Rabu, 15 Juni 2011

Rose, wanita penuh cinta dari Blitar 4

"Mas............aku malu. Rasanya aku seperti perempuan murahan" katanya seperti tersadar.

"Uh? aku tidak memandangmu murahan Rose" jawabku menghiburnya

"Iya......tapi aku punya perasaan seperti itu!" katanya lagi

"Buang pikiranmu, aku tidak memandangmu seperti itu?" tanganku mengelap wajahnya. Bibirnya ku sapu dengan jari telunjukku. Matanya terlihat sayu seperti birahi telah menyelimutinya. Aku tersenyum kepadanya dan mendekatkan bibirku lagi ke bibirnya yang menerimaku tanpa merasa terpaksa. AKu julurkan lidahku menyapu bibirnya yang lembut dan nafasnya memburu sebagai respon dari tindakanku. "Uhhhh uhhhhh uhhhh" terasa merdu dan mendayu.
ku kulum bibirnya sambil memegangi wajahnya, aku gerakkan tanganku menyapu seluruh permukaan kulit wajahnya. Matanya tertutup menikmati setiap sentuhanku. “uuuuuhhhh uhhhhhhh uhhhhhh” suaranya terdengar lirih dari mulutnya. Aku geser tanganku kelehernya dan kupegang telinganya dengan ujung jariku.

“Oohhh mass………..” erangnya pelan bibirnya terlepas dari pagutan bibirku. Aku memandang wajahnya, kelopak matanya masih terbenam menutupi bola matanya. Ada sebuah gundukan dibagian bawah matanya. Birahi sudah menyelimuti Rose yang menunggu tindakan apa yang akan aku lakukan. Aku mendesakkan lagi bibirku kebibirnya sebentar dan aku menuruni dagunya yang, permukan kulitnya aku kikis dengan lidahku dan menuruni seluruh bagian atas lehernya.

“Oooooooohhhhh massss……….” Nyanyian lama terdengar ditelingaku. Tanganya Rose berada diatas wajahku, sentuhannya terasa lembut. Kadang kadang menekan ringan seolah olah ingin mengarahkan bibirku kemana aku harus menyapu. Kutelusuri perlahan lahan sambil mendengarkan erangan lembut suaranya. Kunikmati kembali pekerjaan pembangkit birahi yang telah sebulan tidak kulakukan.

“Sudah mas………sudaaaahhhh masss………….oooooooohhhhhhh sudah” katanya menyibak nyibak rambutku.

“Sekali lagi…………..ya” jawabku pelan. Aku mendongakkan kepalaku dan menjulurkan lidahku menjilat sambil mengecup daun telinganya. 

“hhhhhhhhhhahaahhaaaaaaa…….mas……….aku geli.ooooooohhhhhhhh” tangannya mencengkeram badanku sambil tergetar. Di peluk erat erat dan meraih seluruh tubuhku dan menariknya untuk menindihnya. “Oooohhhhhhhhhh masssssssss ooooooohhhhhhhhhhh” respon dari perlakuanku ketika lidahku melintasi setiap jenjang daun telinganya. Aku hembuskan nafas hangatku dan lidahku yang basah menyapu pinggir daun telinganya. “Masssss………………berhenti mas………….” Aku dengarkan suaranya mengeluh dan memintaku untuk berhenti. Tapi bahasa tubuhnya menyiratkan sesuatu yang berbeda dari ucapan dan kata kata yang dia keluarkan dari mulutnya.

Tangannya bertambah erat mencengkeram tubuhku. Dan nafasnya berpacu menderu seperti berlari. Aku tidak menyianyiakan waktu yang ada, aku balut lagi telinganya dengan bibirku dan kutarik pelan serta menguaskan lidahku menyapu turun. “Oooooohhhhhhhh sudaaaaahhhh massss, aku tidak kuat” erangnya lagi.

Aku berhenti seperti yang dia minta, kupandang wajahnya yang pasi serta memeluknya dengan kedua tanganku. Matanya masih tertutup rapat sepertinya malu dengan apa yang dia perbuat. Tidak ada gerakan dari mulutnya, dadanya bergerak gerak naik turun seirama dengan nafasnya yang memburu. Aku tarik kepalanya kearah dadaku dan dia membantuku meringankan dengan menggeserkannya kearahku. Wajahnya menempel didadaku dan aku peluk dia dalam kedamaian. Batang batreiku meregang tapi otak masih waras, aku kecup dahinya dan belai rambutnya. 
“Ayo kita turun mas………jam buka toko sekarang. Aku takut siapa tahu Mas Jaya datang tengok kita disini sedangkan kita belum siap.” katanya dengan pelan. Nafasnya pelan dan teratur sehingga hembusan udara yang keluar dari hidungnya terasa hangat didadaku. 
“Aku tidak mau melepaskan kamu dulu sehari ini Rose, aku ingin mendekapmu terus hingga nanti tidur lagi.” Kataku kepadanya dengan pelan sekali.
“Nanti kalau Mas Jaya datang kesini sementara toko masih tutup bagaiaman mas?” tanyanya dengan khawatir.

“Aku tidak peduli Rose, selama kamu mau dan aku mau mendekapmu aku tidak peduli dimarahi oleh siapapun.” Kataku sambil memegang kepalanya.
“Uuuuuuuuhhh nakal ya………..aku tahu sekarang. Mas Polie dulu juga begitu kan sama Mbak Sri.” Aku terjengah dengan pernyataannya.
“Aku heran deh……..sama kamu Rose. Apa saja yang diceritakan Sri kepadamu.” Kataku. 
“Ada deh…………”katanya pendek 
“Coba kamu ceritakan kepadaku apa saja yang dia katakan.?” Bujukku padanya.
“Tidak deh………..aku tidak mau kasih tahu mas. Aku boleh tanya sama kamu mas, tapi mas harus bicara jujur padaku.” Katanya sambil memandangku.
“Boleh………..kamu bisa tanya apa saja.” Kataku
“Jangan bohong ya! Mas……….mbak Sri pernah kasih mas “Apem manisnya” “Tanyanya dengan memandangku dengan tidak menoleh.

“Apem Manis” apa maksudnya?” tanyaku seolah olah tidak tahu apa yang dia maksud.
“Apem manis itu mas ya………….mmmmmm memeknya” tanyanya sambil senyum kepadaku.
Aku terbungkam dengan apa yang dia katakan padaku. Aku memandangnya dengan selidik untuk mengetahui apa yang dia simpan dimatanya. Matanya berbinar seolah olah dia menyimpan sesuatu disana. Aku tidak tahu apakah rahasia yang dia miliki didalam otaknya. 

“Pernah tidak mas, mbak Sri pernah tidak kasih Mas Polie “Apem Manisnya yang basah” katanya mendesak.
“Pernah!?” kataku pendek.

“Mbak kirim surat ke Mas Polie dua minggu lalu. Tapi waktu aku terima Mas Polie sedang didalam kamar mandi. Aku kira untuk aku dari desa, jadi langsung aku simpan dan baru aku buka malam harinya. Setelah aku buka, baru aku sadar ternyata surat yang kuterima tadi bukan untuk aku tapi untuk Mas Polie dari Mbak Sri. Aku baca sedikit tapi aku sudah kepalang tanggung maka aku baca semuanya.” Katanya dengan lancar. Tidak sedikitpun terbersit dari matanya sebuah penyesalan bahwa dia telah membuka surat yang semestinya dia tidak baca. “Maafkan aku ya mas. Aku tidak sengaja mengetahui tentang rahasia kalian berdua.” Matanya memandang dengan mantap, nampak dia siap dengan apa yang akan dia terima sebagai akibat apa yang dia buat
“Mana suratnya sekarang” kataku dengan tidak percaya. 
“Ada didalam kamarku mas………mungkin lebih baik kita baca nanti setelah tutup toko. Ayo kita buka toko dulu mas.” Katanya sambil dia bergerak akan berdiri. Aku menariknya kembali ke pelukanku dan mencium bibirnya dengan semangat membara. Bara yang begitu panas didalam diriku berkobar membakar, disirami penyerahan diri Rose kepadaku sehingga membuat birahi yang ada didalam diriku berkobar kobar. Yang lepas dari belenggu dan cengkeraman selama sebulan tidak terlampiaskan. Ada secercah harapan bahwa pengganti Sri telah berbaring disampingku. Kulumat bibirnya yang terlihat menawan, setiap sudut dan sisi bibir manisnya tidak aku sia siakan. Aku hanyutkan seluruh birahi yang terganjal selama ini dalam kesempatan pertama. Rose menyerah dengan seranganku. Dia mengalah mungkin luapan atas permintaan maaf atas kesalahan yang dia buat. Aku menindihnya dengan tidak sabar, ingin aku merentangkan pahanya dengan paksa dan menusukkan batang batreiku yang berdiri tegak. Nafasku memburu cepat bagaikan sebuah gerakan kumparan yang berpusat jauh didalam sana tanpa ujung.
“Aku tidak ingin ini berakhir dulu Rose” kataku diantara nafas yang memburu. 
“Memangnya kenapa mas? Nafasnya kok tersengal sengal sih? Mas kena asthma ya?” dia memandangku dengan tidak berkedip. Bibirnya tersenyum mengejek dengan keadaanku. 

“Ayooo mas kita buka toko dulu kemudian mas mandi. Aku takut Mas Jaya akan datang mungkin pasar sudah rame.” Katanya membujukku. 
“Aduh seandainya kita ada waktu banyak hari ini. Aku tidak ingin melepaskanmu barang sesaatpun. Aku ingin menciumimu sampai aku puas Rose.” Aku ucapkan kata kataku sambil memandang matanya.

“Eng ing enngggggg……rayuan gombal keluar dari mulut singa” katanya mengejek.
“Muaaaaaaach” ciumanku membabi buta lagi.
Rose berusaha menghindar, dan bibirku mendarat di lehernya yang jenjang. Aku pagut lehernya dan hisap kulitnya sambil memainkan lidahku.

“Ooooooooohhhhh masssssss” rose mnggelinjang dengan liar menahan goncangan dan arus birahi yang ditimbulkan oleh hisapanku. “Aaaaaaaaaaaaa maaaaassssss jangan memulai lagi. Aku tidak kuat nahannya. Bisa kita lanjutkan saja mas nanti malam sebelum tidur.” Katanya mengaduh.

“Kamu janji? Aku takut nanti kamu akan berubah pikiran.” Kataku memohon. Aku pagut kuat dan hisa hingga membuat cupang dileher bagian kanannya. Tidak begitu jelas karena kulitnya berwarna coklat sehingga tidak begitu nampak. 

“Massssssss……. Iayaaaa aku akan menepati janjiku nanti malam. Aku tidak akan ingkar janji” bisiknya. “Muaaach” kecup bibirnya ke bibirku.
Aku mengangkat tubuhku dan beranjak dari tubuh rampingnya yang tadi kutindih. 

“Tuh senangnya kalau udah dapat yang diinginkan” katanya menyindirku. Bbirnya masih tersenyum warnanya agak kemerahan bekas pagutan dan hisapanku. Rambutnya masai berantakan dan baju yang dipakai porak poranda. Ada tanda bengkak dibawah kelopak matanya yang menyiratkan sebuah birahi yang muncul.
“Ayooooo bangun………” aku tarik tangannya untuk berdiri. Tapi dia malah menarikku turun hingga aku terduduk kembali. Aku seruduk kembali tubuhnya dan menciumnya kembali. Aku pegang dadanya kali ini dengan pelan pelan seolah olah bukan sebuah kesengajaan. 

“Sudah mas………nanti kita lanjutkan saja nanti malam” erangnya lirih.
“Janji ya……….nanti kita lanjutkan” ucapku penuh harap.
“Iya….nanti kita lanjutkan lagi” katanya sambil menganggukan kepalanya. 
Aku beranjak kelemari dan membukanya. Aku ambil sebuah baju kaosku yang akan kupakai bekerja dan celana pendek biasa. 

Langit mendung dan agak gelap, terasa sekali angin bertiup agak keras. Besok hari lebaran dan toko tutup selama dua hari. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Aku mandi sementara Rose kembali kekamarnya dan berbenah sebelum kita turun membuka toko. 

Pekerjaan hari itu sangat menyenangkan, walaupun sangat sibuk dan melelahkan ada sebuah janji yang aku nanti. Jam terasa sangat lambat menanti datangnya moment yang aku tunggu tunggu. Kira kira jam 2 siang, Slamet datang membawa makanan dan memberi kabar.

“Mas Polie, bagaimana sepeda motornya? Mau latihan lagi tidak?” tanyanya sambil tersenyum padaku.
“Apa yang kamu bawa Met” tanyaku 
“Ini mas, mbak Ling memasak Cap Cai hari ini” balasnya singkat.
“Tadi pagi latihan naik motor tidak?” tanyanya lagi kepadaku
“Aku tadi bangun kesiangan met, jadi aku tidak sempat belajar. Sebentar lagi setelah toko tutup, aku akan belajar sendiri.” Jawabku
“Iya………kemaren saja sudah agak lancar, jadi belajar sendiri sudah bisa” jawabnya singkat.

“Besok hari lebaran, kamu kemana Met?” tanyaku basa basi
“Ya berkunjung kesanak saudara, biasa sebuah tradisi. Oh iya Mas Polie, besok mau dia ajak jalan jalan ke Malang sama Mas Jaya, berangkat jam 7 pagi. Diminta bawa baju ganti dua lembar dan celana renang. Rencananya akan menginap disana selama 2 hari” Katanya memberitahuku

“Kenapa mendadak sekali memberitaunya Met?” protesku. “Aku mau latihan naik sepeda motor saja deh” kataku menjawab. “Beritahu Mas Jaya Met, aku tidak ikut saja. Aku mau latihan naik sepeda motor.

“Ya sudah kalau begitu……nanti aku akan beritahukan ke Mas Jaya.” Katanya
“Atau biar nanti sore aku kesana Met, aku akan beritahu Mas Jaya sendiri sambil naik motor.” Kataku

“Ya sudah mas, aku kembali dulu ya” katanya. “Dimana Rose?” tanyanya
“Ada diatas………dia setrika baju” jawabku singkat. “Pasar sudah sepi Met……..Kamu tutup saja pintu tokonya.” Pintaku.

Slamet membantuku menutup pintu, jam menunjukkan hampir jam 3 sore. Setelah Slamet pergi dan pintu toko tertutup aku naik keatas ingin meminta Rose bantu aku hitung uang hari itu. Rose sedang menyetrika dan berdiri didekat meja setrikaan. 

“Rose…ayo turun bantu aku menghitung uang dulu?” kataku
“Ya Mas sebentar lagi ya…….tinggal satu baju lagi yang harus di setrika” katanya. Aku berjalan mendekatinya dan dari belakang aku tutup matanya dengan kedua tanganku. 

“Mas Polie iiiiiiihhhhh……….ini apa apaan ya.” Katanya sambil mengibaskan kepalanya. “Awas mas Bajunya Mas Polie bisa terbakar.” Katanya lagi dengan logat yang manja. Aku buka tanganku dan melepaskan matanya. Rose hanya tersenyum simpul, aku dekatkan wajahku kearah lehernya yang jenjang dan mengenduskan hidungku di tengkuknya. Aku tempelkan bibirku dan kembali terdengar Rose mengaduh. “Ooooooohhhhhh massss……geeeellllllliiiiiiii aku. Merinding semua bulu buluku.” 

Aku teruskan tindakanku sementara batang batreiku sudah bergerak naik mengeras. Aku rangkul dipinggangnya dan aku tempelkan bagian depan tubuhku ke punggungnya. Ada kehangatan terpancar dari punggungnya dan aku serap melalaui kulit kulit perut dan dadaku. Batang batreiku terasa di charge dan menempel dibagian atas pantatnya. Hangat sekali rasanya. Rose merespon tindakanku dengan menolehkan dan menengadahkan kepalanya. Lehernya terbuka dan aku tidak sia siakan kesempatan mengecupnya sekali lagi. “Muaaaaaaachhhhhh” suara ciumanku dan bibirku pun menempel di jaringan kulit lehernya.

“Aaaaaaaaahhhhhhhhhhh” nafasnya tersengal sengal. “Oohhhhhhh massssss.” Erangnya lagi. Tangan kanannya meraih kepalaku dan mencengkeram rambutku. Aku telusuri lehernya dengan bibirku dan terkadang menjulurkan lidahku kesekeliling leher yang ku kecupi. Antara kecupan dan jilatan yang bertubi tubi membuat Rose terbakar. Entah suara apa saja keluar dari mulutnya. Kuraih bibir nya yang terbuka dan menancapkan bibirku disana. Bibirnya terasa kering dan dingin, nafsu yang membakarnya terasa dibibir, kering dan seperti memohon untuk disiram. Aku julurkan lidahku untuk membasahinya dan menyelubungi bibirnya dengan bibirku. Nafsuku bergejolak dengan sentuhan sentuhan bibirnya. Sementara tubuh rose masih tetap membelakangiku. 
Tangannya meraih tombol setrika dan memutarnya off, kuputar tubuhnya mengahadapku dan memeluknya sambil berdiri.

“Massssssssss” nafasnya mendengus tidak karuan. Nafaskupun tidak karuan suaranya. Sepertinya bersekongkol untuk mengejar sesuatu yang telah lari. Aku meraih wajahnya dan menggenggam wajahnya yang manis. Matanya sudah mulai sembab gelembung kelopak matanya bagian bawah menebal, pertanda nafsu dan birahi telah membakarnya. Matanya memandangku dengan tidak berkedip, memohon untuk dipuaskan. Aku meraih kembali bibirnya dengan bibirku, ku julurkan lidahku memasuki rongga mulutnya dan ada rasa geli yang Rose rasakan. Seperti pengalaman baru baginya dan mendesah desah seperti ingin menyerobot angin. 

Tanganku bergerak turun dan menepi di dadanya sedangkan tangannya Rose menggelayut di leherku. Aku tak kuasa untuk menghentikan kegiatan ini karena birahi yang mengendalikan keinginan ini terlalu kuat. Rose pun sudah tidak kuasa juga memblokir aliran birahi yang berada di dalam dirinya. Dengan buas diapun melayani setiap hisapan bibir dan sepak terjang lidahku yang menelaah setiap centi rongga mulutnya. Lidahnya juga menari nari bergantian memasuki ronggaku. Aku cabut bibirku dari bibirnya dan dengan cepat aku arahkan menangkap telinganya dan terdengar nyaring suara Rose yang meratap kenikmatan. “Oooooohhhh…..masss……….aaaaaaaahahhaaaa masssssss addduugggghhh nmassssss…………. Oooohhhhhhh ooooohhhh” suaranya seperti tertekan sesuatu yang membuatnya tertahan. “Ooooohhhhh aaaaaaaahhhhhh…….. mana aku bisa tahan seperti ini…….ooooohhh” aku mengubur daun telinganya dengan bibirku. Kepalanya bergerak gerak serasa akan menyeruak keatas. Tanganku menggapai lagi ketubuhnya dan mencengkeram kuat menarik kearah tubuhku. Ku tempelkan batang batreiku yang meradang ketubuhnya yang masih berbalut lengkap. Aku angkat tubuhnya sehingga Rose terduduk dimeja dimana dia menyetrika dan aku rebahkan disana. 

“Jangan disini mas….baju yang sudah kusetrika akan kusut lagi.” Pintanya.
Aku tarik tangannya dan aku letakkan dipundakku. Aku peluk dia dan angkat tubuhnya untuk ku gendong. Badannya ringan dan aku bawa dia kekamarku. 
“Mas……..aku mau dibawa kemana?” tanyanya
“Ssssssssssssttttt diam saja.” Kataku
Aku rebahkan tubuhnya dikasurku dan aku benamkan tubuhku diatasnya. Aku kembali bergerilya berusaha melanjutkan perjalanan yang terhenti. 
“Mas……jangan keterusan ya?” katanya singkat
“Apa maksudnya?” tanyak bodoh
“Aku tidak mau sampai kita berbuat……!” katanya
“Berbuat apa Rose?” kejarku
“Berbuat itu..mas. Aku tidak mau sampai aku hamil” 
“Aku tidak akan membuatmu hamil Rose?” kataku tenang “Aku mau kamu menikmati saja. 

“Mas tahu caranya?” tanyanya pendek sambil memandangku dengan cemas.
“Cara apa?” tanyaku
“Caranya supaya aku tidak hamil?. Aku takut kalau kita kebablasan dan menjadi hamil. Aku akan malu bertemu sama orang tuaku di kampung” ucapnya
“Kita tidak akan melakukannya sampai sejauh itu” kataku menghiburnya. 
“Kalau aku tidak tahan bagaimana mas, namanya juga manusia mau puas dalam segala hal. Kayak tadi mas bikin aku gelagapan. Aku kadang mau teriak kenikmatan mas, tapi aku takut tetangga sebelah dengar. Aku mau meremas pisangmu mas, boleh? Pintanya kepadaku.

“Jangan diremas tapi boleh dibelai dan disayang” kataku menjawabnya sambil tersenyum.
Tangannya Rose merayap turun kebawah disela pahaku dan bertengger dalam kokohnya batang berotot yang melingkar di setiap sisinya. Aku semakin melayang dengan perilaku dan tingkahnya. Tangannya membetotku tepat di batangnya. Dan lenguhan tak dapat kutahan keluar dari mulutku.

“Sebentar Rose……..aku lepas dulu celanaku” aku menyela dan melepas celana pendek dan celana dalamku. Batangku tertawa terbahak bahak menghirup udara, Rose tertegun sejenak dengan munculnya batang kebanggaanku.

Tangannya meraihku kembali dan membelaiku dengan pelan. Kehangatan kulit tanggannya menyelimuti batangku dan membuat nyaman jiwaku. “Aaaaaaaaahhhhhhhh”
“Hangat sekali mas rasanya. Aku hampir lupa………………” katanya tidak meneruskan.

“Hampir lupa apa Rose?” desakku bertanya padanya.
“Aku hampir lupa bentuknya dan hangatnya” katanya pelan. Sambil membelai batangku, tubuhnya meringsek mendekatkan tubuhku. Tidak ada bau tubuhnya, aku merasa nyaman. Aku dekap tubuhnya dengan penuh kehangatan, tubuhnya yang kecil terasa seperti seorang anak yang kedinginan meringkuk didalam tubuh induknya.

Aku cium keningnya dan dengan pelan aku telusuri hidungnya dan menuruni ke bibirnya lagi. Ingin kusetubuhi dara kecil didekapanku, ingin kupuaskan dahaga yang terasa dan lapar akan nafsu yang bergolak golak dalam tubuhku. Tangan manisnya menggoyang goyang batangku, goyangan yang tidak ada arah dan tujuan. Mencengkeram ringan dalam pagutan atas kulit batang batreiku. Kunikmati setiap goyangan dan sentuhan jari jarinya. Melayang……..menukik dan meradang, badan terasa panas dingin terombang ambing dalam deru nafsu yang hampir tersalurkan.

“Rose…….?” Kataku mengambang tidak tahu apa yang akan aku ucapkan.
“Apa mas………” katanya pendek tanpa mengubah posisi.
“Aku mau ………mencium tetekmu?” kataku terbata “Aku buka kaosmu ya?” lanjutku sambil menarik kaosnya.

Rose agak keberatan dengan permintaanku tetapi berubah pikiran setelah aku mengecup kepalanya. Dia membiarkan aku mengupas pembalut tubuhnya dan menyodorkan tangannya untuk meloloskan kaos yang dia pakai. Badannya polos didepanku, bra yang dia pakai tidak ada renda tapi hanya sebuah bra sport yang ringan.
Dadanya naik turun menyisakan sebuah nafas yang semakin memburu. Hembusan nafasnya berupa udara hangat yang menerpa wajahku. Aku dekatkan hidungku ke hidungnya dan genggaman tangannya terlepas dari burung kecilku setelah posisiku berubah. Aku angkat naik dengan posisi dia diatas dan aku tarik turun cup Bh yang dia pakai. Tersembul sebuah gundukan kecil payudara 32 B yang dia sembunyikan dibalik bh sportnya.
Aku tarik puntingnya pelan dan dia mengaduh kembali. 
“Mas………aku juga mau kamu lepas kaosmu?” pintanya pelan. Tangannya meraih kaosku membantuku untuk melepaskannya.Aku kembali telanjang bulat didepan gadis kedua setelah Sri. Badannya dia dekatkan kearahku dan menempellah gunung kecil didadaku. Kubalut kembali badannya setelah meraih dan rengkuh tubuh kecilnya.

"Aku merasa tenang atasmu mas" rintihnya pelan.

Kata kata yang diucapkan bagaikan sebuah kunci masuk menuju sebuah arena baru yang lebih menjanjikan. Sebuah hubungan yang lebih menjanjikan dan romantis. Ciumanku padanya semakin menggebu, belaian dan sentuhan didaerah yang membangkitkan birahi semakin hebat. Aku tidak ingin buru buru memetik buah yang belum ranum benar. Kepercayaan yang dia rasakan, ketenangan dalam dirinya yang aku bangun hanya terucap sesaat yang lalu. Aku mau membangun sebuah kepercayaan yang kuat sehingga mudah untuk menjajah perasaannya. Ketulusan hati, mau melayani, dan mendahulukan kebutuhannya adalah kunci yang harus dijaga.

Tubuhnya mendekapku dan buah dadanya melekat erat didadaku. Kulitnya yang halus terasa hangat disekujur badanku. Ciumanku mengarah ke lehernya sedangkan Rose tidak bergerak. Dia menikmati setiap sentuhanku dan ciuman yang kuberikan membuatnya seperti lemas dan tidak berdaya. Tubuhnya seperti loyo, suara erangan pelan yang keluar dari mulutnya menyiratkan sebuah rasa asa yang selama ini dia ingin rasakan.

“Mas……oohhh ……..suuuudah mas………..sudaaaaaaaaah. Aku lemas sekali rasanya. Mas mau apa sekarang?” pertanyaan atau sebuah tawaran aku tidak mengerti. Tapi kedua duanya harus segera di respon. Aku gulingkan tubuhnya kekasur dan kutindih tubuhnya. Matanya masih dia tutup sepertinya malu tangannya dia silangkan kedadanya. Aku tidak merengkuh kedua tangannya untuk membuka dada yang berbukit itu. Aku turunkan wajahku untuk menciumnya sekali lagi, wajahnya dia golekkan kesamping. Dan aku julurkan lidahku menuruni lehernya. Aku hisap pelan dan kepalanya dia dongakkan keatas. Ada suara pelan mendesis keluar dari mulutnya. 

“Mas pintunya tolong ditutup, aku malu kalau teriakanku terdengar keluar. Lihat jam sekalian mas.” Aku berdiri dan menutup pintu kunyalakan kipas anginku dan melihat jam. 

“4 kurang lima belas” kataku sambil mengambil peranku yang baru saja kutinggalkan. Aku comot lagi lehernya dengan lidahku dan menghisapnya pelan, kembali desisnya yang pelan kembali terdengar dengan lembut.

“Aku rasanya mau teriak mas……..aaaaaaaaahhhhh rasanya selangit bibirmu mas. Jilat lagi bagian leherku mas?” pintanya ingin menikmati. 
Aku lakukan permintaannya dan mengecup kembali lehernya dan aku oleskan lidahku menyapu didataran kulit leher tepat dibawah dagu.

“Ooooooooooooaaaaahhhhhhhhh” teriaknya agak keras. Gerakannya tambah liar, tubuhnya dia putar kekanan memberiku akses menuju ke belakang pundaknya. Aku hisap daerah pundaknya dan tangannya meraih wajahku dengan lembut. “Ooooooooooohhhhh rasanya tidak terkira massssssssss…..ssssssssss Oooooohhhhhhhhh” kata katanya tidak jelas seperti orang kepanasan. Tubuhnya dia liuk liukkan, bukit yang tadi dia proteksi dengan kedua tanggannya dia lepas dan nampak jelas sekali kedua bukitnya berkembang keras di putingnya. 

“Aaaaaaaaahhhaaaooooaoaaaahhhhhhhh aaaaaaaaaadduduuhhhhh masssss pintarnya kamu memanipulasi lidahmu mas…..aku rasanya kenyang dengan perlakuanmu mas……..jangan berhenti dulu masssss” kata katanya sarat dengan permintaan dan permohonan. Aku kembali jelajahi daerah yang belum terjamah oleh lidah dan bibirku. Aku turun kelengan kanannya dan di atas siku kanannya aku kecup pelan dan meraihnya dengan gigi depanku. Ku gigit pelan dan teriakannya bertambah nyaring”

“Mmmmmmmmassssss kau apakana akuuuuuuuuuuu oooooooohoohhhhh ampun” katanya. “Jangan dulu berhenti sayangggggggggggg” kata katanya berubah manja. “Aku ingin lepasssssskan bebanku massssssss. Nafasnya menderu tertahan dan mulutnya kembali terbuka. Kutawarkan jari telunjukku kemulutnya. Himpitan bibir dan lidah basahnya menyambut jariku dan menyulut birahiku. Aku teruskan penjajahanku menuruni pinggir kanan dadanya dilembah bukit kecilnya. Ada bintik bintik kecil keras dan rambut disekitar putingnya berdiri tegak tanpa ampun. Seperti tanaman yang tumbuh disekitar tanah yang sangat subur dan gembur. 

“Muach ……muachhh” aku mengecupnya. Tanganku menjalar kekiri dan menggenggam putting dan bukitnya. Aku hangati putting kanannya dengan lidah dan bibirku. 

“Massss ….masssss……massss……….Ohhhhhhh ooooohhhh ooohhhhh” matanya sayu dan penuh nafsu. Tangan kanannya menjalar turun kearah badanku dan menemukan batang yang dia cari. Ada tetesan keluar dari batang batreiku dan mengalir deras ketika tangannya meraih kepalanya. 

“Ooohhhhhh Rose kocok pelan pelan ya…..jangan terlalu keras dan kasar. Kulitnya bisa lecet dan infeksi.” Pintaku padanya.

Aku tidak konsentrasi dengan apa yang aku lakukan. Rose memberiku perhatian disana. Tangan satunya mengelus elus kulit dibawah perutku. 

“Lepas rokmu Rose………..!” perintahku
“Jangan mas……nanti kita keterusan” jawabnya
“Tidak …..kita tidak akan keterusan. Aku akan kendalikan diriku.” Jawabku diplomatis

“Mungkin Mas Polie bisa…..aku tidak bisa kendalikan diriku sendiri mas” katanya “Tidak usah ya?” Katanya 

“Kamu lepas saja asal celana dalamnya tidak usah kamu lepas” pintaku

Aku turunkan roknya dan dia membantuku mengangkat pantanya yang kecil dan dengan mudah aku lepaskan roknya. Kedua tungkai kakinya dia angat dan dia sibakkan untuk melepaskan roknya. Aku lihat sepasang tungkai kaki yang kelihatan terawat. Tubuh bawahnya bersih dan aku tatap nanar celana dalamnya. Ada gundukan ditengah tengah celananya. Sehelai rambut terjurai diantara kulit dan kolor celananya. Seperti sebuah jerami ditumpukan padi yang baru di panen. 

Tangan dan jari jarinya menekan kepala batang ku. Tiba tiba dia menariknya, membuatku berteriak. “Rose…….jangan kau tarik sayang” pintaku
“Maaf mas….aku terlalu gemas dengan burungmu.” Katanya beralasan.
“Tuh dia ngambek …..” kataku merajuk. “Cium dong” pintaku pendek.

“Rose mengangkat kepalanya dan mendekatkan mulutnya untuk mencium batangku. Dia buka mulutnya dan mengecup pelan dan lembut. Dia tempelkan ditengah tengah bibirnya yang terbuka dan sedikit ditarik mundur.” Mmmmmmmmsudah basah” katanya. Asin lagi.” Katanya mendelik. Dia gunakan ibu jarinya untuk mengusap cairan yang ada. Kenapa rasanya seperti keju mas? Asin?” katanya.

“Kamu suka?” tanyaku penuh harap.

“Biasa….cuman aku tidak pernah begini!” katanya. Aku memutar tubuhku dan membungkuk untuk menciumi perutnya. Bagian burungku berada dikepala. Aku meminta dia untuk memberi aku perhatian disana. Tangannya mengocok dan bibirnya dia buka dan menjepit bagian kepala batangku. Aku menciumi perutnya yang kecil dan menjilati kulit di seputar pusar dan turun kebawah mencapi karet celananya. 

“Mas……sampai disitu ssssaaajjaaa mas” katanya mengiba. “Kotor …koottoooorr aku belum mandi mas” teriaknya pelan
“Huh…..dia mengijinkan untuk di jilmek, hanya masalah waktu saja!” pikirku
Aku tidak meneruskan kehendakku karena membuatnya tidak merasa nyaman. Aku kembali menjilati bagian atas celana dalamnya, terutama bagian pinggir karetnya. Ada beberapa centimeter dibawah pusarnya. Rose meraung raung menikmati sensasi yang timbul dengan setiap aksi lidahku. 

“Masssss….sudah mas…….sudah……cukup cukup” katanya pendek seperti terampas jiwanya. Batang batreiku yang menegang dia lepaskan dan lelehan leher putih bening mengalir dan menempel di mulutnya.

Aku hentikan kegiatanku dan mengubah posisiku, badanku masih berada diatas tubuhnya. Aku rendahkan posisiku untuk menempelkan tubuhku diatas tubuhnya yang mungil dan tipis. Teteqnya menempel pas di dadaku, aku kecup bibirnya dan menekan seluruh tubuhku menindihnya. Aku pegang jari jarinya dan menjilati bibirnya yang basah.

“Buka pahamu Rose……..” kata kataku terdengar sebuah perintah lirih didaun telinganya dan dengan pelan Rose membukanya. Aku mengelir masuk kedalam genangan diantara dua pahanya yang terbuka. Aku sodokkan batang kontholku kearah dimana kedua pahanya bertemu. Rose menggoyang pinggulnya ketika sodokan pelan itu bertemu dengan memeqnya yang masih berbalut celana dalam coklat muda yang dia pakai. Aku ingin sekali memegang apa yang tersembunyi didalam celana dalam yang terbuat dari kaos itu. Aku sodok sodok pelan dan mengenai sasaran. 

“Oooooohhhhh mas…….masaaaa ampun masssss….enak sekali rasanya” katanya diantara desahan pelan nafasnya. “Aku mau buka celanaku mas…….aku ngga tahan rasanya kalau begini.” Bisiknya pelan. Kedua matanya menatap mataku yang sama sama menandakan tingginya sebuah birahi. 

“Kamu lepas celanamu” kataku lagi dengan lirih.
“Jangan dah mas….nanti keterusan” katanya perlahan. Goyangan pinggulnya seperti menjepit kepala batreiku yang berotot kuat. Akupun juga menahan nafsu yang begitu besar, gesekan dengan celana dalamnya yang sudah basah sambil mematuk matukkan kepala penisku membuat aku terbuai dengan apa yang aku sedang rasakan. Kadangkala pahanya Rose menekan nekan sambil menjepit batang batreiku.

Aku tempelkan lagi ujung batreku didekapan pahanya dan mentok di ujung belahan pahanya. Aku tekan keras keras dan Rose berteriak mengaduh kenikmatan. Aku tekan tambah kuat sedang kan Rose membantu menggesek gesekkan vaginanya dengan cara menggoyangkan pinggulnya naik turun. Gesekan dan friksi yang berulang ulang membuat sebuah khayalan akan sebuah kepuasan badani.

“Ohhhhhhh…ooohhhhh……ohhhhh………massss……maasssss….” Suaranya terputus putus hilang timbul tenggelam. Kenikmatan juga aku rasakan memenuhi seluruh sendi dan tulang. Penisku rasanya mau meledak dengan rasa yang timbul dari gesekan pusat kenikmatan. 

“Rose………….aku ambil kondom dibawah ya?” kataku sambil memandangnya. Ada rasa takut ditolak, tetapi kebutuhan yang begitu mendesak membuat aku berani mengungkapkan keinginanku. 

“Mas…mau melakukannya sekarang ya?” tanyanya pelan. Matanya redup oleh nafsu dan birahi yang sangat kuat. Pancaran matanya sayu dan seakan meredup berat. 
“Kamu mau?” tanyaku mengembalikan pertanyaannya.

1 komentar:

  1. MANTAP SOB... POSTINGNYA DITAMBAH LAGI DONK... SOB YANGPENGEN NONTON BOKEP PALING HOT ..TINGGAL KLIK SALAH SATU AJA SOB... GA PAKE DONWLOAD.....

    SERI 1
    ======
    [+][+] --->>> BOKEP ABG SMU BANDUNG
    [+][+] --->>> BOKEP TETANGGA SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI BCA
    [+][+] --->>> BOKEP SMP TANGERANG
    [+][+] --->>> BOKEP PEMBANTU TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP DI KOS KOSAN
    [+][+] --->>> BOKEP BISPAK MONTOK
    [+][+] --->>> BOKEP ML 4 CEWEK
    [+][+] --->>> BOKEP SEKRETARIS
    [+][+] --->>> BOKEP TANTE GIRANG

    SERI 2
    =====
    [+][+] --->>> BOKEP MAHASISWI
    [+][+] --->>> BOKEP PNS SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP BULE TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP SMA MULUS
    [+][+] --->>> BOKEP SMP HORNY
    [+][+] --->>> BOKEP SPG BAJU KETAT
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI MALL SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP SALON PLUS
    [+][+] --->>> BOKEP SEKRETARIS
    [+][+] --->>> BOKEP CINA

    SERI 3
    =====
    [+][+] --->>> BOKEP ARAB
    [+][+] --->>> BOKEP BULE SANGE
    [+][+] --->>> BOKEP ARAB TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP THAILAND HORNY
    [+][+] --->>> BOKEP GURU MANIAK
    [+][+] --->>> BOKEP SEKS BEBAS
    [+][+] --->>> BOKEP PESTA SEKS
    [+][+] --->>> BOKEP MAIN DI SUNGAI
    [+][+] --->>> BOKEP ABG JAKARTA
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI BANK
    [+][+] --->>> BOKEP 5 CEWEK SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI SALON PLUS




    ------------->>> TRIMS YA GAN... SALAM SUKSES AJA BUAT AGAN....

    BalasHapus