Rabu, 15 Juni 2011

Rose, wanita penuh cinta dari Blitar 2

Kedua film memberikan sebuah kenangan yang sangat mendalam karena kedua duanya mempunya cerita yang sangat bagus. Ceritanya ringan dan mudah dipahami, khususnya Ghost. Kisah percintaan romantis antara Demi Moore dan Patrick Swazye terpatri erat dipikiranku. Adegan percintaan dalam film itu sangat vulgar namun sangat romantis. Aku terbawa arus adegan percintaannya, Rose melihat sepintas dan melengos sambil menutup kedua matanya. Batang batreiku tegang keras dan kaku ingin ditumpahkan isinya. Aku kadang memeganginya sementara Rose nonton disampingku.


Perasaanku jadi kacau antara ingin menuntaskan sebuah hasrat yang menggebu dan perasaan malu karena Rose bisa saja melihat apa yang tanganku sering lakukan dengan batang batreiku yang sudah berurat dengan otot otot yang melilit disekeliling batang batreiku. Otot ototnya menonjol dan sangat keras. 

Pada saat adegan mesra aku sengaja “pause” Laser Disc player nya dan aku kemudian berdiri dan melangkah keluar. 
“Tunggu ya Rose……..aku mau ke kamar mandi dulu.” Kataku padanya.
“Aku juga mau ke kamar mandi mas.” Jawabnya
“Ya sudah……aku dulu yang masuk” kataku
“Aku kekamar mandi bawah saja mas.” Katanya
“Jangan turun………… gelap disana dan kamu harus jalan terlalu jauh.” Kataku
“Ya sudah ………aku tunggu disini saja mas” katanya 

Aku kekamar mandi dan mengeluarkan batang kebanggaanku dan mengurutnya sebentar. Rasa sayang bila harus mengeluarkan sendiri membuatku urung mengocok dan mengeluarkan lendir kenikmatan. Setelah berpura pura menyiram lobang WC karena habis buang air kecil, aku meninggalkan kamar mandi. Rose berdiri ketika aku sampai didalam kamar, kulihat matanya sejenak tanpa berbalas. Rose berlalu untuk kekamar mandi. Aku membayangkan lobangnya berlendir cairan lengket dan ingin di coblos. Bayangan itu semakin kuat ketika kutatap nanar wajah Demi Moore pemeran wanita dilayar kaca. Wajahnya yang sendu dan menggairahkan bermesraan dengan pasangan mainnya Patrick Swayze terpampang lebar di depan layar.

Rose kembali masuk kamarku dan aku kembali memainkan lanjutan filmnya. Tanganku kembali ke selangkanganku dan membenarkan posisi batang batreiku. Tanpa malu dilihat, aku betulkan dengan menegakkannya pada posisi tegak lurus ngacung. Dudukku pun terlihat gelisah, birahi yang tumbuh seperti onak duri yang menempel di daging tubuhku. 

“Mas Polie…………kenapa filmnya adegannya begini saru?” tanyanya ingin tahu. “Ini apa yang dinamakan film porno ya?” 

“Aku tidak tahu Rose……. , aku tidak pernah nonton seperti ini. Waktu aku didesa aku juga jarang nonton film dibioskop, jadi aku tidak tahu banyak” jawabku sekenanya.

“Mas pernah tidak nonton film blue?” Katanya, matanya memandang terus adegan di layar TV. 
“Aku belum pernah Rose, memang kenapa?” tanyaku balik. 
“Tidak mas……….aku hanya ingin tahu saja, kenapa orang orang kok senang pada nonton begituan?” katanya

“Kamu ingin nonton juga Rose?..........nanti aku tanyakan kalau mereka punya untuk disewa.” Katanya lagi

“Jangan deh mas……..nanti ketahuan sama Mas Jaya bagaimana?” katanya.
“Kalau aku dan kamu saja yang nonton dan kamu tidak bicara dengan orang lain maka tidak akan ada yang tahu rose.” Kataku. “aku juga ingin tahu Rose…….maksudnya blue film itu apa sih. Nanti coba aku tanya apakah mereka juga menyewakan film film seperti itu.” Kataku
“Mas…….aku mau tidur deh” katanya kemudian
“Filmnya kan belum selesai Rose” kataku, kenapa mau buru buru.
“Iya…..mas aku ngantuk” katanya sambil berdiri.
“Ya sudah, kamu tidur dulu, aku mau lanjutkan nontonku.” Kataku “Jangan lupa tutup pintu kamarku. Kamu matikan sekalian lampu disini” pintaku padanya

Rose mematikan lampu dan keluar dari kamarku, aku merasa agak leluasa berada sendiri dalam gelapnya kamarku. Cahaya televisi menjadi satu satunya sumber cahaya yang ada. Pendaran cahanya menyinari semua sudut ruangan kamarku. Temaram dan syahdu kurasa. Tanganku kembali bergelut dengan batang batreiku yang berurat otot otot kenyal dan melingkari sebagian permukaan kulit penisku.

Ingatanku pada Sri muncul kembali “Ah seandainya Sri ada disini, dia akan tidur disampingku. Menggeliat dan memeluk badanku serta menciumi kulit dadaku” Khayalan tentang Sri mewarnai kegiatanku dalam mengurut dan mengocok ngocok batang yang berlumuran cairan yang keluar dari mulut mungil di kepala penisku. Cairan yang keluar mempermudah dan melicinkan gesekan tangan dan jari jariku dipermukaan kulit penisku. 

“Aaaaaaaahhhhhh” teriakku saat aku menekan kencang kepala batangku. Kutarik kembali tanganku keatas dan mengulangi tindakan yang menimbulkan sensasi kuat. Berulang ulang naik ….turun naik….. turun dan terus…….. terus sekali ……..lagi…… terus cepat……….pompaan dan tekanan tangan dan jari membuat ramuan alami dalam memuaskan diri. “Ooooooooooohhhhhhhh Srriiiiiiiii “ mulutku menggumam nama yang terasa sangat jauh didalam hati. Dan lunglai kuterasa saat letupan letupan yang memagari birahi terbuka dari kunci yang selama 3 minggu mengungkung dan menekan seluruh sendi kenikmatan. 

Perasaan menyesal menyelimuti kalbuku yang terkoyak, ada rasa sesal yang menyeruak muncul dan menguat dipikiranku. Tapi kenikmatan yang kurasa terasa sangat perlu dan badan terasa luruh sesaat kedutan kedutan terakhir memuntahkan pejuh yang menggumpal seperti kristal kristal kecil menempel ditanganku dan telapak tanganku. Mataku kabur dalam keletihan dan mengantarku tidur bak malam panjang tak terukur.


* * * * * * * * * 


“Tok ………tok ………..tok……….. tok………” ketukan ringan di pintu kamar tidurku membangunkan aku dari tidur lelapku. “Mas Polie……….jam 6.30 pagi mas. Tehnya sudah aku siapkan. “Klek……….”pintu kamarku terbuka lebar dan menyembullah kepalanya Rose. “Iiiiiiiiiiihhhhh tidur kok ngga pakai celana, tuh burungnya terbang ………mas!” Buru buru dia tutup pintu kembali.

Aku bangun dan menutupi batang batreiku dengan kedua tanganku, aku terjengah kenapa aku bisa lupa memakai celana semalam setelah bermasturbasi ria. Aku berdiri dan mencari celana dalam yang aku gunakan untuk mengelap sperma yang berceceran semalam. Aku pakai celana dalamku dan memakai celana pendekku berjalan ke kamar mandi.

Rose sudah rapi dan siap untuk bekerja, semua pekerjaan dapur sudah selesai. Ada semangkok mie diatas meja dan teh manis hangat kesukaanku terhidang. 

“Semalam jam berapa tidur mas……….?” Tanyanya setelah aku keluar dari kamar mandi.
“Aku ngga tahu rose, aku masih nonton terus semalaman.” Jawabku sekenanya

“Aku dengar orang mengaduh semalam, kenapa mas?” tanyanya.
“Hah……? Mengaduh….?” Tidak ku dengar semalam, aku mencoba mengingat apa yang aku teriakkan ketika aku mengurut batreiku. Aku mengira ngira mungkin aku terlalu keras berekspressi sesaat cairan kenikmatanku muncrat dari kantong semarku. 

“Aku mau datang kekamar Mas Polie ingin tahu apa yang terjadi, tapi aku pikir Mas Polie udah tidur jadi aku urungkan niatku kembali.” Katanya. “Aku ngga bisa tidur semalam mas………..rasanya sulit menutup mata. Mungkin baru jam 2 pagi aku bisa menutup pulas mataku.”
“Kamu mikirin sesuatu kali sehabis nonton film tadi malam?” ujarku padanya.

“Ngga juga …..tapi mungkin bisa jadi mas……..habis filmnya bagus dan mengharukan. Terusannya bagaimana mas…………..aku tidak kuat nonton sampai habis.” Katanya

“Nanti kamu masih bisa nonton lagi lanjutannya, aku baru besok kembalikan Laser Disc nya.” Kataku 

Perasaanku agak lega setelah bisa mengeluarkan bebanku semalam, tidak begitu sesak lagi. Kerja hari itu juga menyenangkan, pandangan mata jadi agak clear dan pikiran agak tenang. Bekerja di toko hari itu juga agak ringan karena beban di kantong semar sudah berkurang. Cuman ada sesuatu yang masih mengganjal, cara pelampiasan yang jauh berbeda. Selama ada Sri, selalu ada partner untuk melampiaskan keinginan yang satu itu, sedangkan dengan Rose perlu diperkenalkan dengan pendekatan. Tetapi rasanya kok tidak mudah mengarahkan dirinya karah kesana.

Aku tidak bisa mendiskripsikan keadaan diriku dan nafsuku, seperti macan kelaparan kali. Aku tidak tahu harus dari mana memulai supaya aku bisa menguasai keadaan. Ada seorang Rose, yang bisa membantu mengatasi masalahku tetapi bagaimana harus memulai untuk bisa bermesum ria dengannya. Keadaan masih belum seperti yang diharapkan.

Rasa lapar akan pemuasan jasmani sering meningkat pada sore hari, setelah toko tutup. Dan kesempatan untuk melihat pahanya rose yang berbalut handuk kandang masih aku lakukan dengan cara turun kelantai bawah saat rose keluar dari dalam kamar mandi. Seperti biasa, saat rose mandi dilantai bawah dia hanya berbalut handuk dan berjalan keatas mendaki anak anak tangga dengan pelan. Punggung bagian atasnya terbuka sehingga membuat jakunku turun naik. Air liurku meleleh tidak tertahankan ingin menyerbunya dan menyekapnya. Mataku nanar setiap kali melihat tubuhnya yang berbalut ketat handuk basahnya.

* * * * * * * * * * 

Suatu siang 2 hari sebelum lebaran 1998, Rose dipanggil olah Mas Jaya untuk mengambil oleh oleh dari saudara istrinya mas jaya yang baru saja datang dari Palembang. Karena Slamet sedang sibuk, maka Rose yang diminta kesana. Saat kembali ke toko Rose memberi kabar menggembirakan buat aku. 

“Mas………ada berita bagus?” katanya dengan senyum senang.
“Kabar apa Rose………? Apa kamu mau pulang lebaran?” tanyaku
“Tidak mas, aku tidak diijinkan pulang sama Mas Jaya karena aku pegawai baru.” Jawabnya
“Wah kamu sedih dong, karena tidak bisa pulang. Terus berita bagusnya apa?” tanyaku ingin tahu.

“Anu Mas………….Mas Polie akan mendapat sepeda motor hari ini.” Jawabnya dengan ceria.
“Sepeda motor apa Rose?” kataku sambil menengok kearahnya.
“Katanya nanti kalau mau kuliah Mas Polie naik sepeda motor. Mas Polie mau kuliah dimana? Memang kalau kuliah jauh ya mas?” tanyanya kepadaku.
“Aku tidak tahu Rose………memang kenapa kok tanya?” jawabku sambil bertanya

“Jadi tidak pulang kerumah setiap hari ya kalau Mas Polie kuliah?” tanyanya kedengaran khawatir.
“Aku pasti pulang Rose…..memangnya kenapa kalau aku tidak pulang?” kataku ingin tahu. 
“Tetanggaku di Blitar kalau kuliah sering kos mas, jadi tidak bisa pulang setiap hari. Kadang seminggu sekali kadang sebulan sekali tidak tentu mas?” jawabnya panjang lebar.

“Memang kamu ingin aku juga seperti itu?” jawabku
“Tidaklah mas………aku takut kalau tinggal sendiri” jawabnya polos.
“Terus sepeda motor apa yang tadi kamu bilang? Tanyaku
“Sepertinya sepeda motor Yamaha mas, warna biru. Aku sudah melihatnya tadi diturunkan dari mobil bukaan belakang.” Jawabnya

Mas Jaya menjanjikan aku sebuah sepeda motor beberapa hari sebelumnya. Dia pikir suatu hari nanti aku harus naik sepeda motor maka dia berencana akan membelikanku sebuah sepeda motor. Aku sih tidak menolak, toh aku masih lama mau kuliah. Tapi Mas Jaya pikir aku harus belajar dulu naik sepeda motor dan mencari sim sebelum bisa kupakai untuk kuliah.

“Mas Polie mau ambil jurusan apa kalau kuliah?” tanya Rose.
“Tidak tahu Rose, aku belum pikirkan sekarang yang jelas aku harus kuliah. Aku tidak mau menjadi tanggungan Mas Jaya sepanjang masa.” Jawabku

“Bagus mas………aku suka semangat seperti itu. Tapi nanti pasti pulang kan?” katanya memastikan.

Ada rasa aneh dibalik pertanyaannya, terkadang aku mendengar sebuah harapan kasih sayang dibalik suara khasnya. Ada kekawatiran jika kita berpisah, aku berpikir apa yang ada didalam hatinya. 

“Rose……..apa yang kamu bawa dari Mas Jaya tadi” tanyaku
Ada oleh oleh dari palembang mas…….Kekian, itu loh gulungan daging yang digoreng. Enak mas untuk makan malam sebentar.” Katanya
“Ya sudah sana……..kamu potong dan goreng. Di iris agak tipis tipis ya supaya enak untuk lauk.” Kataku

Rose berjalan berlalu dari hadanpanku, mataku mengikuti arahnya dan kulihat punggung badannya dan turun ke pinggulnya. Aku tidak bisa lepas dari tatapan mataku pada pinggulnya yang bergerak kekanan dan kekiri. Indah dipandang dan dipegang.

“Kaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaapaaaaaaaaaaaannnnnnn aku bisa memegangnya” teriakku dalam hati. Rasanya ingin menjerit dan perasaanku rasanya streeeeesssss berat.
Rose mempunyai betis yang indah sehingga tidak jemu mengamati bentuknya. Apalagi kalau memakai rok jean biru dan t-shirt putih. Ingin rasanya mengusap sepanjang jenjang tungkai kakinya.

Setelah toko tutup, aku tidak segera naik ke atas sementara rose menyetrika dikamarku. Aku berdiri didepan toko dengan pintu sedikit terbuka menunggu kedatangan sepeda motor yang tadi diceritakan oleh Rose kepadaku. Benar saja, Slamet mengendarai sepeda motor yang tadi diceritakan kepadaku. Sepeda motor warna hitam dengan strip stiker biru tua. Suara mesinnya masih merdu dan enak didengar. Di bagian plat nomornya ada sebuah otongan kardus yang bertuliskan “PERCOBAAN”.

“Mas Polie………….bisa dipakai cari cewek mas. Enak naikannya mas, Yamaha Alpha R” Katanya dengan senyum. {tidak yakin namanya sudah agak lupa}
“Wah aku belum bisa naik sepeda motor Met. Kamu bisa tidak ajari aku?” pintaku 

“Bisa saja……..sini naik didepan. Jangan digas keras keras ya bisa loncat nanti.” Ingatnya kepadaku.

Aku naik dibagian depan dan memegang stang sepeda motor. Gas kuputar sedikit dan suara mesin menderu menggonggong.

“Jangan terlalu keras mutarnya, perlahan lahan saja” katanya pelan.
Kuturuti maunya dan memutar dengan perasaan seperti memutar punting susunya Sri dulu. Aku masukkan gigi pertama dan aku menyeimbangkan seluruh ketrampilan dan suara mesin yang masih halus meggerakkan seluruh body dan roda berputar kedepan. 

“Masuk gigi ke dua mas, injak maju dan kecilkan gasnya” teriaknya.
Aku melakukan seperti yang diperintahkan dan agak sulit memang tetapi bisa kulakukan dengan baik. “Aku punya banyak waktu luang untuk berlatih lebaran nanti” pikirku. Hampir dua jam aku mengendarai sepeda motor itu keliling seputar pasar dan membawa masuk sepeda motor ketika hari mulai senja. Aku masukkan kedalam toko dan kudengar Rose sedang berada didalam kamar mandi bawah. Suara airnya berceburan dan disiram. Aku tutup pintu toko dan mematikan semua lampu toko sehingga kelihatan sangat gelap. Aku berjalan kearah pintu kamar mandi dan jongkok dan mengintip melalui lobang kunci.

Jantungku berdebar dan takut ketahuan kalau aku mengintip. Dari lobang kunci aku hanya melihat sepintas kelebatan tubuhnya. Tidak jelas dan hanya sedikit yang bisa terlihat. Batang batreiku ngaceng dan keras diikuti batang, aku menunudukkan kepalaku dan mengintip dari celah bawah pintu. Kutundukkan kepala hingga menempel lantai bawah, hanya terlihat kaki hingga sebatas lutut, kecewa dan frustrasi adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanku. Aku berjalan kearah pintu toko dan menyalakan lampu toko.

“Rose, kalau naik jangan lupa matikan lampu toko ya?” kataku padanya.
“Apa mas……..aku tidak dengar?” tanyanya 
“Matikan lampu toko kalau kamu akan naik?” ulangku
“Aku sudah selesai mas, matikan saja sekalian” katanya “Klek……grendel pintu dibuka dan Rose keluar dari kamar mandi. 

“Sudah datang sepeda motornya mas……..?” tanyanya. 
Aku menoleh kearahnya dan melihat Rose berdiri didepan kamar mandi hanya berbalut handuk basah. 

“Aduh sexynya kamu Rose……….” Teriakku dalam hati.
“Iya….aku baru saja belajar sama slamet” kataku menjawab sambil mematikan lampu toko. Dan keadaan jadi agak gelap, aku berjalan mendekati tempatnya berdiri sedangkan Rose masih berdiri didepan kamar mandi.
“Kamu tidak naik Rose?” tanyaku
“Mas dulu yang naik deh…..aku berjalan dibelakang saja” jawabnya.
“Memang kenapa kalau kamu yang duluan naik?” tanyaku sambil 
“Aku kan tidak pakai dalaman, Mas Polie bisa mengintip pahaku. Trus Mas Polie tidak bisa tidur lagi.” Katanya pelan 
“Kamu kelihatan segar sekali habis mandi Rose” kataku. Kontolku berdiri keras terjepit oleh celana dalam yang kupakai. “Tidak sulit ternyata kalau belajar sepeda motor Rose. Besok pagi kamu bangunkan aku agak pagi ya supaya aku bisa belajar lagi. 

“Nanti kalau Mas Polie sudah bisa, gantian aku yang diajari ya mas?” pintanya dari arah belakangku. Aku menoleh kebelakang dan kulihat gundukan dadanya terhimpit oleh handuknya yang ngepres kencang. 

“Ayooooooo Mas Polie mau lihat apa?” katanya sambil menutupi dadanya yang terbuka dibagian atas.

“Aku lihat itumu Rose, salah sendiri kamu kalau mandi tidak bawa ganti sekalian” aku ngeles
“Repot, kalau mas dibelakangku bisa lihat paha, kalau diatas bawaanya mau lihat dada” dia berkata.

“Jadi bisa ya mas…….nanti ajarin aku naik sepeda motor ya.?” Katanya menegaskan
“Kalau kamu mau boleh tapi harus ada bayarannya?” kataku sambil berjakan ke kamarku. 

“Iiiiiiihhhh ngajarin begitu saja mau minta bayar, kenapa begitu komersial sih?” dia berkata sambil membuka kamarnya.
“Kalau kamu mau, aku akan ajari. Tapi kalau syarat tidak terpenuhi aku tidak rugi” katanya

Bayarannya apa mas……….?” Serunya dari dalam kamar
Pijat dulu badanku malam ini dan aku minta cium setiap kali kamu minta ajar.” Kataku singkat

“Ihhhhhhh mintanya kok aneh aneh sih” katanya dengan keberatan
“Kalau kamu mau, ya itu bayaran yang harus kamu berikan. Kalau kamu tidak mau aku juga tidak maksa. Aku mandi dulu ya, kamu siapkan minyak urut untuk memijat Rose. Badanku sangat capek rasanya.


Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang kebawah, tidak kelihatan Rose dari depan kamar mandi. Aku berjalan menuju kamar tidurku dan membuka kamarku, Rose berada didalam kamarku menonton TV. Disebelahnya ada sebuah botol hand body yang masih terbungkus plastik bertutup putih. Aku cukup kaget kenapa, ternyata kata kataku di tanggapi dengan serius. “Aaaaaaaaaaahhh ini dia, buah yang kutunggu sudah masak” pikirku. Aku melangkah masuk dan berjalan kelemariku untuk mengambil celana pendek batikku yang longgar. 

“Rose kamu keluar dulu deh aku mau pakai celana.” Kataku memintanya
“Pakai saja toh mas………..aku ngga akan melihat” katanya tanpa menoleh wajahnya tersenyum menyungging.

“Tapi aku malu kelihatan pantatku” kataku merajuknya
“Sudah deh…….aku tutup mataku dengan tanganku. Mas Polie kalau mau pakai celana pakai saja langsung.” Rose menjawab sambil menutupkan kedua tangannya kemukanya. “Paling modelnya dan bentuknya juga seperti itu” imbuhnya lagi.

“Walaupun begitu………….kalau kamu lagi kepingin nanti kamu akan terus kebayang bayang. Makanya lebih baik tidak melihatnya, gawat kalau kamu nanti terangsang, bisa bisa kamu akan menerkamku” gurauku.

“Alaaaaahhhhh Mas Polie ini ………..jangan mengada ada. Nanti malah sebaliknya, bukan aku menerkam tapi malahan Mas Polie yang akan menerkam aku. 
Aku memakai celana batikku yang longgar tanpa memakai celana dalamku. Aku ambil handukku yang tadi terjatuh dilantaidan kubawa keluar dari kamarku. 

“Sudah, kamu boleh buka matamu.” Kataku sambil memandangnya
“Memang dari tadi aku tidak melihat kalau udah selesai, kelihatan juga tadi burungnya hampir berdiri…………..heheheheee bagus juga ya bentuknya” candanya

“Apa aku bilang, kalau kamu memandang sekali, pasti nanti akan minta ijin memegang. Kalau sudah begitu, bisa bisa ingin mencobanya seperti di film yang kamu tonton.” Kataku membalas candanya
“Mas ……….kapan akan sewa film lagi?” tanyanya ingin tahu.

“Nanti deh kalau udah punya Sim C, bisa pinjam dan kembalikan tanpa harus naik becak.” Kataku. “Kamu sudah siapkan minyak gosok untuk memijat ya Rose?” tanyaku 
“Bukan minyak gosok mas, tapi hand and body saja ya...............?” tanyanya, “kapan aku diajari naik motor mas?” tanyanya penuh harap

“Kapan kapan lah Rose, aku kan juga masih tahap belajar, mana mungkin aku ngajari kamu. Tadi siang saja baru belajar masa mau langsung jadi guru?” kataku. “Apa kamu mau diajari sama Slamet saja, supaya kamu bisa langsung belajar?” tanyaku lebih lanjut. 

“Ngga ahh, aku tunggu mas saja, sampai mas ajari aku sendiri. Slamet itu kurang ajar kadang kadang, sukanya pegang pegang pantatku kalau tidak ada orang.” Katanya dengan nada sewot. “Sopir dimana mana sama ya mas?, kalau ada cewek ditempat lain maunya di coba. Untung dia tidak kerja luar kota, kalau dia keluar kota segala, pasti istrinya dimana mana” katanya lirih.

“Memang kamu pernah dipegang pantatmu?” tanyaku ingin tahu.
“Iya pernah waktu ambil barang digudangnya Mas Jaya. Aku marah sama dia, tapi dianya malah cengengesan. Aku laporkan Mbak Ling, dan dia dimarahi habis habisan.” 

“Kalau begitu aku tidak akan pegang kamu deh, bisa bisa kamu laporin juga aku ke iparku?” sahutku sambil tersenyum. “Kamu ambil dulu sarungku dan bentangkan diatas kasur supaya spreku tidak kena handbody nya.” Perintahku padanya.

Dengan cekatan Rose melebarkan sarungku membentang keseluruh kasur. Dia berdiri dan memintaku untuk berbaring. Aku melakukan apa yang dia minta dan membaringkan badanku keatas kasur spring bed yang empuk. Aku tengkurap dan meletakkan kepalaku di atas bantalku. Rose mendekat kearahku yang berbaring ditengah kasur dan meletakkan pantatnya disamping pinggangku. Kontak pertama dengan Rose membuatku teringat Sri yang pernah sangat dekat denganku. Jari jarinya yang telah terusap dengan hand body lotion menekan kebagian atas punggungku dan menuruni batang punggungku kebawah dan kearah pinggang. Rose menekan pelan dibagian pinggangku dan aku mengerang karena otot otot yang kencang terasa tersentil.

“Aku bisa ketagihan kalau kamu pijat seperti ini Rose.” Beritahuku padanya. “Tanganmu mantap sekali untuk memijat Rose, kamu pernah belajar mengurut apa?”” tanyaku ingin tahu.

“Tidak pernah belajar mas, tapi suamiku dulu juga suka kalau aku pijit.” Jadi sudah terbiasa.
“Apa kamu tidak kangen dengan suamimu Rose?” tanyaku ingin tahu.
“Ya kangen kadang kadang mas, tapi mau diapa. Lah wong dia berada ditempat yang jauh tak terjangkau?” katanya pelan. 

“Bagaimana kalau kamu ditinggal kawin lagi Rose? “ tanyaku tiba tiba.
Dia terdiam sejenak dengan pertanyaanku, jari jarinya masih memijatku bagian atas pundakku dekat dengan leher. 

“Disini rasanya kaku sekali mas, agak naik kesini ya dudukku” katanya memberitahuku. Pahanya menempel kulit pinggangku dan perasaan hangat menyeruak dari daerah yang menempel disana. Pijatannya menguat setelah turun dari pundak. Kulit pahanya masih menempel di bagian itu. Batreku meregang reaksi yang timbul dari gesekan kulit pahanya dan samping punggungku.

Pijatannya merata kesamping dan aku terkejut saat dia meraih pinggangku. 
“Rose..................Ahhhhhhh aku geli disitu!!!” teiakku sambil menggeliat batreiku terasa penuh dicharge, sehingga terasa mengganjal.
“Ooooohhhhh disitu toh kelemahannya, nanti aku akan gelitik sampai ampun” ancamnya kepadaku.
“Jangan gelitik aku, aku bisa gelagapan dan menerkam kamu” kataku padanya.
Rose meneruskan pijatannya dan kadang kadang seperti sengaja untuk mendekati pinggangku yang geli.

“Aaaaahahhhhaaa Rose.......................pijat lagi disebelah situ, rasanya enak.” Pintaku sambil merintih. Rasa pegal dan otot otot yang tegang terasa kendor dan ringan. Rose memijat menuruni pinggangku dan naik ke pantat. 

“ Pantatmu lunaknya mas....................enak juga kalau dipegang. Kok ngga pakai celana dalam?’’ tanyanya dengan suara sedikit heran. 
“Tidak enak kalau tidur pakai celana dalam, bisa bisa aliran darah tidak lancar” kataku padanya.
“Aku harus hati hati kalau begitu mas duduk dekat sama kamu disini, bisa bisa Mas Polie kalap dan lupa daratan. Aku tidak mau jadi korban ********* hehehehehe” katanya.
Aku menoleh kearahnya dan bertanya “Memang aku punya tampang pemerkosa apa?” 

“Mas, jangan marah dong.....................!? masa begitu saja mas marah?” katanya lirih, “Aku kan hanya bercanda” imbuhnya lagi.
“Ihhhh masa begitu saja marah, memang kedengaran marah apa?” tanyaku
Rose memijat turun kepaha, pijatannya lembut dan mencengkeram erat. Aku kegelian dengan pijatannya. “Kamu ini memijat atau merangsang Rose, kalau memijat disitu seperti memancing dan membangkitkan birahi.” Kataku
“Enak ya mas………..”tanyanya kepadaku.

“Ya enak Rose, tapi nanti kalau aku tidak kuat bagaimana?” tanyaku
“Wah itu urusannya Mas Polie, kan kapan hari sudah dikeluarkan?” katanya seolah olah tahu.
“Aaaaaaaahhhh kamu kok tahu?” tanyaku kaget.

“Aku kan yang mencuci celana dalamnya Mas Polie, pasti tahu dong?” katanya menjawabku. 
Pikiranku melayang jauh mendengar jawabannya yang memojokkanku. “Wah aku bertanding dengan orang yang pengalaman” pikirku

Aku tidak mampu berbicara sesaat sedangkan tangannya Rose masih terus memijat pahaku. Aku sedikit terlena dengan pijatannya sehingga kadang aku melenguh kenikmatan. Birahiku memuncak terangsang oleh pikiran dan respon dari aliran titik titik pijatan jarinya yang menekan ditombol yang tepat. Pijatannya tenang dan sangat menyentuh kalbu, pikiran jorok kadang meyeruak tetapi ada juga ketenangan yang membuat pikiran tenang. Batang batreiku masih menusuk keras di bawah tubuhku, kaku dan terasa sakit tertindih. Kadang aku harus mengubah posisi dimana aku harus menyingkirkan sesuatu yang mengganjal. Rose hanya terkekeh melihat tingkahku, seolah olah dia tahu apa yang aku perbuat. Dia berhasil memanipulasi pikiran dan hasratku yang ditimbulkan dari pijatannya. 

1 komentar:

  1. MANTAP SOB... POSTINGNYA DITAMBAH LAGI DONK... SOB YANGPENGEN NONTON BOKEP PALING HOT ..TINGGAL KLIK SALAH SATU AJA SOB... GA PAKE DONWLOAD.....

    SERI 1
    ======
    [+][+] --->>> BOKEP ABG SMU BANDUNG
    [+][+] --->>> BOKEP TETANGGA SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI BCA
    [+][+] --->>> BOKEP SMP TANGERANG
    [+][+] --->>> BOKEP PEMBANTU TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP DI KOS KOSAN
    [+][+] --->>> BOKEP BISPAK MONTOK
    [+][+] --->>> BOKEP ML 4 CEWEK
    [+][+] --->>> BOKEP SEKRETARIS
    [+][+] --->>> BOKEP TANTE GIRANG

    SERI 2
    =====
    [+][+] --->>> BOKEP MAHASISWI
    [+][+] --->>> BOKEP PNS SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP BULE TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP SMA MULUS
    [+][+] --->>> BOKEP SMP HORNY
    [+][+] --->>> BOKEP SPG BAJU KETAT
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI MALL SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP SALON PLUS
    [+][+] --->>> BOKEP SEKRETARIS
    [+][+] --->>> BOKEP CINA

    SERI 3
    =====
    [+][+] --->>> BOKEP ARAB
    [+][+] --->>> BOKEP BULE SANGE
    [+][+] --->>> BOKEP ARAB TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP THAILAND HORNY
    [+][+] --->>> BOKEP GURU MANIAK
    [+][+] --->>> BOKEP SEKS BEBAS
    [+][+] --->>> BOKEP PESTA SEKS
    [+][+] --->>> BOKEP MAIN DI SUNGAI
    [+][+] --->>> BOKEP ABG JAKARTA
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI BANK
    [+][+] --->>> BOKEP 5 CEWEK SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI SALON PLUS




    ------------->>> TRIMS YA GAN... SALAM SUKSES AJA BUAT AGAN....

    BalasHapus