Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 4

“Udah kuhitung, Mas Jaya mau ajak aku ke Makro untuk beli beberapa barang, jadi dia minta aku untuk menemaninya.” 
“Terus Mas Polie mau ngapain sesudah toko tutup” dia tanya
“Aku bantu kamu cuci celana jeansku deh supaya kamu ngga terlalu capek” jawabku

“Eeeeh tidak bisa karena aku hanya pake celana dalam kalau cuci baju mas, aku takut rokku basah” dia jawab
“Kan kamu udah pake handukku, memang tidak bisa menutupi? Toh tadi juga udah kamu tunjukkan pahamu. Memang masih ada yang belum kamu tunjukkan?” pancingku.
“Iiihhh mau tahu saja sih?” suaranya di genitkan 
“Heheheheh, aku kan hanya ingin tahu?’ jawabku 
“ Ya udah kita makan dulu baru kita lanjutkan cuci cuci nya.” Dia bilang
Aku ngga bisa konsentrasi makan, didepanku ada mahluk yang sebagian pahanya kelihatan dan mulus menerawang jelas karena meja makan nya adalah meja kaca. Aku sambil nunduk curi curi pandang pahanya. “Aku ingin sekali lagi pegang paha empuk dan putih itu.” Khayalku.
Kita selesai makan dan minum terus kita kekamar mandi. Jam udah nunjukin pukul 12:15. “Masih lama sebelum Kakakku menjemputku.” Pikirku
Cucian masih banyak dan belum disikat semua. Aku duduk berhadapan dengannya dan kakinya berusaha menutupi belahan pahanya. Handukku ketarik keatas semakin banyak paha yang nampak. 

“Sri………kamu ngga jijik mencuci celana dalamku? Tanyaku ingin tahu
“Nggak tuuh? Memang kenapa harus jijik?, memang mas penyakitan ya?” timpalnya. 
“Berarti mas tadi jijik dong cium pahaku? Sergahnya
“Ngga, aku cuman kaget saja?” 
“Kenapa mas kaku sekali sih, kelihatannya?”
“Habis kakimu bagus sih, ntar kalau aku pandangin terus kamu kira aku kurang ajar?”
“Oh……. Cantik ya? Kenapa waktu cium pahaku tadi pagi kau tutup matamu mas?” tanyanya
“Ya sekarang tidak akan aku tutup lagi, sayang ada barang indah tidak dinikmati” aku bilang padanya.
“Kalau begitu aku harus tutup rapat rapat supaya tidak menjadi tontonan gratis” elaknya
“Wah kalau begitu kamu permainkan aku dong, sri?” aku serang dia
“Permainkan bagaimana toh mas? Memang Mas Polie bola ya, sehingga aku buat mainan? Kalau Mas Polie punya bola sih aku tahu. Tapi aku ngga punya mas? Heheheheh 

Paha didepan mataku sering berubah posisi, apakah dia sengaja atau tidak yang jelas aku tidak merasa lelah untuk memandangnya. Suatu kali dia ganti posisi lagi dan dia buka pahanya, handukku yang dia pake agak terbuka lilitannya, sempat kulihat paha kiri belakangnya ada noda warna kecoklatan.
“Sri, pahamu bagus ya, tapi kenapa di paha kiri belakang kok ada noda coklat itu kenapa?” aku ingin tahu
“Oh………….mas kok tahu disitu ada tanda? Apa mas suka ngintipin aku?” tanyanya
“Barusan aku lihat waktu kamu bergerak pindah posisi.” jujurku
“Wah bahaya deh kalau begitu, bergerak saja sedikit udah keintip, apalagi kalau banyak bergerak, bisa bisa keintip semua deh……………heheheheh” dia ngeledek. “Itu tanda lahir mas.”
“Oooohhh aku kira tanda kena knalpot sepeda motor” aku jawab
“Iiiiiih…….teganya” dia siram beberapa air ke wajahku.
Wah gawat pikirku, bisa basah semua nih aku. Tapi tidak apa apa deh, kan sebentar lagi aku akan pergi. Aku siram balik beberapa air ke wajahnya. Beberapa air membasahi baju atasannya. 

“Eeehhhh, lihat niiii……….iiih bajuku basah.” Dia teriak. Dia pura pura menunduk dan siram lagi air ke tubuhku sambil ketawa. 
Aku tidak mau kalah, aku ambil selang air dan nyalakan krannya sambil semprotkan air ketubuhnya. Emosi nikmat sudah menyeruak keatas kepala dan ingin dituntaskan. Aku ingin sekali lagi menyentuh tubuh hangatnya. Kaos yang dipakai sudah basah dan nampak samar samar kulit dadanya yang putih mengecap. Aku sontak tertegun melihat keindahaan itu. Aku berdiri dan menyemprotkan air keatas kepalanya. Dia juga berdiri ingin merebut selang yang aku pegang. Kita rebutan dan dia semakin mendekatkan tubuhnya ketubuhku. Handukku yang melilit pinggangnya jatuh dan semakin jelas kaki panjangnya dimataku. Badannya basah kuyub. Dia bersikuat merebut selang dari aku sambil berkata 

“Awas kalau sampai terebut selang itu aku akan semprotkan semua air ketubuhmu.” 
Pergumulan perebutan selang di sertai dengan ketawa ketawa. Aku lepas selangnya dan jatuh dilantai sedangkan Sri, belum sadar bahwa bagian bawah tubuhnya sudah tidak tertutupi. Wah mulus sekali tubuhnya, kutarik tangannya dan aku dekap dia. Dia tidak berontak dan mendekatkan bibirnya kearah bibirku. Dia menyeluapkan lidahnya dan mencari pasangannya di rongga mulutku. Polie Junior udah minta di elus lagi. Tanganku meraih wajahnya dan ciuman kita semakin menggelora tak kenal batas lagi. Tiba tiba tanggan kanannya meraih tanganku dan dia arahkan ke payudara kirinya. Aku tidak tahu mau diapa payudaranya. Tanganku hanya menempel disitu saja sedangkan mulut kita udah terus menempel. Tangan kirinya menjalar turun ke arah Juniorku dan meraihnya untuk digenggam. Aku tidak bisa gambarkan nikmat yang menjalar karena tangannya produktif sekali mengelus. Mulutku terlepas dari mulutnya dan dia berikan instruksi kepadaku. “Mas, payudaraku diremas pelan pelan.” 

Aku goyang sedikit dan aku gerakkan berputar kekiri dan kekanan. 
“Iya begitu mas, terusssss jangan berhenti” 
Aku lupakan nikmat yang dirasakan juniorku, ku kecup lagi bibirnya. Terasa dingin waktu bibirku menempel dibibirnya. Aku pikir kenapa bibirnya agak dingin ya. Matanya sayup dan menunggu sesuatu. Tangan kirinya terus menghajar juniorku naik turun naik turun. Aku gerakkan tangan kananku menjelajahi seluruh payudara yang masih tertutupi Bhnya. Tidak terasa bahwa ini pertama kali bagi jari jariku menyentuh benda magis kedua. Aku lepaskan bibirku dan aku cium pipinya. Tapi dia goyangkan kepalanya hingga bibirku menyentuh telinga, dia mengerang “aaaaaaaa….aaaaa.a.aahhhhhh Mas Polie, teruskan mas. Addddduuuu….uuuuuhh enak teruskan mas. Erangannya semakin menjadi dan tidak tanggung tanggung. Juniorku pun sudah kembali merasakan nikmatnya. Bibirku tidak lepas dari telinganya. Tiba tiba dia berputar dan membelakangiku dan meraih kedua tanganku diarahkannya ke kedua dadanya. Kepalanya dia gerakkan ke belakang dan meminta aku untuk menciumi belakang telinganya lagi. 

“Maaaaaaaaaaaaaass……sss.s.sss.s teruskan mas, aku sukaaaaaaaa..a…a.a.a..aa aduh mas ternyata kamu pintar sekali. Adddduduuuuuuuuh terus masssss Polieee Dia goyangkan pantatnya dan Polieku terasa nikmat di gerus dan di goyang kanan kiri. 
Aku tidak berbuat lebih, karena isntinctku masih off. 
“ Mas, pelintir putingku yang kanan mas. Ayo mas cepat mas. Aku udah mau sampe” dia mengerang keras 
Aku raih putingnya dan aku pelintir sesuai permintaanya. Ternyata itu adlah tombol kenikmatan yang dia tunggu. Dan “AAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaa…..aa.a.a……….a.a..a.a.a .a.a.a.a.a.a.a.a.a.a.a.a.”
Gerakan pantatnya semakin liar dan Ohhhhh ohh ohhh ohhhhhh” 
Aku bengong harus bagaimana, aku hanya peluk dia didadanya. Kenyal dan empuk.
“Terima kasih mas…………….” Dia berkata lirih. Matanya yang tadi sayup bertambah redup penuh kenikmatan. Dia putar kembali badannya menghadap ke aku. Dan memeluk tubuhku. Berat badannya terasa sekali karena bajunya basah oleh air. 
“Batreimu pernah digigit mas?” tanyanya pelan
“Huh, digigit bagaimana? Sakit lah kalau digigit” aku kaget dengan pertanyaannya
“Ya sudah kalau tidak mau digigit, dia elus lagi Juniorku dan tiba tiba tangannya udah menggapai burungku dari dalam celanaku. 
“Mas………hangat sekali Batreinya, enak tidak kalau dipegang begini?”
Aku sangat terangsang dengan belaianya, “wah Sri enak sekali” 
Celanaku dikendori dan tangannya yang lincah keluarkan batreiku dan dikocoknya. Tidak lama Crrrroroooooot, crrrooooot crrroooooot. Eannnnnnnak Sri……..

Aku teriak terengah engah merasakan seluruh cairan nikmatku keluar dari tangan yang berjari lentik. Nafasku dan jantungku berirama bersahutan. Dag ……….ngos…… dig…………… ngos. Sepertinya terdengar jelas dalam keheningan yang sangat indah. Aku tidak bergerak sedangkan tangan Sri.. terus saja mempermainkan ujung batreiku yang sudah peka sekali. Tetesan cairan mengental seperti kristal kristal kecil yang lembut keluar dari ujung batreiku. Tiba tiba tangannya bergerak dan jarinya menggenggam sepasang telur dibawah batang batreiku. 

“Kenapa …………..dibagian sini dingin mas ya? Tanyanya sambil menggenggam telurku. Genggaman tangannya terasa sangat lembut seperti yang dituntut oleh keinginan telurku. 
“Kenapa dibagian batangnya hangat dan cenderung panas?” tangannya menggerakkan jarinya dan memegang ujung kepala. 
Aku hanya diam saja dengar pertanyaan konyolnya. 
“Itu rahasia Illahi yang tidak bisa dijelaskan oleh otakku. Mungkin kalau kamu tanya dokter L. Naek Tobing ada jawaban ilmiah dari mulutnya” jawabku sekenanya.

Kembali tersadar dengan keadaan tubuhku yang polos dan batreikupun masih di pegangya, aku melihat dada montoknya serta mulus pahanya bergaintian. Ingin sekali kalau aku bisa tidur dengannya malam nanti. Tidur dalam pelukan seorang gadis yang putih dan semampai seperti dia.
Kulihat jam sudah hampir jam dua dan aku tersadar dengan baju kaosnya yang basah kuyub dan terutama BH nya. Wah bisa kacau nih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar