Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 9

Malam itu kita tidur sekitar jam sembilan malam karena kita perlu istirahat untuk kembali kerja besok. Badan sangat lelah setelah seharian melakukan aktifitas diluar kerutinan. Pengalaman baru dan kepuasan batin meredakan ketegangan ketegangan otot dan membawa ketempat tidur. Pulas sekali rasanya karena keadaan tubuh memang menginginkan istirahat. 

“Mas……..bangun mas jam 5.30 belum mandi lagi. Takut nanti kalau Mas Jaya datang mengecek bagaimana?” katanya.
“Iya……….okay aku bangun” jawabku masih malas
“Nanti kalau Mas Jaya tanya aku tidur dimana semalam, aku harus jawab apa mas? Tanyanya ingin tahu
“Mmmm…….mmmmm iya ..ya.. Anu ………Sri kamu bilang saja kalau kamu tidur dikamar sebelah saja pake tikar.” Jawabku menyarankan
“Baiklah…………mas mandi dulu saja ya… saya buatkan the.” Dia bilang
Tidak ada pembicaraan pagi itu mengenai kejadian semalam. Toko buka seperti biasa jam 6 pagi. Mas Jaya datang kira kira jam 8.15 mengirim beberapa barang baru.
“Polie, ………….barang barangmu yang kurang apa, kamu catat” tanyanya
“Iya Mas………kapan kita pergi ke Makro.” Tanyaku balik
“Aku tidak jadi ngajak kamu, aku sudah pergi sendiri sama iparmu”
“Berapa lama Sri………..tidur disini mas?” tanyaku ingin tahu. “Kasihan dia tidur ditikar tadi malam” lanjutku
“Tidak tahu mungkin semingguan sampe mertuaku datang” 
“Kok mbak Aling tidak ikut mas” tanyaku
“Toko sibuk, mana bisa ditinggal, nanti aku bawakan kasur kesini. Kasurmu kamu berikan Sri………..aku belikan kasur baru buat kamu” jawabnya “Mana Sri……….?” Tanyanya ingin tahu
“Dia lagi cari nasi bungkus” kataku
“Cepat atur barang barangmu, kamu taruh di rak atas sebelah kiri kapas kapas ini” katanya sambil menunjuk kapas yang dibungkus plastik. “Ini daftar harganya……..”
Mas Jaya pulang dan aku segera meringkasi semua barang. 
Ketika sedang mengatur barang Sri datang dan membawa nasi pecel bungkusan. 
“Mas Jaya datang ya mas………aku tadi ketemu di jalan.” Katanya. Tanya apa mas………….? Tanyanya kepadaku
“Tanya berapa kali aku menidurimu semalam” godaku
“Huh ……….masa tanya begitu” dia cubit lenganku sambil ketawa. “Trus…….mas jawab apa?” 
“Aku jawab saja, kalau kamu tidak mau ditiduri” jawabku
“Iiiiiiii……iiiiih jahatnya, mestinya mas bilang kalau aku udah pasrah tapi burungnya mas ngga mampu” di berkelakar

“Aaaaaaaahhhhh apa kamu bilang!!!!? Aku tunjukkan deh nanti malam” jelasku kepadanya. Aku pegang pinggangnya untuk menggelitiknya tapi dia lepas dan lari kebelakang lemari penyekat.

Aku kejar dia kebelakang dan kutarik pinggangnya yang kecil. Aku cium bibirnya, ada keberanian untuk memulai menciumnya. Aku kaget atas keberanianku ini, kenapa sebuas ini aku hanya dalam hitungan semalam. Sri menerima ciuman bibirku dengan panas juga. Dia biarkan aku menelusuri setiap jengkal sudut bibirnya, “aaaaahhhhhh mas, buasnya kamu pagi ini” bisiknya diantara kesibukan ciuman kamu.

Aku telusuri pipinya dengan jariku dan belai rambutnya dengan tangan lainnya. Aku lepas ciumanku dan ku geser bibirku kearah telinganya. Sri mengaduh keenakan ketika jilatan lidahku melekat di daun telinganya. “Oooooooohhhh mas enak sekali, mana bisa aku tahan memakai bajuku kalau setiap saat kita bercumbu seperti ini?” erangnya

Ciumanku berjalan kesana kesini disela dengan kecupan kecupan kecil dibelakang daun telinganya. Cumbuanku dirasa sangat panas terlihat dari erangan dan goyangan pantatnya. Aku seperti terpacu dengan keadaan dan rasa ingin memuaskannya. Tanganku menempel didada kirinya dengan leluasa, setelah aku bergeser kebelakangnya. Aku sibakkan rambutnya dan kujilat leher belakangnya. “Maaaaaaaassss…….aaasss erangnya” terdengar kembali. Aku bertambah semangat, batreiku sudah mengeras. Tanganku yang kanan turun keperutnya sambil meraba raba bagian atas vaginanya. Reaksinya adalah pantatnya mendorong kebatreiku, “Sri………..kita lanjutkan nanti ya, kita makan dulu yuk. Banyak barang masuk dan perlu segera dibenahi” kataku menyadarkannya.

“Oohhhh mas…………sayang sekali kalau tidak tuntas, tapi mau di apa kalau kerjaan sedang menunggu……. Ayo kita tuntaskan dulu kerjaan.” Dia sadar.
“Ambilkan sendok dulu sana kita makan berdua” balasku
Sri berjalan keatas untuk mengambil sendok dan garpu. Aku bercermin sejenak untuk mematut diriku. Bagian bawah mataku terasa menggelembung karena birahi dan mataku kelihatan sayu. Sri turun dan membawa dua senduk dan gelasku, kita makan sama sama di bagian depan toko sambil sesekali melayani pembeli. 
Kita lanjutkan membenahi barang barang yang datang dan mengaturnya ke rak rak. Terakhir adalah menaikkan kapas kapas kecantikan yang dibungkus plastik perlusinan. Aku harus naik turun tangga untuk mengaturnya. 
“Mas………coba kamu lempar plastik kapas itu keatas bisa tidak?” Katanya
“Mana bisa Sri………kapas kan ringan” jawabku 
“Coba dulu dong mas……, kalau bisa aku gigit batreimu lagi kayak semalam” tantangnya.
“ Kalau ngga bisa ada hukumannya tidak” tanyaku
“Yaa… pasti adalah” jawabnya dengan senyum nakal
“Apa dong hukumannya……..? tanyaku
“Apa ya………..bagaimana kalau Mas Polie gagal, mas harus cuci sendok ini” jelasnya
“Tapi kamu kasih aku berapa kali kesempatan Sri………?” tanyaku ingin tahu
“Mmmmmmmmmm…mmmmm bagaimana kalau tiga kali mas?......cukup?” tantangnya
“Bagaimana kalau kamu yang lempar saja Sri……? Aku kasih kamu empat kali kesempatan” pancingku kepadanya
“Yang punya ide kan aku mas, …………? Sudahlah………… mas laksanakan!!” Katanya lagi
“Bagaimana kalau gantian?” kataku tidak mau kalah
“Apa maksudnya………? Tanyanya
“Setelah aku lemparkan tiga kali kalau aku gagal maka gantian kamu yang lempar” kataku
“Terus hukumanku apa kalau aku tidak bisa” tanyanya
“Bagiamana kalau kamu mandikan aku kalau kamu gagal” kataku dengan senyum nakal
“Haaa………aahhh mandikan kamu mas……??? Hehehehe boleh juga” katanya
Aku lempar keatas dan lemparanku tidak membuat plastik berisi kapas selusin itu hinggap di rak paling atas. Aku terus berusaha dengan lemparan kedua, lemparan kedua jauh dari rak paling atas” 
“Siap siap cuci piring ya mas………..? gertaknya
“Lebih suka kalau kamu yang mandikan aku Sri………..? kataku lirih. Aku mengambil bantalan stempel dan aku sobek plastik besarnya, aku masukkan bantalan stempelnya kedalam plastik besarnya sebagai memberat. Dia melihatnya tanpa ada komentar. 
“Waaah waaahhh mati aku, ternyata Mas Polie tidak mudah menyerah ya” komentarnya
“Demi sesuatu yang nikmat Sri…………aku harus memutar otakku heheheh” kataku kepadanya.
Aku lempar lagi keatas dan Huu………..uup, plastik yang berisi kapas selusin itu mendarat di rak paling atas. Senangnya hatiku melihat kapas itu tidak jatuh………….aku lompat lompat tak karuan senang. “Kapan nih batreiku di kupas?” tanyaku

Sri berjalan kearah belakang lemari dan berbalik memandangku, dia tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku. Jari telunjuknya diarahkan kepadaku dan dia goyangkan maju mundur seolah olah seorang boss memanggil sekertarisnya. Aku maju mendekat dan kembali memeluk dia. Aku pegang wajahnya yang polos dan menjulurkan bibirku kearah bibirnya. Dia buka bibirnya dan membelot lidahku yang terjulur. Aku tidak mau berlama lama perang bibir dan aku lepaskan bibirku dan gerakkan kepalaku untuk mengexplore bagian telinganya lagi. Tanganku meraih gundukan dadanya yang empuk. Suara lenguhan terdengar dari mulut kecilnya. Aku gesek terus bagian dadanya dan kuhujani kupingnya dan bagian belakang daun telinganya dengan kecupan kecupan lembut yang membuatnya tambah meradang……

”Ooooooohhh massss……….mana kuat aku menahan ini” erangnya sambil tangannya bergerak kearah batreiku tersimpan. Aku biarkan tangannya menggenggamnya dari luar celana. Dia gosok naik turun dengan tangannya yang lembut. 

“Srrrrrrriiiiiiiiii enak sekali” aku bisikkan kelobang telinganya. Badannya menggelinjang saat dia merasakan nafasku mengenai telinganya. Mulutnya terbuka lebar kearah atas dan wajahnya menengadah seolah olah menunggu untuk dipagut. Aku biarkan dengan keadaannya. 

“Mas celana dalamku sudah basah lagi, bagaimana aku belum ambil baju gantiku di rumahnya Mas Jaya.” Katanya disela sela nafasnya yang menggebu. 
“Kamu lepas saja celanamu Sri……. Kamu simpan dilemari situ supaya kamu bisa pake lagi kalau kamu pergi kerumah Mas Jaya ambil baju gantimu.” Aku sarankan. Dia berhenti sejenak dan mengangkat roknya yang panjang sambil menarik celana dalamnya turun. Aku melihat sejenak kepahanya dan meraba sedikit. Aku berjongkok untuk menciumnnya namun tanganku ditariknya. 

“Mas mau apa………??” tanyanya ingin tahu
“Aku mau cium vaginamu Sri………..” jelasku
“Jangan mas…………, aku ngga mau. Aku kemaren sudah beritahu mas kalau aku ngga mau 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar