Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 26

Aku cium pipinya dengan lembut dan memagut bibirnya dengan maksud untuk menetralisir keadaan tetapi dia menolehkan wajahnya dan ciumanku tidak mengenai bibirnya. 
“Kita bisa melakukannya lagi besok toh Sri…? Jangan marah begitu dong?” Pintaku
“Mas Polie egois sekali deh hari ini.” Katanya dengan jengkel. 
“Iyaaaaa besok aku tidak egois deh, aku janji” kataku sambil menciumi telinganya. Wajahnya yang jengkel agak teredam.
“Ya sudah kita tuntaskan saja mas, kasihan mas sudah menunggu dari tadi kenapa aku egois” katanya. “Mas biasanya memberi dan melayaniku dan mengutamakan aku dulu” lanjutnya lagi.

Aku melihat matanya sekali lagi dan menatapnya mencari kebenaran dan kesungguhan dari ucapannya. Aku mengamati rona wajahnya dan memang aku tidak menemukan wajah jengkelnya yang tadi terlihat. Matanya kembali memancarkan birahi yang tadi sudah tenggelam. 
“Sorry ya………..” kataku sekali lagi
“Enak saja Sorry…………sorry. Kalau kata sorry bisa aku jual, sudah aku kumpulkan dari tadi mas” selorohnya
“Memang ada yang mau beli Sri…………” godaku
“Ada………!!” jawabnya singkat
“Siapa Sri…………mau beli?” tanyaku mendesaknya
“Mas…………Polie yang mau beli” katanya sengit “Sudah mas…………ayo kita keluarkan saja” bisiknya ketelingaku

“Jangan ngambek ya……………?” bisikku ketelinganya aku tempelkan lagi bibirku kedaun telinga dan menggigitnya dengan lembut. 
“Ooooooooohhh massss………..Aku ingin memeqku disogok” katanya lagi
“Aku sogok ya………..” kataku sambil menekan pantatku kebawah. Palkonku menusuk kesamping dan tidak mengenai sasaran.
“Lobangnya tidak disitu mas.” Katanya lirih
“Palkonku masih buta Sri…………..kamu bantu deh” pintaku padanya
“Mas sendiri yang harus mencarinya!” katanya lagi

Aku angkat pantatku dan mendorongnya sedikit kebawah, tidak ada reaksi darinya. 
“Masssssa………zzzz…….” Katanya lirih “Keatas sedikit dong” bisiknya pelan.
Aku angkat kembali pantatku sambil menekannya lagi perlahan. Memeqnya semakin licin oleh cairan dari vaginanya. Dia menggeser pantatnya kekiri sedikit dan membantuku menekan pantatku. 
“Ohhohhhhhhh mas ya disitu…………….Ohhhhhh massss pelan pelan ya.” Bisiknya lirih.

Palkonku menekan sesuatu yang sangat sempit dan tidak bisa bergerak kekanan atau kekiri. Aku tekan perlahan lahan sambil melihat expressi wajahnya yang merasa agak cemas. 
“Sudah masuk Sri…………….?” Tanyaku kepadanya
“Belum……..mas!” jawabnya lirih sambil menggelengkan kepalanya. “Mas mau keluar ya?” lanjutnya lagi.
“Iya Sri…………..spermaku sudah diujung rasanya.” Jelasku
“Tahan dulu ya mas………………aku tidak mau berakhir dulu, aku bisa marah nanti” katanya dengan wajah yang sangat melas. 
“Iya aku akan tahan, tapi kalau aku bilang berhenti kamu harus diam ya” kataku minta persetujuan.

Pantatnya kembali dia goyang perlahan sehingga friksi palkonku dengan lobang vaginanya semakin sering. Spermaku hampir muncrat keluar, aku merasakan tekanan kuat dari bola bola ping pongku.
“Oooohhhhhh Sriiiiii……. Enak sekali memeqmu. Aku rasanya melayang kalau kamu goyang begitu” kataku merayu
“Begini ya mas” katanya sambil meliukkan pinggulnya
“Ooooohhhhhhh berhenti Sriiiiiiiii batreiku hampir bocor.
“Kalau mau dibeginikan lagi kasih tahu aku ya mas” sambil menggoyang lagi
“Oooohhhhhh sri ………………………. Lebih baik kamu diam atau batreiku bocor” kataku sambil mengangkat pantatku menjauhi vaginanya.

Peperangan didalam pikiranku berkecamuk antara meneruskan apa yang sedang tejadi dengan menghentikannya. Aku duduk sambil melihat memeqnya Sri. Dia membuka pahanya lebar lebar dan nampak jelas vagina yang membuatku hampir menggelepar. Aku menunduk ingin menciumnya tapi kakinya segera dia tutup. 

“Jangan mas, siapa tahu masih ada darah sisa mens kemaren.” Katanya kepadaku
Tanganku ditariknya lagi kearah tubuhnya yang berbaring dan akupun menindihnya kembali. Aku sosor lehernya dengan pelan dan dengusan nafasnya yang memburu kembali terdengar. Kembali pahanya dia buka agak melebar dan palkonku sudah mentok dipangkal pahanya. Dia angkat pantatnya dan menggeser posisi yang tepat. Aku posisikan juga batreiku yang masih keras sambil mencari cari tempat lobangnya. 
“Kebawah sedikit Mas…………………..!!” dia beri aku petunjuk.
Aku agak turunkan posisi batreiku dan mulutku memberikan kecupan kecupan ringan di telinganya untuk memberikan rangsangan rangsangan padanya.

“Massssssss……………ayo kamu keluarkan saja mas?” bisiknya
“Iyaa Sri…………….aku mau keluarkan sekarang.” Jawabku
Pantatnya dia putar kekanan dan kekiri dan sementara batreiku sudah menempel dan mematuk matuk tetapi kembali terasa Spermaku akan segera muncrat.
“Oooooooooooohhhhh Sri aku mau keluar………..” bisikku ketelinganya
“Ya sudah mas…………keluarkan saja.” Jawabnya lembut
“Ohhhhhhhh …Srrriiiiii enak sekali” erangku “Berhenti dulu aku tidak mau cepat berakhir”

“Bisa tancapkan batreimu mas………..” katanya sambil tangannya meraih Batreiku dan memposisikan ketempatnya. 
Aku sempatkan memandangi wajahnya yang memancarkan seorang wanita yang sedang dilanda birahi. Mulutnya terkadang mengeluarkan bunyi bunyian kecil yang menunjukkan bahwa dia sedang menikmati apa yang dia lakukan.
“Dorong mas………….ya disitu” bujuknya “ooooooohhhhh masss……..enak dan gatal” erangnya

Aku dorong dorong batreiku dan dia goyang lagi pantatnya kekanan dan kekiri dan menguleknya putar putar dengan giras dan liar.
“Ooooohhhh mas enak sekali disitu………..dorong mas pelan pelan” katanya
“Iya Sri aku juga enak sekali batreku sudah mau keluar Sri…………”erangku.
Tiba tiba dia terdiam dan membiarkan aku mematuk matukkan batreiku kearah memeqnya. 

“Ouch! Sakit mas………!” teriaknya ‘Berhenti dulu mas”
“Sudah masuk ya Sri…………….?” Tanyaku.
“Iya mas sedikit…..” jawabnya sambil memandangku.
Aku cabut batreiku dan bangun untuk melihat apakah ada darah yang keluar dari liangnya. 

Sri memandangku dengan heran. “Kenapa mas?” tanyanya
“Aku ingin tahu saja apakah kamu berdarah atau tidak” jawabku lirih. Memeqnya masih tertutup tetapi ada memar merah muda disekelilingnya.
Dia bangun dan memegangi memeqnya serta mencoba melihat, tapi tidak bisa terlihat. 
“Tidak berdarah kan mas?” tanyanya ingin memastikan.
“Tidak Sri………….mungkin tadi belum masuk semuanya” kataku
Kembali dia berbaring keposisinya semula dan kembali menarik tanganku untuk berbaring lagi. 

“Enak sekali tadi mas …………..sampai aku lupa daratan, untung tidak sampai keterusan” katanya lirih sambil matanya menerawang ke atas. 
“Lain kali mesti hati hati Sri………..kamu tadi sangat birahi sehingga kamu tidak mengenal dirimu sendiri” jawabku agak kecewa dengan kalimat terakhirnya. “Kalau keterusan bagaimana Sri………….?” Tanyaku sambil memandang kematanya.
“Aku tidak bisa bayangkan mas, mungkin aku akan kecewa dengan diriku. Atau mungkin aku akan kecewa dengan mas Polie” jawabnya tanpa memandangku. 

Aku raih wajahnya dengan tangan kananku dan menolehkannya kehadapanku. Matanya memandang kearah mataku dan dia berbisik” Trima kasih mas, Mas Polie selalu bisa menjagaku” katanya
Aku kecup bibirnya dan melumat lembut kedua bibirnya. Rangsangan dan birahi yang sempat terhenti menggelora kembali. Batreiku yang sudah mencairkan air bening meleleh leleh. Sri membalas ciumanku dan menjulurkan lidahnya menyapu permukaan lidahku. Ada rasa nikmat menjalar perlahan lahan dari pokok rangsangan mulut kemulut itu. Birahi yang timbul bukanlah seperti birahi yang kita rasakan tadi. Birahi yang timbul seperti birahi kasih sayang. 

Tanganku memeluk tubuhnya dan menekannya kearah tubuhku. Tiba tiba dia kembali menarik tubuhku untuk menindihnya. 
“Sri……….kenapa mau diulangi yang tadi?” kataku
“Dia tersenyum………….aku suka kalau Mas Polie menindihku seperti ini” jelasnya
“Apa yang kamu suka?” kataku
“Perasaan ditindih yang membuatku suka, suatu kali aku akan memberikan seluruh tubuhku ke Mas Polie” katanya lirih
“Hhhhuuuushh!! Kamu bilang apa……..!!!!” balasku
“Sebelum aku berhenti kerja, aku akan bergumul dengan mas Polie seharian deh” katanya.
“Itu sebuah janji atau apa Sri…………?” kataku
“Terserah mas yang menerjemahkannya………..” bisiknya
“Bukankah sekarang ini kita sedang bergumul” kataku
“Bukan bergumul begini yang ku maksud, aku ingin ……….kita melakukan hubungan seperti suami istri yang sesungguhnya. Mas memasukkan batreinya kedalam memeqku.” Katanya dengan pelan. 

Aku memandang bening matanya dan diapun memandang padaku tanpa malu. Sementara batreiku sudah menempel dibagian pangkal pahanya lagi.
“Sri kamu tutup pahamu supaya batreiku bisa kau jepit. Aku ingin sekali melanjutkan yang tadi terhenti. Aku mau keluarkan spermaku keatas tubuhmu. Aku ingin puaskan keinginanku” kataku

“Memangnya kenapa kalau aku buka begini mas?” katanya
“Aku takut kalau masuk seperti tadi.” Bisikku
“Kenapa takut mas?. Bukankah mas menginginkannya?” jebaknya sambil tersenyum
“Aku ingin Sri……….tapi aku belum mampu bertanggung jawab” kataku menjawabnya
“Jadi tanggung jawabnya Mas Polie hanya sampai dijepit dengan paha saja?” katanya lagi

“Iya…………..abis aku masih mau kuliah dan belum mampu memberi makan kamu” kataku jujur.
“Kalau aku buka terus begini pahaku kenapa mas?” lanjutnya
“Aku tidak akan menindihmu kalau begini terus, bisa bisa batreiku melesak kedalam memeqmu.” Kataku menjawab
“Mas Polie baik ya” jawabnya sambil mengecup pipiku.
“Baik apanya Sri……….?”tanyaku sambil melumat bibirnya lagi.

Sri tidak mampu menjawab pertanyaanku karena mulutnya keburu kukunci dengan kedua bibirku. Kedua pahanya masih saja terbuka dan aku mematuk matukkan ujung batreiku kebagian dalam pahanya. Tidak tahu bagian mana yang jelas aku ingin segera selesaikan keinginanku untuk mengeluarkan sperma yang sudah sejak tadi menggumpal di dalam kantong semarku. 

Sri tidak tinggal diam, dia gerakkan pantatnya kekanan dan kekiri mengimbangi patukan patukan palkonku. 
“Yaaaa masss……… situ, atas lagi” bisiknya setelah bibirnya terlepas karena nafasnya mulai tersengal sengal. “Aku ingin keluar juga rasanya masss……….zzzz……. “desisnya
Aku angkat badanku dan memintanya menutup kesua pahanya. Dia tidak menolak permintaanku. Memeqnya yang basah kuyub dan kepala batreiku yang sudah meleleh mengeluarkan cairan pelumas sehingga friksi antara paha dan kontiku semakin nyaman. 
“Oooohhhhh enaknya Sri……..aku suka sekali dengan jepitan pahamu. Memeqmu pasti lebih nikmat lagi Srii………. Kapan kamu akan kasih aku memeqmu Sriiiiiiiii……….., Goyang Sriiiiiiiii pantatmu goyang Sriii………” desahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar