Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 7

“Iya deh mas…………aku akan perhatikan sekarang.” Beritahunya kepadaku sambil dia turun dari badanku. 

Aku kembali melihat rambut rambut lebatnya sepintas dibelahan kedua pahanya dan menutup kembali. Rasa sesal menjadi muncul sesaat ketika dia harus meninggalkan batreiku karena rasa nikmat ditindih oleh vagina tiba tiba terangkat. Dia 

“Batreimu bikin aku gemes mas, tuuuu….uuh lihat dia menantang aku.” Di pegangnya penisku erat erat seolah benda mati.

“Aaaaaaaaaaaaaaa…hhhh jangan kau tarik begitu”!!? ini ada nyawanya
“Sorryy ……….mas aku gemas melihatnya. Tadi katanya batreinya minta perhatian.” Dia merajuk sambil memegang batang batreiku.

“Iyaaaa memang minta diperhatikan…………., tapi jangan ditarik dan diremas” jawabku sekenanya.

Sri duduk disampingku dengan paha terlipat, segitiga hitam yang ada di ujung pahanya tertutupi, padahal aku ingin sekali melihat gundukan empuk berlemak yang memmbentuk barang magis itu. Tangannya sudah mulai lagi menggoyang goyang batreiku dan teteqnya berayun ayun seirama goyangan tangannya.

Tiba tiba Sri menunduk kearah perutku yang tidak berproteksi dan menjulurkan lidahnya ke arah pusarku. Dia sapu melingkari seluruh permukaan kulit disekitarnya”
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh” teriakku ke enakan. “Aduuh Sriiiiii luar biasa enaknya. Kamu apakan itu disana, kok terasa enak sekali.” 
Lidahnya menjulur lagi kebawah dan menukik diatas daerah batreiku. Otot batreiku kembali mengencang tidak karuan. Kepalaku bergerak liar tidak karuan. Aku ingin menikmati sepenuhnya pelayanan darinya. Tapi aku tidak ingin mengumbar nafsuku saja, otakku juga bekerja “oooooh daerah situ kalau di jilat begini rasanya, membuat orang semakin gila” 

Tanganku meraih rambutnya dan mendorong kepalanya ke arah batreiku dan dia menuruti keinginannku. Dia menuruni kulit kulit daerah selangkanganku dan rasa nikmat, geli dan rasa lainnya yang selama 19 tahun umurku baru sekarang aku rasakan. 

“Aaaaaaaaaaaaa…………..aaahhh……Srrrrrriiiiiiii enak sekali” aku terjingkat. Bibirnya yang lunak dan basah menghisap dan mengecup kepala penisku.
“Masukkan kemulutmu Srrrriiiiiii…………masukkan kemulutmu cepat” aku mendesaknya

Dengan ragu ragu dia mulai memasukkannya kedalam rongga mulutnya. Kepala batreiku yang sudah bengkak semakin membara suhunya. 
“aaaaaaaaahhhhhhhhh enak sekali……….jangan berhenti……….ayo tanganmu juga kocok kocok keatas dan bawah. 

“Tangannya mulai bergerak sesuai intstruksi yang aku berikan…………..naik turun kocok coccocooooccok” 
Tiba tiba dia berhenti dan menanyakan” Mas eaaaannnaaak ya………? Cairan disini kok rasanya aneh ya mas…….? Aku kira tadi seperti kencing dan baunya kok bikin aku merasa terangsang lagi. Rasanya asin dan ………. Apa ya? Tanyanya
“Kamu ngga suka rasanya………….? Tanyaku minta konfirmasi
“Aku suka mas………..” jawabnya tegas.
“Lanjutkan dong Sriiii…….? Pintaku memelas

Dia kembali ngerjain batreiku yang sudah tegang dari tadi. Bibirnya mengecup kepala batreiku dan menggeliatkan bagian batangnya dengan lembut. Aku merasakan tekanan tekanan dari dalam bola telur batreiku. Tekanan tekanan itu naik………. turun naik…………. turun dan seterusnya. Ingin keluar cairan yang membuat orang kenikmatan tapi aku tidak mau begitu cepat karena perasaan menyesal karena harus meninggalkan kontak tangan dengannya. Tapi kekuatan itu begitu menggebu dan berkumpul disatu sisi bawah sana yang menyatu seirama dengan kocokan dan elusan lembut bibirnya. “Oooooooooo sri……..iiissssrrrrrrririiiii desisku ayo teruskan kocokanmu bibirmu jangan berhenti dan oooooohhhh ya “ suaraku tidak terbendung keluar keras.

Dia lepaskan balutan tangannya dari batangku dan dia turunkan jalan arah tangannya ke bola. “Auh mas disini sejuk sekali rasanya” kenapa bisa ya dia lepaskan kepala batreiku sejenak. Mulutnya dia sumbat lagi dengan batreiku dan dia hisap kuat kuat bagian kepalanya 

“Srrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…………….iiiiii iiiiiiiiiiiiii aku mau keluar oooohhhhhhhhhhh” dan berakhirlah pertahananku bobol aliran deras bak air bah yang kuat keluar dari batang pipa ledeng batreiku. Spermanya meleleh keluar dan menyemprot masuk kedalam mulutnya. Dia tenang saja seolah olah menikmati apa yang baru saja keluar itu. “Sorry sriiiiii aku seharusnya memberitahu kamu” maafku
“Srrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…………….iiiiii iiiiiiiiiiiiii aku mau keluar oooohhhhhhhhhhh” dan berakhirlah pertahananku bobol aliran deras bak air bah yang kuat keluar dari batang pipa ledeng batreiku. Spermanya meleleh keluar dan menyemprot masuk kedalam mulutnya. Dia tenang saja seolah olah menikmati apa yang baru saja keluar itu. “Sorry sriiiiii aku seharusnya memberitahu kamu” maafku 
Sri masih sibuk dengan benda didalam mulutnya yang baru saja dia terima. Dia kelihatan tidak begitu jijik dengan apa yang ada didalamnya. Lidahnya dia julurkan dan gerak gerakkan seolah olah dia sedang mengunyah sesuatu. Aku sendiri tergelepar menikmati sisa sisa perjuangan dalam mempertahankan cairan yang sedang ada didalam mulutnya Sri. 
Akhirnya dia telan juga Spermaku “Glek………glek” dan lehernya bergerak gerak.
“Rasanya asin,………..mas? ungkapnya dengan polos
“Kenapa kamu telan Sri……? Tanyaku ingin tahu
“Temanku Fitri pernah cerita kalau dia selalu telan sperma pacarnya bila sedang begituan. Makanya aku mencoba menelan spermamu mas, ingin tahu rasanya bagaimana. Tapi kenapa bau spermamu begitu kuat ya mas?” katanya ingin tahu

“Aku tidak tahu Sri……..? Memangnya kenapa? Kamu tidak suka ya?” Kataku
“Suka mas, rasanya juga enak ya………..? Asin asin begitu. Seperti air Tajin beras yang hangat dan kental dibumbui garam.” Lain kali aku tidak akan menyia nyiakan terbuang. Mubazir” katanya menjelaskan.

“Sri………..kamu tidak jijik ya? Tanyaku
“Ngga mas………” jawabnya dengan tegas
“Aku mau melihat itumu Sri…………” kataku sambil menunjuk Vaginanya yang terhimpit dua pahanya yang sekal. Paha yang hampir tidak mempunya cacat dan bentuk yang indah panjang berdaging bersatu dalam sebuah liang Vagina yang tertutupi.
“Jangan mas……….Mas boleh meraba dan memegangnya tapi aku tidak mau mas melihat bagian itu.” Katanya

“Kenapa Sri…….” Tanyaku minta penjelasan.
“Karena itu adalah batasannya Mas, supaya mas tidak terlalu terobsesi untuk mencobanya” katanya
“Justru kalau kamu beri batasan akan menjadi sebuah obsesi Sri. Boleh aku pegang sekali lagi?” Pintaku kepadanya dengan memelas
“Memangnya kenapa sih mas kok ingin melihatnya? Aku sendiri yang punya belum pernah melihat” katanya 

“Aku juga ingin menjilati Vaginamu Sriiii” Jelasku kepadanya. “Kamu tadi udah servise aku sekarang giliranku untuk menciumi lobangmu itu.” Rasanya enak sekali Sri waktu kamu menjilati bagian ituku. Rasanya selangit, aku mau juga kamu merasakan yang sama saat aku menikmati sentuhan bibirmu di Batreiku.” Bujukku
“Memang tadi enak ya mas?” tanyanya ingin tahu
“Iya Srii…..enak sekali” Tiada taranya dan bandingnya
“Mungkin masih ada bandingannya mas” sergahnya “Ini mungkin lebih enak mas” Sambil nunjuk kebagian selangkangannya yang hanya kelihatan rambut rambutnya. 
Aku edarkan mataku kesana dan dia segera menutupi bagian magisnya itu dari tatapan tajam mataku dengan bantal kepalau.

“Aku mau menyentuhnya lagi Sri……….boleh?” Nanti saja mas ya. Aku lapar nih 
Hari sudah mulai larut, jam sudah menunjukkan hampir jam 6 sore. Aku tarik dia untuk berbaring di sebelahku. Kepalanya tepat berada disampingku karena tinggi kita tidak jauh terpaut. Dia memandangku dengan tenang dan seolah olah sedang menilai isi hatiku. Tangannya memelukku dan turun kearah batreiku yang masih telanjang. Dia genggam lembut dan perasaan tenang menyelimuti batang dan kepala penisku. {Aku rasa perasaan sama akan muncul begitu pada setiap lelaki yang burungnya digenggam oleh kekasihnya, Mohon konfirmasi para pembaca untuk memberikan komentar atas pernyataan ku}

Kaki kananya dia angkat dan menindih kakiku seolah olah kakiku adalah guling. Aku taruh satu tanganku dibawah kepalanya sebagai alas kepala. 
“Mas………………?katanya lirih “Boleh aku tanya sesuatu sama kamu”
Aku menoleh dan melihat kedalam matanya ingin mengetahui kira kira pertanyaan apa yang akan dia akan sampaikan” Dadaku juga bergetar apakah dia akan meminta tanggung jawab atas apa yang baru saja kita lakukan dan alami. 
“Boleh saja Sriiii………….” Kataku ingin segera tahu pertanyaannya. “Memang, ada sesuatu yang mengganjal?” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar