Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 30

Otakku langsung teringat percakapanku dengan Sri mengenai kondom. Setelah bertanya tanya mengenai harga dan jenis kondom yang dia jual akhirnya aku membeli sekotak kondom bijian berisi 100 biji. Masih sangat ingat nama kondom itu yaitu kondom 25 dan biasanya ada iklannya di TV waktu itu. Aku taruh didalam lemari kaca dan memajangnya disana. Aku juga diberi sampel setengah lucin yang terbagi dalam dua kotak kecil masing masing berisi tiga biji latex ajaib tadi. Kalau tidak salah ingat waktu itu harganya Rp 3500 pertiga bijinya. 

Malam itu aku coba buka satu biji dan menyobek plastik pembungkusnya. Setelah terbuka aku tarik cincin licin dibagian tengah dan berexperiment dengan benda itu beberapa saat. Aku juga mencoba untuk memakainya di batreiku, lucu juga karena banyak kesalahan ketika memakainya. Kadang terbalik dan menempatkannya salah. Menarik cincin kondom yang salah. Dan masih banyak kesalahan lagi yang aku buat mengenai latex ajain itu. 

Pelajaran selalu ada hasilnya setelah membuka kondom yang kedua, memakai kondom secara benar dan lancar sudah mahir. Rasa ingin tahu untuk mencobanya semakin besar. Aku kocok kocok batang batreiku dengan dengan hand and body lotion naik turun dan ternyata memakainya adalah sesuatu yang tidak nyaman sama sekali. Kulit Batrei terasa tebal dan tidak sensitif. “Apa enaknya pakai kondom kalau mau making love?” pikirku 

************************************************** *********************


Sengaja tidak menceritakan perjalanan fr ini dengan Rosminah karena nanti ada fr khusus tentang dia. Semoga ada waktu untuk menulisnya dan tidak diburu buru deadline hehehe. Tanggal 29 pagi aku sudah pergi ke bungurasih untuk menemui Sri di Rosalia Indah travel. Letaknya waktu itu di luar terminal tetapi masih dekat. Jam 8 pagi aku sudah disana dan menunggu cemas karena tidak yakin dia akan datang atau tidak. 

Penjaga travel adalah seorang perempuan yang ramah dan mengajakku bicara. Kesempatan itu aku gunakan untuk menanyakan mengenai perjalanan ke Tawangmangu. Dari informasi yang aku dapatkan aku harus berhenti di JURUG. Dan aku harus mencari sebuah bus disana namanya “LANGSUNG JAYA”. Perjalanan ke Tawangmangu dari Jurug kurang lebih 1.5 jam. 

Jam 8.20 sebuah taxi biru berhenti didepan kantor travel itu. Aku perhatikan yang keluar adalah seorang wanita dan aku agak sulit mengenali bahwa yang aku lihat adalah Sri. Beberapa saat aku tertegun dengan perubahan pada rambutnya. Model rambutnya telah berubah dan memakai kaca mata hitam yang sangat serasi dengan kulit dan wajahnya. Aku berdiri dan berjalan kepintu untuk membuka dan menyambutnya.
“Mas Polie…………sudah lama menunggu mas?” tanyanya dengan riang. Suara yang keluar adalah suara rindu yang terpendam. Aku pegang tanggannya dan ingin sekali meniumnya disitu juga tapi perasaan malu dilihat yang mengendurkan niatku untuk tidak melakukannya.
“Sri………….kamu tambah cantik. Baru 10 hari tidak ketemu tapi kamu sudah begitu berubah” kataku berbisik. Kita duduk di kursi tunggu yang tersedia di kantor travel itu. 
“Mas suka perubahannya…….? Kenapa Mas Polie kelihatan kurus sekali?” 
“Aku kepikiran kamu terus Sri………..? kataku menjawabnya. Sulit makan dan tidur dan ngga enak melakukan sesuatu. Kamu kenapa berhenti kerja tidak bilang terus terang sama aku?” kataku menatap matanya

“Sorry mas aku tidak menyangka bahwa aku harus segera kembali ke Malang waktu itu. Bapakku juga tidak kasih aku kabar kalau aku akan dijemput waktu itu. Tapi Mas Mulyono bicara sama Mas Jaya tanpa sepengetahuanku jadi waktu aku pulang aku baru tahu kalau aku tidak akan bekerja lagi disana.” Jelasnya

Jam 8.45 kami berangkat dengan mengendarai L300 menjemput beberapa penumpang didaerah Sepanjang, Krian dan Balongbendo. Total penumpang hanya 7 orang yang berangkat jadi agak leluasa. Kita duduk berdua di bagian belakang, dibagian tengah adalah pasangan suami istri dengan satu anak perempuan kecil kira kira 3 tahun. Seorang baby sitter yang menjaga anak itu dan seorang lagi duduk dibangku depan didekat sopir. 

Ketika di Balongbendo Sri sempat memberitahu aku kalau dia mempunyai saudara sepupu di balongbendo dan tinggal disana dengan suaminya yang bekerja di telkom.

Selama perjalanan tangan kami tidak pernah lepas dari berpegangan. Terpaut dalam rindu dan ikatan kangen. Pautan mimpi mimpi yang lama belum tercapai berada didepan mata memberikan sebuah asa yang akan segera terlaksana. Keinginan untuk memeluk dan melumat bibir sexynya selama perjalanan terganjal oleh sebuah adat dan aturan tidak tertulis. Sesampai di Mojokerto mata rasanya berat dan ingin tertidur, Sri mencondongkan badannya kearahku dan meletakkan kepalanya didadaku. Buah dadanya yang lembut menempel dilenganku, membangkitkan batrei yang tertidur. Terasa lunak dan hangat ingin sepertinya mencengkeramnya tanpa ampun. Tidak banyak bicara dan ungkapan lisan terdengar dari penumpang lain. Hanya percakapan pendek terkadang terdengar antara sopir dan penumpang disebelahnya. Yang lainnya pada sibuk dengan acara mereka sendiri sendiri yaitu menutup mata melanjutkan tidur mereka. 

Kesempatan memeluk Sri terbuka lebar karena tidak ada gangguan, hanya sopir yang tahu dan kadang melihat dari sepion tengah. Tapi rasanya dia sudah mahfum dengan apa yang sedang aku lakukan. Bau harum rambutnya Sri semerbak di hidung dan menimbulkan percikan api birahi yang selama 10 hari terakhir tidak tersalurkan. Sri menutup matanya dan tertidur dengan nyaman dipundakku, pasrah dan tidak berdaya. Dengkuran lembut terdengar dari mulut kecilnya dan suara nafas yang keluar dari hidungnya berhembus pelan dan stabil. Aku tidak bisa bergerak karena takut mengusik tidur lelapnya. 

Jombang terlewati dan akupun terlelap dalam sebuah hempasan yang mengantarku tidur lunglai. Entah berapa lama aku tertidur, tiba tiba suara sopir membangunkan aku saat mobil sudah terparkir di depan sebuah rumah makan besar. Sri bangun dari tidurnya juga dan bangkit dari dadaku.

“Sampai dimana kita mas……….?” Tanyanya dengan mata terbuka lebar.
“Tidak tahu Sri…………tapi mungkin di daerah Caruban atau Saradan. Kita turun dari L300 yang membawa kami dan langsung ngacir ke toilet yang terletak disamping restaurant itu.
Makanan tidak begitu enak jadi kita tidak makan banyak. 
“Sri ……………”kataku saat kita sedang menunggu penumpang lainnya didepan restaurant. 

“Apa mas………..” jawabnya sambil tersenyum padaku.
“Kamu bilang apa kepada orang tuamu sebelum berangkat kesini?” tanyaku
“Aku bilang kalau aku harus kembali ke tempat kerja untuk menyelesaikan tugasku yang belum selesai. Aku bilang perlu empat hari saja.” Katanya lagi.
“Jadi kita hanya mempunyai empat hari saja ya………….” Kataku senang.
“Iya mas………..kurang?” tanyanya lagi
“Kurang lama Sri………..? kataku menjawabnya
“Bagaimana kalau kita lari saja……….?” Sarannya kepadaku
“Lari bagaimana Sri maksudmu Sri……..?” kataku penuh pertanyaan.
“Ya…….lari saja supaya kita bisa selalu bersama” katanya manja
“Memang kamu berani lari denganku……………?” kataku ingin tahu pikirannya.

“Mmmm…..mmmm berani kalau Mas Polie mau?” dia menantang aku
“Memang nanti kita akan apa Sri kalau kita lari?” tanyaku lagi
“Mas kan bisa kerja dan aku juga bisa kerja……….?” Imbuhnya lagi sambil memeluk lengan tanganku.

“Aku suka mendengarnya Sri tapi itu adalah hal yang paling sulit yang mungkin tidak akan aku lakukan. Efeknya pada keluarga kita sangat besar. Belum nanti keluargaku kena getahnya apalagi Mas mulyonomu seorang anggota TNI. Itu akan membuat keadaan sangat runyam dan aku tidak bisa membayangkannya.” Aku berkata lirih sambil memandangnya dengan mesra. “Aku kangen sekali sama kamu Sri…………, selama kamu pergi aku tidak mampu menghilangkan rasa sepi dan bayanganmu. Setiap kali aku mandi tidak ada yang membantu menggosokkan punggungku. Kalau pagi tidak ada teh yang terhidang menemani sarapan nasi pecel madiunku. 

Sri mendengarkan ceritaku dengan seksama dan matanya melihatku dengan mata nakalnya. Pegangan erat di lenganku semakin kuat. Teteqnya menempel dan menekan kelengan tanganku semakin kuat. Kehangatan teteqnya merembes terasa dikulit lenganku dan keinginan untuk merengkuh badannya semakin kuat. 

“Mas………yuk kita tunggu yang lain dimobil saja, aku ingin menciummu. Sejak tadi pagi aku ingin menciummu, aku juga kangen sama mas” ajaknya sambil menarik lenganku ke arah mobil L-300 yang diparkir dibawah pohon. Mesin mobil tetap menyala dan AC nya terasa sejuk sekali. Kita masuk sedang yang laiinya masih makan.

“Kamu tidak beli camilan Sri…….?” Tanyaku ingin tahu
“Iya mas aku mau beli manisan bangga yang warna kuning dalam plastik itu” katanya.
“Jangan beli itu Sri……….nanti kamu kena diare. Bisa bisa merusak rencana liburan kita.” Kataku menjelaskan.

“Ya sudah ………….tadi mas Polie menawari aku” rajuknya sambil mendekatkan bibirnya kebibirku. Bibir kami menempel dan tanganku memegang pipinya dan meraup wajahnya. Aku mengelus wajahnya dengan lembut dan Sri menikmati perhatian yang aku berikan padanya. Nafas kami memburu, aku pegang teteqnya dengan lembut dan meremasnya lirih sehingga membuat Sri bertambah panas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar