Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 8

“Iya mas…………kalau aku sedang bersama mas, rasanya damai. Keingat sama yang di desa” Jelasnya kepadaku

Sorry bro.............aku ingin sekali menulis panjang tetapi keadaan dan waktu yang menghalangi. Kerjaan juga membutuhkan perhatian dan klien serta staff juga perlu waktu. Jadi mesti sabar ya. Kadang harus curi waktu untuk ke Warnet, pake komputer kantor tidak memungkinkan hehehehhehe
“Keingat bagaimana maksudmu Sri……..?” tanyaku lebih jelas. 
“Mas …………aku sudah punya pacar di desa, jadi kadang aku teringat dengannya dan rindu. Untung aku kerja sama mas Polie….? Kalau sama orang lain mungkin aku dikerjai” katanya tulus.

“Ohhhhh…………..” aku tidak pernah merasa cemburu atau sakit hati bila dia berbicara tentang pacarnya.

“Mas………..pernah ngga merasa diduakan atau merasakan di jadikan saluran birahiku” tanyanya ingin tahu.

“Tidak pernah sri………….aku merasa kamu ajarin tentang semua ini, aku suka dengan apa yang aku lalui sehingga aku merasa bahwa suatu saat kita tidak bisa bersama adalah hal yang harus kita hadapi” jawabku

“Jangan bicara dulu begitu deh mas…………..kok kedengarannya sedih sekali” katanya

“Iiiihhh tidak sedih …………..aku senang bisa bersama kamu malam ini, kamu tidur disampingku dan aku sangat ingin menikmati pelukan seorang wanita.” Kataku. Aku bergeser sedikit mencari ruang dan memutar badanku untuk menghadap padanya. Buah dadanya tidak tertutupi dan menantang di depan mataku. Aku tengok dan ku raih bagian kirinya serta mengatakan kepadanya. “Boleh aku cium Sriii…” 

Dia menggoyangkan kepalanya tanda ijin dan menyorongkan buah dadanya kearah mulutku. Aku angkat badanku untuk bergeser kebawah sampai wajahku berada di depan bangunan bukit indahnya. 

Aku sapu gundukan bukit yang membusung dari pangkal bawah. Dia tersenyum dan sempat berujar.

“Aku belum menikah kenapa aku sudah menyusui bayi seperti ini” candanya kepadaku. Aku tidak membalas ucapan candanya. Tangannya membelai wajahku dan bergerak kearah rambutku yang berserakan. Aku merasakan kasih sayangnya dengan setiap belaian tangan yang dia usapkan padaku. Memang aku seperti bayi yang sedang menyusu ibunya……….

“Aaaaaahhhhh mas…………” erangnya saat aku mengulum putting susunya. 
Aku lanjutkan mengulum putingnya yang kecil dan terus menggerakkan lidah dan bibirku untuk menyedot ujung buah dadanya. Tangan kananku menempel dadanya untuk menekan dekat hidungku karena aku tidak bisa bernafas dengan posisi seperti itu. Tangan kiriku berada dibawah tubuhnya. Batreiku sudah mulai lagi bergerak gerak sedangkan kaki kirinya masih menumpang di kedua kakiku. 

“Oooooooo masss………….enak sekali mas. Jangan dilepas dulu ya mas……….” Terus mas…………ya di seebbeelah situ sensitive sekali mass……, ohhhhhh enak. 
“cuup cuppp………..” bibirnya yang basah mengecup dahiku dengan mesra. Dia peluk kepalaku dan dia dorong kearah dadanya yang masih aku nikmati. Aku diselimuti kehangantan dada indahnya dan belaian serta pelukan kasih.
“Mas…………….., aku lapar” bisiknya. “Bisa kita cari makan dulu” Nanti kita lanjutkan lagi sedot susunya” pintanya.
Aku mengiyakan tetapi tidak lepas putingnya dari mulutku, tubuh kita masih sama sama polos dan tak berbaju. Aku bergerak akan melepas teteqnya ketika dia tarik aku untuk menindihnya. 
“Gantian kamu mas yang diatas……………” katanya “Aku mau tahu rasanya kalau ditindih” jelasnya lagi.
Aku memposisikan wajahku tepat di wajahnya dan mulai mencium bibirnya. Aku lumat dan julurkan lidahku kedalam rongga mulutnya. Lidahnya melawan gerakan lidahku yang bergerak liar. Pertarungan lidah dengan lidah tak terelakkan dan percikan percikan birahi mulai menyala. Kedua sikuku tertekuk menahan tubuhku, kulit telanjang kami berjibaku bergesekan dan tubuhku menindih tubuhnya. Batreiku melesak kedalam jepitan pahanya. “Nyaaaaaaaaaaammmmmmaaaannnn……..terasa” pikirku.

Aku berhenti “Kita makan dulu saja Sri……aku juga sudah lapar” kataku
“Jangan sekarang mas…………nanggung nih……” dia bicara lagi dengan suara parau karena nafsu.
Dia buka sedikit pahanya dan batreiku terasa masuk kedalam bagian tengah rimbunnya helai helai rambut yang lebat. Gesekan diantara dua pahanya membuat batreiku semakin tagang. Kenyalmya daging paha menghangatkan batreiku yang kuat dan gagah. 

Kenyataan bahwa batreiku juga udah mulai panas dia ungkapkan melalui kata katanya. “Batreimu hangat sekali ma……..aaaaasss, terasa sekali rasanya di pahaku, mas bisa goyang pantatmu sedikit mas” pintanya kepadaku. “Tapi jangan keras keras ya……..” tambahnya lagi.
Aku goyang naik pantatku seolah olah mencabut pedang dari sarangnya, kemudian aku turunkan kembali pelan pelan. Gesekan dengan kulit pahanya, rambut dan kandas dibagian atas Vaginanya yang empuk. Matanya terbelalak dan expresi wajahnya sangat jelas menikmati gesekan dan hujaman penisku. 

“Bisa kamu buka sedikit pahamu Sriii…………., batreiku tidak bisa bergerak” pintaku. “Kamu menjepitnya terlalu keras nih” jelasku
“Ooohhhhh mas jangan lepas dulu…………….disitu dulu taruh batreimu mas. Gooooooyang sedikit demi sedikit mas……………” rengeknya penuh permintaan seoalh olah dia menahan sesuatu yang menyiksa.
Aku goyang seperti permintaanya perlahan lahan, dan menusuk nusuk kearah yang membuatnya keenakan. 
“Iyaaaaa………mas yaaaaa. Benarrrrrrrr ooooooooohhhhh” erangnya
“Penisku tidak masuk toh sri……………?’ tanyaku sambil menggoyang pantatku. 
“Tdak massssssss…….oooooooooooohhhhhhh masssss terus” Dia gerakkan kepalanya. “Aduhhhhhhh massssssssss rasanyaaaaaaaaaa selangiiiiiiiiiiiiitttt ………jangan berhenti dulu………….ohhhhhhhhhhhhh yaaaaaaa sssiiiiiiituuuuuuuuuuuu pleaseeeeeeeeeeeeee” Kepalanya menggeleng geleng “…………….aduhhhhhhhhhhhhh masssssssssss aku nggga aaaaaaa taaaaaaaaaahaaaaaannn dehh.” 
“Buka lagi sedikit pahamu Sriiiiii………..Betreiku sakit rasanya karena kulitnya terjepit pahamu terlalu kuat.” Alasanku kepadanya. 

“Iya…………tapi jangan sampe masuk ya masss.? Pintanya lagi.
“Aku janji Sriiiiii…………….” Nafsuku sudah berada diubun ubun san akupun ingin tuntaskan juga birahi yang terus meningkat. 

Aku gerakkan kembali pantatku naik turun dan tusuk pada bagian yang dia kehendaki dan membuatnya selalu tersengal sengal. Bateriku juga terasa penuh lagi ingin segera keluar bocor. Pahanya sudah mulai basah dan licin oleh cairan yang kita keluarkan dari alat vital masing masing. Aku merasa semakin kuat dorongan untuk menusuk dan tiba tiba dia berteriak “Maaaaaaaaaa…aaaaaaaaaaaas Ooooohhhh massssss……….ssssssssss pahanya mulai menjepit keras kencang Batreiku………….seolah dicengkeram suatuuuuu benda yang lunak dan licin sehingga tekanan Penisku meluncur bersamaan dengan gerakan dan goyangan pantatku yang terus maju mundur. 

“Addddddddddduhhh massss…….teruskannnn tekan disitu yaaaaaa. Oooooooooooohhhhhhhhhhhh.” Suaranya terus menggema dan tidak karuan. Kini pantatnya juga bergoyang goyang entah mau mengimbangi gerakanku atau dia juga merasa nikmat dengan sepak terjang pantatnya. Kontolku seperti di kocok kocok dengan lembut. 

“Srrrrrrriiiiiiiiiiiiiiii …… batreiku hampir bocor. Goyang terus pantatmu……..jangaaaan berhenti dong …………terusssss” kocokan pahanya dan goyangan pantatnya beirama dan menghasilkan pijatan pijatan lembut dipenisku. Mengantarku kesebuah perjalanan yang segera berakhir dan tak lama kemudian aku merasakan letupan letupan nikmat yang aku sadari bahwa aku merasakan sebuah orgasme yang panjang. Kontraksi kontraksi otot pinggul dan pantatku menyatu dengan denyutan denyutan yang terasa di otot oto batreiku. 

“Oooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhh……………..”erangku . Aku ambruk menelungkupi tubuh telanjangnya yang tergolek lemas. Matanya masih tertutup rapat aku baringkan wajahku didalam dadanya yang sedang bergemuruh dan jantungnya berdetak detak seperi di pacu. Tulang pinggulnya terasa sekali menonjol dan mengganjal di tulang pinggangku. Aku menuruni tubuhnya dan memeluknya dengan lemas………………….

Kupeluk dia dari belakang sambil melingkarkan tanganku kedadanya. Payudaranya yang lunak tersentuh sejenak tapi tidak ada rasa dan reaksi lagi. Perjalanan hari ini berakhir dengan sebuah makan malam dengan menu indomie soto warna hijau yang dia masak. Walaupun hanya indomie tapi kalau hati senang, makanan terasa nyaman. 
“Lak iye dik……………” kata orang madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar