Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 32

“Kita dikamar saja Sri karena hujan deras dan kita tidak tahu apa yang kita bisa lakukan.” Jawabku
“Kita tidur saja supaya kita bisa jalan besok pagi.” Kataku sambil berbaring
“Mas ………….siapa yang menggantikan aku kerja disana?” tanyanya
“Rosminah, yang biasa bantu di rumah Mas Jaya” kataku. “Memang kenapa?” tanyaku
“Aku hanya ingin tahu……….mas juga cium teteqnya?” tanyanya dengan muka cemburu
“Tidak!…………….memang aku apa. Cium sana cium sini.” Kataku

“Jangan tersinggung dong mas, aku kan hanya tanya” jelasnya dengan senyum nakal
“Sri…………?” aku menarik tangannya untuk rebah disampingku
“Mmm…….” Jawabnya ringan
“Aku bawa kondom” kataku lirih
“Kondom……..?Untuk apa mas…………?” katanya menggoda sambil tersenyum
Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya yang terakhir ini. Aku tidak tahu bagaimana harus memulai untuk fase kearah sana. Aku menyesal dengan kataku tentang kondom. Kenapa kata kondom yang aku keluarkan dulu. Kenapa aku tidak meraba dan memanasi dulu tungku tubuh dan memeqnya. Kenapa aku harus to the point tentang karet ajaib itu.

“Kamu dulu yang kasih saran untuk membawa kondom kan?” jawabku sekenanya
“Masa aku pernah minta bawa kondom segala?” jawabnya tak mau kalah
“Heheheeheh kamu meledek ya?” kataku sambil merapatkan tubuhku

Aku gelitik pinggangnya yang polos dan merapatkan tubuhku ketubuhnya. Kehangatan yang tadi hilang kini sudah kembali terasa. Sri berusaha mengelak jariku dipinggangnya dengan memutar tubuhnya. Tapi putaran tubuhnya justru merapatkan tubuhnya ketubuhku dan terkuncilah tubuhnya. Aku mencium badannya dari pundaknya dan menelusuri dada atasnya.

“Mas berhenti dulu ………!” katanya sambil tersengal
Aku berhenti dan memandang ke wajahnya.
“Mas Polie…………kamu masih sayang aku?” tanyanya
“Kenapa tanya pertanyaan yang sama?” kataku menjawab “Iya Sri aku sayang sama kamu.
“Aku pernah melakukannya mas………….” Katanya menggantung 
“Huh………?” aku tidak mampu mengatakan kata kata apapun.

“Mas…………..waktu aku pulang malam itu aku tidak menginap di rumah saudaraku di Waru tetapi aku diajak menginap di losmen. Mas Mul memaksaku untuk melakukannya. Bulan Juni nanti aku akan menikah sebelum dia berangkat berlayar.” Katanya

Aku tercenung dengan ucapannya dan kata katanya terus terngiang.
“Mas Polie…….aku tahu mas kecewa tapi mas jangan marah ya?” pintanya
“Tidak Sri………aku tidak marah. Cuman itu semua diluar dugaanku Sri. Memang aku tidak sewajarnya mengambil kesucianmu. Aku belum mampu bertanggung jawab atas apa yang akan aku ambil.

Sri mendekapku “Trima kasih mas, kalau kamu bisa mengerti” Katanya berbisik. 
Aku kalah lagi selangkah dengan Sri, itu berarti dia masih tetap menjadi guruku dalam bidang olah ranjang. Aku masih belum tahu langkah apalagi yang harus aku lakukan. Sri masih mendekapku. Pasrah saja adalah keputusan yang akhirnya aku ambil dan itu adalah sesuatu yang benar aku rasa. Aku dekap tubuhnya dan mengecup dahinya. Aku merasa tidak begitu terbeban dengan masalah virginitas setelah mendengar kata katanya. Tanggung jawab yang aku pikul tidak akan terlalu membebani pikiranku kalau aku melakukannya.

Aku menanamkan bibirku keatas bibirnya yang menerimaku seperti sebuah es yang sedang meleleh. Aku benamkan lidahku menyentuh pinggir bibir sensitivenya. Ujung lidahku meniti sebuah jaring jaring rongga mulutnya dan menyemai hamparan lembut lidahnya yang dia julurkan. Kehangatan dari olah lidah memercik mercik mengikat desir desir nadi yang menggelora berselimutkan rindu dan dendam. 
“Apakah ada dendam dipikiranku? Apakah ada rasa sakit hati terjepit direlung hatiku?” pikiranku sempat berlari jauh dari titik kegiatanku. 

“Tidak …………..tidak ada dendam. Tidak ada hati yang tersakiti” pikiranku berceloteh.
Dengan lembut aku melayani bibirnya yang lapar dan mengorek seluruh permukaan rongga yang tersembunyi dibelakangnya. Kehangatan yang dia tawarkan membuatku liar. Aku lepaskan bibir indahnya dan menelusuri turun kearah telinga yang dia sambut dengan erangan yang membahana keluar dari mulutnya yang mungil.

“Oooooohhhh mas……….aku merindukanmu” terpesona aku mendengarnya
Perlahan aku julurkan lidahku kepermukaan daun telinganya dan getaran hebat respon dari tubuh sri membuatku trenyuh. “Akan aku berikan kepadamu Sri……………” pikiranku berkata
“Ooooooooohhhh mas…….jangan siksa aku.” Tanganku diraihnya dan diantarkannya kedadanya yang terbuka. Selimut menutupi badan kita dan aku meraih bundaran lunak dada yang berujung putting manis itu. Aku lumat telinga dan ku remas pelan dan lembut dadanya. 

“Oooooooooohhhhh terus Mas Polie, aku rindu sekali dengan jarimu. Pegang aku Masssssssss………z..z.z.z…ohhhhhhh. Tanganku mengusap putting yang mengeras dan mulutku mengecupi lehernya yang jenjang. Kulit tipis lehernya sangat peka dengan kecupan lembut bibirku. Dia menengadah memberiku akses untuk menjelajahi dan mengukur dimana birahi akan muncul. Lidah terjulur dan erangan makin terdengar kuat. “ooooooooooohhhhh Mas Polieeeeeeee” erangnya 
Jariku menaiki pundaknya dan aku mengangkat tubuhku untuk bisa lebih leluasa menikmati erangan dan menyapu bilik dadanya. Ku pegang wajahnya dan ucapkan sayang kepadanya”

“Sri aku sayang kamu………….aku rindu sekali padamu” ucapku diujung telinganya. Hempasan udara “kata sayang dan rindu” yang keluar dari mulutku membuatnya semakin melayang. Dia tergolek pasrah dengan erangan ringan sesekali terdengar dan keluar dari mulutnya.

“Aku tidak tahan mas……….Ooooohhhhh massss” mulutnya bergerak gerak seirama dengan lekukan tubuhnya yang bergoyang terangsang oleh sapuan lidahku dibagian pusarnya. Tangannya yang mungil mendorong kepalaku untuk lebih kebawah. Aku tidak mudah mengikuti kemauannya, aku punya cara sendiri untuk membangun birahinya hingga pecah. Kugerakkan lidahku kekanan dan kekiri menyilangi perut bawahnya perlahan lahan turun kebawah. Dia meronta ronta dan pinggulnya bergoyang searah dengan gerakan lidahku yang menyusuri. Kadang kadang dia mengangkat pinggulnya sambil menekan kepalaku kearah memeknya yang masih terbungkus celana dalam hitamnya.

“Mmmmmmmmmmaasssssss bisanya kau siksa aku, ooooooooohh masssszzzz.” Erangnya memanjang. Aku lanjutkan penjelajahanku kearea yang sudah aku kenal dengan baik. Titik titik perhentiannyapun masih aku ingat dengan baik pula sehingga memungkinkan untuk mengexplorasi keindahan sexualismenya. Erangannya menjadi semakin kuat dan merdu ditelinga. Hentakan hentakan binal adalah respons dari kejutan kejutan aliran listrik dalam tubuhnya karena rangsangan rangsangan yang sangat kuat dari permukaan kulitnya. Kedua tangannya yang kecil mencengkeram kuat rambut kepalaku dan menekannya tepat diatas vaginanya yang terbungkus. Kedua kakinya terangkat sehingga memberi keleluasaan padaku untuk menyelamkan lidahku kedalam sela sela bibir memeqnya yang terjepit dibalik celananya. 

“Aaaaaahhhhh aku tidak kuat mas………lepas celanaku.” Pintanya dengan lemas
Aku kupas celananya perlahan dan dia mengangkat pinggulnya mempermudah kegiatanku untuk menurunkan celananya. Kakinya yang jenjang dia gerakkan menghunus keluar lobang celana yang dia pakai satu persatu. Mimik wajahnya sangat sendu dan pandangan matanyanya terlihat aroma sexual. 

“Mas lepas juga celana pendekmu” pintanya
Tidak perlu dua kali dia mengatakannya kepadaku dan akupun berdiri memelorotkan celana yang sedang aku pakai. Polos dan tegak batreiku berdiri. Sri bangun dari baringnya dan mendekatkan bibirnya sambil memonyongkannya maju menyambut batreiku yang sudah terhunus. 
Perlahan dia sapu lidahnya kelobang kepala dan melepasnya kembali “Asin sekali mas” berapa lama tidak keluar?” tanyanya

“Sejak kekasihku pergi kembali ke Malang” kataku lirih
“Nanti mas akan menemukan penggantiku. Percayalah tidak akan lama lagi mas akan ada yang mengurus” katanya penuh keyakinan.

Aku baringkan Sri keatas kasur dan membelai rambutnya. 
“Aku pakai kondom ya Sri…….?” Kataku berbisik
Sri memandangku dengan sayu kemudian dia menggelengkan kepalanya perlahan kekiri dan kekanan. Aku tidak mau mas pake kondom. Aku ingin merasakan mas seperti apa adanya, aku ingin membungkus batreimu dengan lipatan vaginaku” pelan dia menjelaskan. Dia menarik tubuhku keatasnya untuk menindih badannya yang polos dan telanjang. Kedua kakinya terbuka lebar menyambut tumpuan badanku.
“Sri nanti kalau kamu hamil bagaimana?” tanyaku khawatir
“Jangan dibuang didalam mas, supaya aku tidak hamil”

Sri meraih batang batreiku dan menuntunku untuk kearah lobang memeqnya. Mataku ingin melihat proses batreiku bagaimana masuk kedalam memeqnya, tetapi tidak bisa karena terhalang oleh tubuhku sendiri dan kurangnya pengalaman. Kepala batreiku menyeruduk sebuah himpitan yang basah dan hangat. Tangan Sri melepas batreiku yang keras tadi dan menaruh kedua tangannya keatas pantatku. Dengan perlahan lahan dia menekan kedua pantatku untuk turun. Kehangatan menyelimuti kepala batrei dan perasaan nikmat menyerbak kedalam tubuhku. Kulit kepala batreiku yang sensitive menembus lorong merah muda dan menjepit, membalut dan mengepit erat. Kepala batrei masuk karena bantuan Sri dalam mengolah pinggulnya yang seksi disertai erangan lembut dari mulutnya. 

“Oooooooh masssssss memeqku rasanya penuh sekali ooooooooooooozzzzzzzz” erangannya membuatku lebih perkasa. Nikmat yang pertama kali dalam hidupku terkuak nyata dalam benak dan dinikmati oleh tubuh yang gersang. Tidak pernah membayangkan bahwa ini akan memicu birahi untuk terus dipuaskan. 

“Sri……kamu merasa sakit tidak?” tanyaku
Sri hanya menggeleng sebentar pertanda bahwa dia tidak merasa sakit. Tapi gerakanku tidak bisa cepat karena memeqnya sangat peret. Aku tarik keatas batreiku dan bibir atasnya mengatupi bibir bawahnya. Cuaca yang dingin sudah tidak terasa lagi, nafas menderu dan otot otot mengencang. 

Perlahan lahan aku menurunkan pantatku lagi dan menyodok kebawah menikmati putaran goyangan pinggul Sri dan gesekan otot otot vagina merangsang semua biduk batreiku. “Sriiiiii enak sekali ya……………”? kataku

“Iya mas …….ohhhhhhh enak?” kembali aku kocok naik turun dan pinggulnya Sri mengoyang kekanan kekiri. 

“Mas tindih aku, aku ingin badanmu mengahangati aku.” Pintanya. Gerakan yang tadi pelan berubah menjadi lebih cepat intensitasnya dan erangan dari mulut Sri semakin keras. Aku kecup lehernya sementara pantat masih bergoyang dan batreiku melobangi memeqnya. Kecupan bibirku kedaerah lehernya berubah menjadi alat pemicu erangannya. 

“Ooooooohhhhhh massss teruskan, jangan berhenti” katanya mengiba sambil mengangkat kedua kakinya tinggi tinggi. Aku turuti perintahnya dan aku tekan kebawah pantatku. Kenikmatan yang dia rasakan mengganda dengan kecupan dan jilatan lidahku keseluruh permukaan lehernya. Wajahnya tidak lepas dari pagutan bibirku juga dan erangan terus berlanjut. 

“Massss.s.s..sss ohhhhhhhh mas aku mau yang kuat nekannya. Yaa ….aaa…. begitu trus sss…….teruuuuusss masssssssssss Ooooooooooooohhhhhhhhhhh” kaki yang dia angkat tadi mengibas ibas. “Ooooooohhhh masssss eaannnnnnaaaaaakkkk trus mas…………masssssssss” erangannya memicu rasa nikmat ketubuhku. Rasa yang selalu aku rasa ketika puncak akan tergapai. 

“Sri aku juga mau keluar………….”kataku. Nafasku memburu dan gerakanku semakin liar dengan suara erangan erangan Sri……..

“Mas…….jangan keluarkan dulu yaaaaaaaaa. Ooooooooooohhhhh masssssss nikmattttts ekallllliii oooooooooooooohhhhhh. Aku tidak tahaaanan masssssssssssssssss”
Kaki yang terangkat dan mengibas ibas terjerembab turun kekasur dengan keras seperti tidak berotot. Lunglai dan lemas…………batreiku masih teronggok perkasa didalam memeqnya yang basah kuyub terbungkus oleh lapisan danging vaginanya. Kenikmatan yang tadi sudah hampir kepuncak tiba tiba turun kembali melihat Sri tergolek dengan nafas yang tidak beraturan. Matanya tertutup erat dan lengannya lemas tak bertenaga. Wajahnya penuh kedamaian dan aku ingin rasanya meneruskan keinginanku untuk menuntaskan apa yang belum selesai. 

“Sri………..”kataku lembut.
“Apa mas………..sebentar ya……..aku nikmati dulu yang pertama ini. Aku berniat mencabut batreiku dari memeqnya tetapi tangannya mencegahku. Aku menindihnya dan memeluknya guna memberikan kehangatan. Aku kecup keningnya dan menempelkan mukaku kepipinya. 

Pelan aku menggoyangkan pantatku naik dan menurunkannya perlahan lahan. “Aku masih sensitive disitu mas………..ssssss Oooooohhhh gattttttteeeeelllll massssss” bisiknya. Aku tidak bereaksi atas apa yang dia bisikkan kepadaku. Aku memandang wajahnya dengan ekpressi yang aku tidak ketahui. Tetapi aku yakin itu adalah sebuah ekspressi kenikmatan saja. Aku ingin sekali segera melepas kepenatan sperma yang menunggu sejak tadi. Goyanganku semakin intense dengan beberapa kali sodok menghujam keras kedalam memeqnya. Cengkeraman memeqnya masih terasa kencang dan tiba tiba aku merasakan goyangan pantatnya sehingga friksi gesekan dinding memeqnya dengan kepala batreiku semakin terasa. Kepala Penisku seperti dicengkeram dan diperas lembut. Ketika aku majukan dinding vaginanya mengurut kulit palkonku. 

“Oooooohhhhhh Sriiiiiiii, eeeeeeeenaaaak sekaliiiiiiiiii” erangku terdengar ketelingaku.
“Aku juga enak maszzzz……ssssssss….s.s.s.s” Suara Sri seperti mendesis. “Aku mau diatas Mas Polie” pintanya sambil menghentikan gerakan pinggulnya.

Aku menekan tanganku kekasur dan mengangkat tubuhku lepas dari atas badannya. Tubuh kami lembab dengan keringat diseluruh permukaan kulit kami. Pikiranku hanya satu yaitu aku ingin cepat tuntaskan permainan.

Sri memelukku dari samping dan aku naikkan kakiku kepinggangnya dan menekannya mendekat kebadanku. Matanya mengarah kepadaku dan bibirnya tersenyum lembut penuh arti. 

“Kamu menyesal mas…..?” katanya lirih
“Tidak……….aku senang akhirnya aku bisa melakukannya denganmu. Ini seperti impian yang menjadi kenyataan.” Kataku sambil mengecup bibirnya.
“Apa kamu menyesal Sri……..” tanyaku balik sambil memeluknya

“Tidak Mas………..aku tidak menyesal sama sekali. Ini kesempatan yang ada buat kita berdua. Aku malah senang akhirnya keinginan untuk bergumul denganmu bisa terlaksana.” 
Aku tarik tubuhnya keatas untuk menindihku dan tangannya yang lembut menggenggam batang batreiku. Dia arahkan kelobang memeqnya dan pelan pelan dia menuruni batreiku. “Ooooooooooohhhhh” suaraku terdengar parau. Sri dengan pelan menggoyang pinggul dan pantatnya. Dia tarik keatas sedikit “Oooooohhhh mas……..” erangnya. Dan kembali dia turunkan badannya untuk mengurut batang dan palkonku. Rasa yang dibuat dari apa yang dia lakukan lebih dari rasa cap cai dan lebih manis dari gula gula. Aku melihat kebawah untuk melihat kontolku yang tenggelam didalam sumur nikmatnya. 
“Ooooooohhh mas enaaaaaakkkk sekali massssss.” Goyangannya semakin cepat. 
“Sriiiiiiii aku sudah mau keluar…………….cabut dulu sri………” kataku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar