Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 31

“Mas……………lembut sekali tanganmu” nada suaranya tersengal dan nafasnya memburu. “Aku ingin melumat batreimu, buka sebentar mas, aku ingin menghisapnya” katanya pelan sambil menarik zipper celana yang aku pakai. Dan Batreiku yang sejak dari tadi terjepit dalam celana dalam menongol dari balik celana jeans yang ketat dan cdku. Lidahnya Sri menyapu palkonku dan cairan bening meleleh dari lobang saluran nikmatnya. Tanpa ba bi bu……..dia telan seluruh batang dan kepalanya sambil menggeser lidahnya kesamping dan kekanan dan menghisapnya kuat kuat. “Terlena” begitu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku. Kenikmatan sebuah lidah dan rongga mulut yang menyarungi seluruh persendian batang dan kepala batreiku. Aku menengadah menikmati sensasi yang timbul. 

“Ooooooooooohhhh Sriiiiiiiiiii niiiiikmatnya mulutmu” rintihku sambil memegang kepala dan rambutnya. Aku menikmati sensasi yang timbul dan mengulurkan tanganku kearah dadanya. 
Sri tidak hanya mengulum dan menggoyangkan lidahnya dalam mempermainkan batreiku. Dia naik turunkan kepalanya keatas dan kebawah seperti membelit sebuah selang didalam mulutnya. Tindakannya membuatku menutup mata menikmati seluruh kenikmatan yang dia tawarkan. Ketika aku membuka mataku dan menoleh kesekeliling mobil dengan maksud untuk mengetahui keamanan. Ada seorang pedagang asongan yang berjalan mendekati mobil. Aku tarik kepalanya Sri keatas dan memberikan aba aba kepadanya
“Cukup!!!!!......... Sri cepat………..ada anak berjalan kesini mau menawarkan jajanan.” Aku tarik zipper keatas dan Sri menghentikan kegiatannya, dia memandangku dengan penuh nafsu. Matanya puffy dan wajahnya sangat sendu. Aku tarik kepalanya kearahku dan mengecup bibirnya. 
“Mas senang?” tanyanya dengan lugu. “Nanti kita teruskan ya kalau sudah sampai di Tawangmangu.

“Sriiiiii enak sekali yang tadi, aku kangen sekali dengan permainanmu tadi. Janji ya kita akan lakukan lagi nanti sesampai di Tawangmangu.” Aku memohonnya
Sri hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum penuh arti. 
“tok…….. tok……… tok” kaca jendela diketuk “Om……….beli bremnya untuk oleh oleh? Hanya Rp3500 harganya Om?” katanya menawarkan. 
“Mas kita beli satu ya? Aku mau coba” katanya “Ada pisang rebus juga kesukaan Mas Polie…” imbuhnya lagi menawarkan.
“Ya sudah kamu beli Bremnya dan ambilkan aku pisangnya. Berapa semuanya?” tanyaku pada penjual brem itu. 
“Empat ribu lima ratus Om…….” Jawabnya singkat.
“Beri aku permen saja kembaliannya” kataku. Beberapa penumpang sudah berjalan kearah mobil dan membawa bungkusan oleh oleh.
Perjalanan Palur dengan lancar dan ketika kami tiba didaerah Palur cuaca gelap dan mendung. 

"Mas kok mendung begini?" katanya kepadaku dengan khawatir. "Kalau sampai sana hujan bagaimana"
"Ditawangmangu banyak losmen dan hotel Sri............kita bisa menginap disana" aku menenangkannya.
Perjalanan ke Tawangmangu dari palur cukup menyenangkan. Bis Langsung Jaya yang kita naiki masih cukup baik walaupun penumpang yang berangkat keatas cukup banyak tetapi ketika melewati Tasik Madu dan Karanganyar beberapa penumpang turun. Cuaca tidak begitu bagus karena mendung dan ketika sampai di Karangpandan rintik rintik hujan turun. Suasana bertambah syahdu ketika hujan yang lebih keras turun. Sri mendekap tubuhku dengan erat sementara suara hujan seperti mengetok ngetok atap bus. Kabut menyelimuti gunung tinggi yang hijau dan menutupi pandangan kita. Semua penumpang termangu sambil memandang keluar jendela. Bus kadang melambat pelan ketika berpapasan dengan bis lain yang akan turun ke karangpandan. Perjalanan keatas sungguh menakjubkan Sri terutama ketika jalanan menanjak dan melingkar menikung dan melengkukng keatas dan bis perlahan lahan merayap pelan mengukuri jalan jalan yang terawat itu. 

“Mas Polie, mengerikan sekali ya jalanan disini……, aku sedikit takut.” Katanya pelan. Jari jarinya mencengkeram pinggangku dan memelukku erat tanpa menghiraukan penumpang di jajaran kursi sebelah kanan yang melotot dengan tingkahnya. 
“Tenang saja Sri…………sopirnya udah pengalaman dan menjalankan bisnya beberapa kali dalam sehari, jadi tidak perlu khawatir. Coba kamu lihat disebelah sana, jurang begitu dalam dan kabut menutupi sebagian jalanan.” Kataku sambil mengarahkan jari telunjukku keluar jendela. Pandangan Sri mengikuti arah jariku dan melihat apa yang aku tunjukkan. 

Hujan tidak mereda malahan bertambah deras, dan udara di dalam bus semakin dingin. Kutaruh lenganku dipundak Sri yang masih memeluk erat badanku. Didepan umum pertama kali aku memeluk seorang gadis yang pacarnya adalah seorang anggota AL. Sri tidak menghiraukan disekitarnya dan akupun cuek dengan pandangan sinis penumpang sebelah.
Setelah mendaki tanjakan terakhir, bis akhirnya sampai juga di terminal dan menepi ditempat parkir terminal. Penumpang berdiri satu persatu dan mengambil barang bawaan mereka. 

“Ayo Sri……..kita sudah sampai di Tawangmangu” kataku
“Kita naik apa ke losmen mas? Tanyanya sambil mengambil travelling bag yang dia bawa.
“Kita akan naik angkot saja ya supaya tas kita tidak basah. Yuk……..jalan kedepan sana. Kamu capek………?” tanyaku setelah perjalanan panjang yang kita tempuh berdua. 
“Tidak tapi cuaca disini dingin sekali ya mas………..lebih dingin dibandingkan malang.” Katanya menjelaskan. 

“Masa?” jawabku sembari menuruni tangga bis. Aku melangkah turun dan berbalik untuk membantu Sri menuruni anak tangga terakhir bis itu.
“Cari penginapan Om?” tanya seorang lelaki tua kepadaku. 
Aku tidak menjawab dan memandang kedepan terminal, terlihat pasar tradisional Tawangmangu sepi penjual. 

“Penginapannya dekat sini Om dan harganya tidak mahal. Didekat kantor telkom dan kalau mau ke air terjun hanya tinggal berjalan saja tanpa harus naik angkot” beritahunya. “Kamar mandi didalam dan bangunannya baru jadi enak kalau untuk ngaso”
“Berapa semalam pak?” tanyaku ingin tahu.
“Hanya 45 ribu saja Om. Itupun sudah pake tempat tidur yang besar.” Katanya membujukku. “Mari saya tunjukkan, kalau tidak suka nanti saya akan tunjukkan yang lain yang lebih bagus. Saya pake mobil didepan itu” Pak tua tadi menunjuk mobil susuki carry merah sambil membungkuk untuk mengambil kedua travelling bag kita. 

Aku akhirnya mengangguk pada Sri untuk mengikuti lelaki tua itu menuju mobil carry merahnya. Kita dibawa keluar terminal dan memasuki mobilnya. Beberapa saat terlihat kantor telkom disebelah kiri jalan dan mobil berbelok ke sebuah gang yang cukup lebar dan berhenti disebuah losmen dengan bangunan tinggi. 
“Mari om saya tunjukkan kamarnya” katanya setelah membukakan pintu. Sri senang dengan suasana losmen dan terlihat ada kebun bunga dibagian penginapan itu. Kita berjalan langsung ke sebuah kamar dengan nomor 9. Bapak tadi membukakan kamar dengan kunci yang dia bawa. “Saya yang punya losmen ini, jadi Om tidak usah khawatir. Bagaimana suka dengan kamarnya?” tanyanya.

“Sri kamu suka?” tanyaku pada Sri
“Terserah Mas Polie?” katanya menjawabku. Aku berjalan masuk kedalam dan menuju ke kamar mandi. Bau cat masih tercium menandakan bangunan itu memang baru. Wastefel dan toilet duduk terlihat didalam kamar mandi, bak mandinya bak mandi biasa.
“Ya sudah pak, kita nginap disini saja” kataku. 
“Om mau nginap berapa hari disini?” tanyanya
“Dua malam , pak” jawabku tegas.
“Om kalau lapar didepan sana ada kantinnya. Istri saya yang masak jadi kalau perlu minuman atau makanan sudah tersedia disana semua. Kalau perlu mobil, mobil saya tadi juga untuk sewa siapa tahu mau putar putar ke sekeliling daerah ini.” Jelasnya sambil menawarkan jasanya. “Saya minta uangnya dulu Om, jadinya 90 ribu rupiah” katanya lebih lanjut.
Aku ambil uang dari dalam dompet dan memberikan padanya. Pak tua memandang ke aku sambil berbiacara.
“Silahkan istirahat Om, sama saya mau pinjam KTP nya sebentar untuk dicatat dibuku tamu.” Katanya

“Sri, kamu bawa KTP kan. Kamu berikan ke bapak ini.” Kataku meminta Sri.
Sri agak takut dan ragu ragu memberikan KTP nya karena dia mengira ada apa apa. Aku sempat memberi kedipan mata untuk tidak khawatir. 
“Sebentar ya Om………saya catat dulu. Saya akan kembalikan segera setelah saya selesai mencatatnya. Silahkan istirahat dulu, kelihatannya capek sekali dari perjalanan.” Katanya kepada kita berdua.
Lelaki tua itu keluar dan membawa KTP nya Sri. Dia menutup pintu dan percikan air hujan dari luar masuk melalui celah pintu yang terbuka.

“Aku capek sekali mas………….aku mau mandi tapi kok sangat dingin ya cuacanya.” Katanya sambil medekatiku. Aku meraih tubuhnya dan memeluk erat tubuhnya. Harum rambut dan parfum yang dia pakai bukan seperti parfum murahan dan terasa nyaman terhirup oleh hidungku. Sentuhan tangan dan jemarinya dipundak dan leherku terasa lembut. Ada rasa kangen untuk merengkuhnya kedekapan dan memberikan kecupan dibibirnya. Bibirnya menerima kecupanku dengan terbuka dan dan basah. Pagutan bibir kami terasa memicu sebuah gelora yang terpendam selama beberapa hari sirna. Sri melenguh dan menggeliat meminta dadanya diberikan perhatian. Ku masukkan jariku kedalam baju kaos yang dia kenakan dan menyentuh kulit badannya.
“Jarimu sangat dingin mas……..” katanya setelah melepas pagutan kami. Nafasnya tersengal sengal dan kata katanya terbata bata sambil menjauhkan tubuhku dari tubuhnya. Aku tarik kembali tubuhnya kedalam rengkuhan lenganku dan kuselimuti badanya dengan tubuhku. Terasa nyaman dan hangat di tengah cuaca yang sangat dingin.

“Tok …tok …tok …..” suara pintu diketuk menghentikan kegiatan kami. 
“Siapa…………..? tanyaku sambil berjalan kearah pintu.
“Mengantar teh Om …………. !” katanya menjawab
Aku buka pintu kamar dan berdiri seorang gadis kecil kira kira 15 tahun membawa sebuah nampan berisi 2 gelas teh panas dan 2 potong pisang goreng. Perut menyambut dengan suara kemerucuk pertanda lapar. Aku raih nampan yang dia bawa dan membawanya kedalam kamar.
“Om………………tidak pesan nasi untuk makan?” tanyanya dengan lincah. Ada nasi rawon, nasi rames, nasi goreng merah dan beberapa jenis nasi yang mengundang selera.
“Mas…………….kita makan saja kamar ya? Aku sudah lapar dan aku mau pesan nasi rawon saja.” Sri mengeluarkan suaranya.

“Ya sudah, saya mau pesan nasi rames.” Kataku memesan makanan pada gadis yang membawakan teh panas.
“Itu saja Om” katanya sambil membawa nampan tadi kembali dan menutup pintu kamar. 
“Aku cuci cuci dulu deh Sri……….” Sambil berjalan kedalam kamar mandi.
“Aku juga ikut mas………aku kedinginan nanti kalau sendirian” pintanya
“Ya sudah sini……….” Aku melepas bajuku, celanaku dan berjalan masuk kedalam kamar mandi. Airnya sangat dingin dan menusuk pori pori kulitku. Tapi aku tahan saja sambil membasuh lengan dan wajahku. Sri masuk kedalam kamar mandi dengan bertelanjang dan memelukku dari belakang. 
“uuuughhughhug dingin sekali mas………….!” katanya

Teteqnya menempel skin to skin ke punggungku. Kehangatan terasa dari sumber bagian depan dadanya dan mengalir ketubuhku melalui punggungku yang menempel langsung pada teteqnya. 
“Sri ……………kenapa ada yang panas dipunggungku?” kataku padanya
“Aku tidak tahu mas………….?” Jawabnya lugu.
“Loh…………kenapa punggungku gosong Sri?” kataku sambil meraba punggungku
“Oooooooohh itu tadi ada yang bermain lilin mas jadi mas ngga terasa ya waktu aku mematikannya. Waktu aku peluk tadi aku berusaha mematikan api yang ada punggungmu itu mas.” Katanya menjawab.
“Coba lagi …………..kamu tempelkan ”kataku memintanya

“Apinya kan sudah mati mas……….buat apa ditempelkan lagi sambil senyum.” Katanya penuh jenaka. “Ayo mas cepat cuci cuci, siapa tahu yang mengantar makanan cepat kembali.” Katanya dengan pelan. Sambil mengambil air dari bak mandi dan menyiramkan air kebagian lengan dan ketiaknya. Teteqnya sri bergantungan dengan leluasa seperti buah papaya yang gemuk dan penuh daging. Ingin ku memegangnya tapi sudah diperingatkan untuk tidak karena dingin. Dia menyabuni seluruh badannya dengan washlap yang dia bawa dan mengelap seluruh permukaan kulit tubuhnya. 
Memeqnya sudah kembali ditanami dengan bulu bulu mq yang halus tetapi masih pendek. Tangannya terus menyabuni, pantat dan meqinya tak luput dia sapu dengan washlap . Dia siram sesaat dengan air dingin dan mengeringkannya dengan handuk tipis yang dia bawa masuk kedalam. Aku mengikutinya keluar kamar mandi sambil mengamati bagian belakang tubuhnya yang polos. 

“Tok….tok….tok” pintu diketok dari luar. 
“Mas sana buka dulu pintu kamarnya” katanya sambil berjalan kembali masuk kedalam kamar mandi.
Aku memakai celana pendekku tanpa memakai celana dalam dan berjalan ke pintu depan untuk membuka. 
“Om makanannya sudah siap” dia berkata sambil tersenyum kepadaku. Dadaku masih terbuka, hanya handuk saja yang masih tergantung dipundakku. Aku biarkan dia masuk kedalam kamarku dan dia memandang keseliling ruangan dan mendapati tempat tidur masih rapi tertata. Setelah meletakkan makanan di meja kecil dekat dipan, dia keluar dan aku berikan kata terima kasih.

“Sri………..keluarlah! Makanan sudah siap. Sri keluar dari kamar mandi dan berjalan kearahku dengan hanya memakai celana dalam. Dadanya masih terbuka leluasa ditutupi handuk kecil yang dia pakai dikamar mandi. Sri kelihatan sangat sexy dengan pusar terlihat dan teteq yang kelihatan menyembul dibalik handuk yang menutupi. Aku mengulurkan tanganku menyambut kedalam pelukanku. Aku tersenyum penuh nafsu meraih tubuhnya dan mempererat pelukanku. 

“Aku kangen kamu Sri…………” bisikku ketelinganya. Udara dingin menusuk membuat kami menikmati kehangatan tubuh kita. Gesekan kulit tubuh kami membuat kehangatan memercik dan tersalur keseluruh tubuh kami. Sri menengadahkan mukanya dan mendekatkan bibirnya kebibirku. Aku terpacu untuk mengecupnya yang hangat dan melekatkan bibirku keatas bantalan kedua bibir indahnya. Kecantikan perempuan nampak sesaat nafsu bicara. Sri yang tidak begitu cantik kelihatan sangat indah hari itu. Enggan rasanya untuk melepaskan tubuh sexynya hanya karena lapar. Tautan bibir kami menggelora dan membangkitkan nafsu yang tertinggal. Gelora birahi memercik mercik menyulut sebuah bara yang lebih besar. Tanganku menelusuri punggungnya dan menemukan jalur sutra ke teteqnya yang lebih hangat. 
“Ooooooooooohhhh Mas Polie………… gerakan sangat lembut” bibirnya terlepas dan nafasnya memburu. Aku kecup telinganya dan melumat daun telinganya dengan lembut.
“Kita makan dulu mas, keburu dingin. Kita lanjutkan lagi setelah makan” katanya membujuk. “Aku juga udah kelaparan” lanjutnya

Aku tidak membiarkan begitu saja dia memutus bara yang sudah berkobar. Aku menjelajahi batang lehernya dengan bibir dan lidahku yang basah.
“Oooooooooooohhh mas……….kamu nakal sekali. Aku mau makan dulu supaya ada tenaga” katanya
Aku menghentikan kegiatanku dan memandang wajahnya yang sayu dengan kedua pelupuk mata yang membengkak tanda birahi. Matanya membalas tatapanku dan kembali dia menubruk dadaku. Teteqnya yang kenyal tergencet diantara jepitan kedua dada kita. 
“Mas……….?” Katanya lirih sambil mengelus kulit dadaku.
“Ya, Sri………? Jawabku singkat.
“Mas Polie sayang sama aku?” tanyanya
Aku terdiam sesaat dengan pertanyaannya yang tiba tiba itu. 

“Aku sayang kamu Sri………….” Jawabku sambil menengadahkan wajahnya. Aku memncium keningnya untuk meyakinkan jawabanku.
“Perasaan Mas Polie bagaimana ketika pacarku menjemputku?” tanyanya lagi
Aku melepas pelukan ke tubuhnya dan merenggangkannya jauh dari badanku. Aku melihat pancaran matanya dan kelihatan dia sedang menilai sesuatu dariku. 
“Kita sambil makan yuk?” kataku sambil meraih piring yang ada diatas meja dan memberikan makanan pesanannya.

“Mas Polie ………..kenapa tidak jawab pertanyaanku” dia memandangku sambil menunggu reponku.
“Sri………..aku sakit hati sekali ketika kamu beritahu aku kalau itu pacarmu. Rasanya aku telah ditusuk dengan senjata tajam. Kenapa kamu begitu mendadak tanpa memberitahu aku dan sepertinya aku merasa dicampakkan. Kamu tidak memberitahu aku sehari atau dua hari sebelum kamu pergi. Beberapa hari setelah kamu pergi, aku ingin sekali pergi ke Malang untuk bertemu sama kamu tapi aku tidak tahu dimana alamatmu. Aku ingin tinggalkan toko guna mencarimu di Waru tapi aku juga tidak tahu daerah itu. Aku seperti putus asa dan tidak berdaya.” Jelasku

Sri memandangku dengan tidak berkedip, aku mendekatkan lagi wajahku untuk mengecupnya. Tangan kanan Sri menyambut pipiku, ada genangan air mata meleleh dimata kanannya dan mengalir menuruni pipinya diikuti aliran pelan dari mata kirinya. 
“Kenapa menangis Sri…….” Tanyaku iba sambil mengunyah makanan.
“Aku senang mas………….ternyata mas ada perhatian denganku. Selama aku kerja dengan mas, Mas Polie tidak pernah mengucapkan kata “Sayang” kepadaku sehingga dalam hatiku aku selalu beranggapan bahwa aku hanya mas jadikan sebuah pelampiasan fantasi sex Mas Polie saja” jelasnya

“Kenapa kamu punya anggapan seperti itu Sri?” kataku lagi
“Karena aku tidak pernah mendengar ucapan sayang dari Mas Polie” katanya lirih. Dia melanjutkan mengunyah makanan dan kita mendengar hujan semakin deras. Kami terus berbicara hingga kita selesai makan makanan yang kita pesan. Aku kembali ke kamar mandi untuk sikat gigi dan Sripun mengikuti aku. 
“Acara kita selanjutnya apa mas?” tanyanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar