. 

“Batreimu keras sekali mas dan hangat, aku ingin sekali membenamkannya kedalam memeqku yang gatal.” Dia arahkan Kepala batreiku kebagian memeqnya. Cairanku sudah meleleh leleh ngiler menempel lobang sempit hangat yang merangsang. Aku lihat matanya yang sudah sayu karena nafsu dan rasa gatal yang dia rasakan. Birahi membuat orang lupa diri termasuk Sri yang nafsunya sudah diubun ubun. 
Batreiku yang keras sudah menempel entah dibagian mana yang jelas aku merasakan bahwa batreiku sedang mematuk matuk sesuatu. 
“Zzzzzzz….z.zz.z…zzzz ohhhhhh mas,” pantatnya dia gerakkan kesamping kanan dan kiri. Kepala Kontiku seperti diulek ulek dan terasa sekali sperma mau nyemprot. 
“Ooohhhhhh Sri……………aku mau keluar” kataku lirih
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh kenapa begitu cepat sih mas?” katanya sedikit jengkel dan marah. Dia hentikan gerakan pinggulnya dan matanya seperti ada genangan air mata. Seperti ada sesuatu yang menyesakkan dadanya yang membuatnya begitu mengiba. 

“Sorry Sri……….aku merasa keenakan dengan goyanganmu dan beberapa hari ini aku menahan gejolak nafsuku juga jadi aku tidak bisa tahan seperti biasanya.” Bisikku ketelinganya.
“Tapi kenapa begitu cepat sih mas…………? Biasanya mas bisa menahan agak lama………kan?” katanya lagi dengan agak marah.
Baru pertama kali ini dia tunjukkan kemarahannya kepadaku sejak dia mulai kerja denganku ditoko ini. Aku jadi agak khawatir kalau aku tidak mampu menyenangkannya kali ini. 
“ Sorry ya ……………..tapi sekarang belum keluar. Bisa tidak kamu berhenti goyang supaya aku tidak cepat keluar” kataku lirih.

“Aku gatalan mas……………., memeqku pingin disogok rasanya.” Matanya tajam kearahku.
“Kalau begitu tunggu dulu saja ya” kataku kepadanya
“Apa maksud mas tunggu” katanya ingin tahu
“Jangan bergerak dulu supaya aku tidak cepat keluar” kataku menjelaskan
Wajah Sri Kelihatan jengkel karena keinginannya tidak terpenuhi, matanya menunjukkan ketidaksenangan. Tapi aku tidak bisa berbuat lebih banyak. Dia terdiam sejenak dengan keadaan dan perasaannya, kelihatan sekali dia sedang memikirkan sesuatu sehingga dia terdiam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar