Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 1

Pengalaman pertama terjadi saat aku harus nganggur setahun setelah aku lulus SMA. Terus terang ekonomi keluarga yang harus membuat aku harus nganggur setahun. Nah …….dalam tahun itu pengalaman tak terlupakan terjadi. Sambil nunggu bisa kuliah aku bantu kakakku jaga tokonya di kota Sidoarjo. Aku berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kira kira 6 jam perjalanan ke kota Sidoarjo dimana kakakku tinggal. Kakakku punya toko cukup ramai setiap hari sehingga dia bisa membuka toko kedua di pasar. Karena kekurangan pegawai yang bisa dipercaya maka aku diminta untuk membantu jaga toko kedua ini. Toko yang kedua adalah sebuah ruko sehingga akupun bisa tinggal didalamnya. Ada 3 kamar mandi didalam ruko itu dan 2 kamar tidur dilantai dua.

Hari pertama buka toko hanya menjadi penonton orang orang yang belanja dipasar itu. Hari sabtu dan minggu adalah hari yang paling ramai karena banyak pembeli dan tengkulak. Tokoku buka jam enam pagi dan tutup jam 3 sore. Setelah beberapa hari, beberapa pembeli mampir membeli beberapa benda kecil. Toko yang aku jaga ini menjual plastik roll, tas plastik, beberapa kebutuhan sehari hari seperti sabun, pasta gigi dan barang barang lain yang terbuat dari plastik. Saat itu kurang banyak toko yang menjual barang barang sejenis itu. 
Suatu siang kakakku datang dengan seorang perempuan yang seusiaku, tinggi kurang lebih 168 cm, wajah tidak terlalu cantik tapi tidak juga jelek. Kalau makanan, dia ini makanan yang bisa ditelan tanpa komentar negative . Kulit putih dan ada tahi lalat di rahang sebelah kiri. Sebut saja namanya Sri. 

“Polie………… ini loh aku antar Sri untuk bantu kamu. Dia tinggal disini supaya ada yang bisa nyapu sama bersihkan toko. Kalau siang dia juga bisa carikan kamu makanan di dekat sini” kakakku berkata dan setelah itu dia pergi kembali kerumahnya. 

Sri, ini cukup ramah dan berani menyapa duluan. Dari pembicaraan aku tahu kalau dia juga baru lulus SMA. Jadi usia kita sama. Yang membedakan adalah dia ini ternyata punya pacar di kampungnya di daerah Pujon Malang. Bapaknya adalah pensiunan Angkatan Laut. Assetnya yang paling gua demenin adalah badannya dan dadanya. Bayangkan dengan tinggi badan 168 dan dada 34 C, assetnya sangat menonjol. Pantat tidak begitu besar tapi juga menggairahkan. Aku tidak berpikiran macam macam karena merasa masih lugu. Tidak ada bayangan bahwa dia akan menjadi guru dan pasangan sex ku untuk pertama kalinya. 

“Mas Polie, kenapa tidak ngelanjutin kuliah?” suatu hari dia tanya kepadaku
“Biaya kuliah mahal dan belum mampu menjangkaunya” aku jawab sekenanya “Kamu sendiri kenapa tidak kuliah? Apa kamu ngga ingin ngelanjutin kuliah?” Aku tanya dia balik.
“Aku sih sebetulnya ingin tapi karena bapakku tidak punya biaya, aku harus kerja dulu semoga aku bisa lanjutin tahun depan. Asal tidak keburu kawin? Hehehehe “ dia jawab. 
“Memang udah mau kawin ya?” selorohku
“Pasti dong, mas Polie memang tidak akan kawin ya?” dia balas
“Bah, blom kepikir tuh?” jawabku

Dialog kecil seperti ini sering terjadi setiap hari, dan hal ini seperti merajut sebuah hubungan yang makin erat. Kadang kadang dia menangis karena dia rindu keluarga dan pacarnya yang ada di Malang. Maka aku biasa menghibur dan menyuruhnya menulis surat kepada keluarganya. Maka dia biasanya nurut saja dan meminta ijin aku untuk membeli perangko atau amplop dan mengirimkannya ke kantor pos yang kebetulan berada disekitar pasar.

Ruko dimana aku kerja ini cukup panjang dan barang yang ada belum seberapa banyak jadi supaya tidak kelihatan kosong maka kakakku menyekat dengan 2 lemari panjang untuk memajang barang dagangan. Beberapa barang dagangan digantung di beberapa tali untuk menghemat tempat dan pembeli juga bisa melihat apa saja yang kita jual dengan mudah. 

Suatu siang ada barang masuk yang diantar oleh pegawai kakakku. Barangnya banyak dan diantaranya harus digantung untuk dipajang. 
Setelah aku periksa dan pegawai kakakku kembali, aku segera bongkar untuk dipajang. Sri, memajang shampoo dan barang sejenis dilemari sedangkan aku harus naik kursi dan memajang barang ditali. Karena aku harus naik turun kursi untuk ngambil barang dan memajangnya. Sri, berhenti dan membantuku mengambil barang yang dilantai sehingga aku tidak perlu lagi naik turun kursi. Pada saat aku ambil barang ditangannya aku tak sengaja sentuh pundaknya. 

“Sorry, aku ngga sengaja” aku bilang
“Mas sengaja deh, aku lihat sendiri” dia balas sambil senyum senyum. 
“Aku balas nanti tanpa ampun.” Dia lanjutkan.
“Jangan gelitik aku, Sri. Barangnya bisa jatuh dan pecah semua rinso nya” aku beritahu dia. 
Dasar mungkin lagi iseng, dia gelitik pinggangku dan aku kaget. Untung barang yang kupegang tidak lepas dari tanganku. “Aku balas gelitik deh nanti hehehehehe” ancamku. Setelah selesai aku pura pura pergi ke dalam untuk cuci tangan. Jam menunjukkan hampir pukul 3 sore dan toko hampir tutup. Maka aku pura pura panggil Sri masuk kedalam. Setelah dia didekatku aku pegang pinggangnya yang ramping dan aku mulai gelitik. Dia ketawa dan aku tidak mau lepaskan begitu saja. Pinggang indah pertama dalam hidupku yang pernah aku pegang. 
“Tahu rasa nih, kalau aku balas dendam” ku bilang

Aku gelitik dan dia terus berusaha melepaskan peganganku. Perutnya yang empuk juga terasa sekali karena dia kadang menggeliat kekanan dan kekiri. Aku tidak mau lepaskan begitu saja kesempatan indah ini. Aku pegang terus hingga dia terjerembab kelantai.

“Mas, ampun mas! Ampun berhenti perutku sakit karena ketawa” dia mengaduh. 
Pada saat aku lepaskan dia, dia malah menyerangku balik menggelitik pinggangku. 

“Ternyata kamu hanya pura pura …………… ya?. Baik dehhhh aku layani” aku teriak sambil ketawa.
Jadinya kita saling gelitik. Junior udah berdiri tinggi karena pengalaman pertama dekat sama tubuh cewek. Badannya sangat lunak dan baunya harum sabun. Rambutnya juga wangi, wah………. Selangit deh rasanya. Ada aliran aneh aku rasa saat pegang perutnya tanpa sengaja seeeeee….rrr seeerr…..rrrr. 
Jantungku juga semakin cepat berpacu. Karena terus saling gelitik wajah kita semakin dekat. Perasaan ingin melakukan yang lebih merangsang keinginanku untuk meneruskan permainan gelitik menggelitik. Aku juga makin berani mengexplore jengkal demi jengkal tubuhnya. Karena dia kewalahan menghadapi seranganku dia terduduk dilantai dan aku terus maju wajahku cukup dekat dengan wajahnya. 

Dan “ cuuup cuppp” Aku cium pipinya terus aku berdiri dan berjalan menjauh karena aku ingin tahu reaksinya bagaimana. 
“Weeeeeeeiiii itu tadi tidak termasuk dalam permainan gelitik, kenapa pake curi cium pipi juga?” selorohnya aku lihat rona merah dipipi kirinya. 
“Yaaaaa, nanggung deh, ada pipi didekat yang nganggur aku manfaatkan sedikit saja.” timpalku. 
Aku tidak tahu mau apalagi nih. Aku pura pura berjalan kebagian dalam pura pura ambil minuman. Dia mengikutiku dengan diam diam dan tiba tiba dia menyerang menggelitik lagi.
Aku pura pura merasa geli, dan tidak melawan. Aku bisa menggelitik balik kalau mau tapi tidak aku lakukan dan pada kesempatan kedua aku ulangi lagi cium pipinya “cuuup, cuup” tiba tiba dia berhenti dan merangkulku. Pertama kali dekat dengan tubuh wanita seutuhnya membuat jantungku deg degan. 
“Cium yang lebih berani bisa tidak?” dia menantang.
“Maksudnya apa?” aku pura pura pilon.
Dia monyongkan bibirnya memintaku untuk menciumnya.
“Aku belum pernah cium cewek, aku belum bisa.” Aku balas jujur.
“Tidak percaya deh, mana sudah begini besar tidak punya pacar?” balasnya 
“Aku ajarin sini” dia nyosor bibirku. 

Tiba tiba bibir hangat telah menempel di bibirku. Adiik juniorku udah senut senut. Cuma aku tidak tahu mau berbuat apa? Maklum dari sejak kecil tidak tahu apa apa. Dia goyangkan bibirnya dan tiba tiba berhenti. 
“Bukan begitu caranya, buka sedikit bibirmu” dia berbisik.

Dia cium lagi sedikit tempelkan bibirnya kebibirku. Jantungku berdesir dengan sentuhan sensitivenya. Aku bingung apa lagi setelah ini. Tiba tiba sesuatu yang lunak dan hangat menjalar kedalam rongga mulutku, aku tidak tahu bagaimana mau bereaksi. Aku hanya diam dan terus merasakan sensasi luar biasa. Tanganku erat erat pegang pipinya, terkadang membelai rambutnya. 

“Kok begitu sih?.” Di kulum lidahku dan juga julurkan lidahmu supaya aku bisa hisap. 
“Aku tidak tahu nih” aku bisik kedia. 
Aku dekatkan lagi wajah dan bibirku untuk melakukan instruksinya. Memang tiada tara sensasi yang kurasa. Semua seperti hal yang baru. Ada semacam kimia yang mengalir dalam diriku. Aku hisap bibir bawahnya dan aku mulai menggerakkan bibirku untuk mengimbangi gerakan gerakan bibrnya. Lidahnya menyapu semua permukaan dinding rongga mulutku. Sensasiku enak semakin kuat. Aku juga julurkan lidahku dia hisap kuat kuat. Aku semakin kalap dan tidak tertahan gelora didalam dada. Nafasku mulai tersengal sengal. Dadanya menempel didadaku aku rasakan gundukan empuk dan lunak didadaku. Tiba tiba dia hentikan ciuman. 

1 komentar: