Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 12

“Hah berat……?’ memangnya ada apa dibagian dalamnya mas” tanyanya sambil senyum. “Sini aku bukakan, aku mau lihat apa yang ada didalamnya” 
Dengan setengah membungkuk Sri menggapai celana dalamku dan memelorotkannya sedang kan Batreiku sudah berdiri tegang mengantisipasi wajahnya didepan hidung batreiku.
“Oooooooooooh ini mas ternyata yang bikin berat,” dia menunjuk batreiku “Sudah kutemukan sumber masalahnya, sekarang bagaimana problem solvingnya” katanya meminta saran
“Srii………kamu kan ahlinya masa kamu menanyakannya pada klienmu?” tanyaku lagi sambil menggoda.
Juniorku sudah berada digenggaman tangannya. Setengah mengocok keatas dan kebawah sambil matanya melihat menatap ke mataku. Mulutnya tersenyum simpul dan kepalanya mengangguk angguk. 
“oooooooooohh benar yang ini sumber masalahnya,” katanya. “memang dibagian ini yang membuat berat tadi mas” tangannya bergerak lebih cepat. Genggaman tangannya dipererat dan “Ooooooooh Sriiiiiii benar disitu” kataku mengerang

“Jas mandimu kenapa tidak kamu lepas, “ tanyaku ingin tahu. Aku jongkok didepannya dan meraih jasnya untuk melepasnya. Suka rela dia melepas ikatan tali jasnya dan gantung ditali. Dua bukit menonjol didadanya menarik perhatianku. Aku dekatkan mulutku kesebelah kiri dan menempelkan bibirku untuk menyedotnya. Tangan ku juga meraih sisi bukit sambil mengelusnya perlahan naik turun. 

“aaaaaaaah mas………….enak sekali bibirmu” melayang rasanya
Aku lanjutkan menggerayangi seluruh kulit tubuhnya dan menyedot dadanya. Kadang aku lepas putingnya dan menjilati sisi bukitnya. Erangannya kadang membuatku takut tetangga sebelah dengar. Kita benar benar seperti di alam terbuka. Langit biru adalah atap kita. Matahari adalah lampu rumah kita. Kita duduk dilantai cucian baju dan saling meraba. Aku arahkan tanganku keselangkangannya dan meraba raba disana. Gerakanan tubuhnya semakin tidak beraturan lenguhannya semakin jadi. Aku dorong tubuhnya supaya dia berbaring dilantai, dia menuruti . Aku jilat kembali putting susunya dan naik keatas lehernya dan menciuminya disana. Aku kembali turun kedadanya dan menuruni kearah perut. “Oooooooooohhh mas” badannya dia angkat seolah olah ingin menghindari sesuatu. Aku arahkan lidahku kesamping dan erangnya makin menjadi “Ooooooooooooohhhh ampuuuuunnnn……….mas” ketika lidahku menjulur kebawahnya aku melihat hutan yang tumbuh dibagian selangkangannya dan berpikir untuk kesana. Tangannya menahan kepalaku sesaat aku akan menuruni vaginanya” 

“Jangan mas…………aku tidak mau mas melihat ituku” katanya setengah mengerang. 
“Aku ingin melihatnya Srii…..bolehkan? tanyaku
“kemaren mas udah janji kan” tandasnya
Keinginan untuk melihat apa yang ada didalam rambut rambut itu semakin menjadi. Aku ikut berbaring disamping kirinya dan menghadapnya. Tanganku memegang pipinya dan menarik wajahnya mendekat. Aku kecup keningnya dan kemudian melumat bibirnya. Bibirnya tidak hanya pasrah menerima lumatan bibirku, dia goyang juga serta gerakkan dengan lembut bibirnya. Lidahnya dia julurkan memasuki jaring jaring mulutku dan lidah yang hangat aku rasakan. Permainan lidah seperti sering memicu keinginan untuk terus mendaki ke puncak. Dan keinginanku saat ini adalah mencium vaginanya.

Tiba tiba sebuah ide muncul dari dalam pikiranku. Aku angkat kaki kiriku menyilang tindih badannya dan aku hentikan ciumanku. Dia memandangku sesaat tidak menyadari akan apa yang aku akan lakukan. Dan setelah itu aku bangun dengan kaki masih menyilang ketubuhnya. Dia masih saja tidak menyadari apa yang aku akan lakukan. Setelah aku duduk sesaat, kuangkat pantantku mengangkangi dengan badanku menghadap vaginanya. Pantatku berada di dadanya. Sekarang didepan mataku ada sebuah gundukan indah yang ditumbuhi rambut rambut hitam tebal

“Masssssss…….kamu ngapain?” tanyanya sambil menutup rapat rapat kedua pahanya. Tidak tahu apakah dia takut atau kaget dengan apa yang aku akan buat dengan vaginanya. 
Aku tidak jawab pertanyaannya tapi bibirku sudah mengecup daerah bawah pusarnya yang senditive. 
“Mas jangan begitu……….kenapa mas ingkar” katanya
Aku julurkan lidahku menuruni daerah itu, masih dikulit atas rambut rambut gelapnya yang kontras dengan kulitnya. “Cuuup cuuupp” kecupku
“Oooooooooohhhh mas…………” erangnya
“Lahhhh kenapa lain dengan kata katanya” pikirku
Aku teruskan kecupanku dan kujilat lagi bagian kulitnya. 
“Ooooooohh masss aaaaahhhhhhhhhhhhh jangannnnnnn massssss” 
“jangan berhenti ya Sriiiii……….” Tanyaku
“Oooooooooooooooohhhhh massssssssssss” teriaknya sesaat aku menciumi bagian rambut rambutnya. Aku sulit bernafas, tetapi aku teruskan saja seirama dengan erangannya. Badannya menggeliat geliat tak karuan tidak tahu antara mau berontak untuk melepaskan atau terus ingin merasakan nikmat. Yang jelas kelihatnya sekali kalau dia menikmati.

“Mas pantatmu menindih dadaku.” Katanya
Aku angkat pantatku dan kembali menjilati bagian pahanya. Batreiku menggantung diatas lehernya, aku tekuk kakiku dan kulipat sikuku sambil menikmati hidangan pangkal pahanya. 
“Masssssss ooooooooooooohhhh masssssssss dia mendesis tidak karuan. Aku sibak rambutnya yang tebal dan menjilati dengan penuh perassan tumpukan lemak yang empuk. 
“Sriiii buka dulu sedikit pahamu supaya aku bisa melihatnya” pintaku
“Jangan mas………aku tidak mau” katanya

Aku tidak memaksanya tapi lidahku terus bergerilya kesana kemari. Tiba tiba sesaat aku menuruni lembah lembah dan lereng jepitan pahanya agak renggang. Erangnya terus berkumandang. Semakin dalam aku mencari dan terus menggali dengan lidah, mengipas pelan dan menyapu bagian atas vaginanya. Badanku sudah mulai panas juga. Lidahku aku tenggelamkan diantaranya jepitan pahanya yang sudah mulai renggang. Pertahanannya sudah mulai berkurang, mungkin dia menikmati perlakuan lidahku. Dan semakin dalam lagi lidah ku menyapu dan memporak porandakan garis garis rambutnya. 
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhh massssssss tolong jangan berhentiiiiiiiii?” sesaat dia tercenung dengan apa yang dia katakan.

Kata katanya adalah sebuah perintah dibenakku yang harus tetap kupegang teguh. Aku sapu kedalam lagi dan kupegang kedua pahanya sedikit memisahkan jepitan. Secara sukarela dia melakukannya dan lidahku mulai menghajar kedalam batok vaginanya. Bibir bibir vagina semakin nampak walaupun belum jelas dan sembulan daging bagian atas menungging kecil. Aku sentuh daging itu dengan ujung lidahku dan reaksi yang timbul luar biasa bukan saja erangan nikmat yang keluar dai mulutnya tetapi kedua tanganya juga mencengkeram pergelangan kakiku erat erat.

“Maaaaaaaaaasssmssssss tolong massssssssss” erangnya
Aku lanjutkan sentuhan ujung lidahku yang mulai kelu didaging yang nungging itu. Air liurku meleleh membasahi rambut hitamnya. Kukucak kucak dengan lidahku ujung daging yang nungging diselingi dengan jilatan jilata seperti menjilat es krim.
“Ooooooooooohh mas aku mau terussssssss. Oooooooohhhhh jangan berhenti” dia buka lagi sedikit pahanya dan lidahku menerobos mudah. Bau aneh menusuk nostrilku dan terjawab sudah pertanyaanku yang pertama” Seperti apa bau vagina wanita?” 
Lidahku semakin menggebu dan menyapu dan ujung lidahku mencecap sebuah rasa aneh dari cairan kental dijepitan pahanya. Terjawab sudah pertanyaanku yang kedua mengenai bagian vaginanya “Seperti apa rasa vagina wanita?” 

Terus menuruni jalan setapak lipatan vaginanya dan erangannya tidak pernah putus. 
“Massssssss oooooohhhhh mas jangan tusukkan lidahmu kedalamnya ya” pintanya. Aaaaaaaaaaahhhhh mas ya situ saja. Terusakan disitu yaaaaaaaaaooooooooooo” teriaknya saat lidahku menyapu bagian atas daging nunggingnya. Bibir coklatnya sudah nampak jelas, pahanya semakin terbuka dan mataku memandang sepotong bagian tubuh paling magis dari seorang wanita. Kembali aku jilat bagian daging clitorisnya dan hajar tersu disana. 
Mmmaaaaaaaaaaasssssssss, pahanya menjepit kepalaku keras keras dan menariknya kearah vaginanya. Aku hampir tidak bisa bernafas karena jepitan kuatnya kekepalaku. Aku kecup klitoris yang nungging itu dan aku kulum. Cairan deras keluar dari liang vaginanya dan aku semakin menukik kedalam.
Jepitan pahanya melemah seirama dengan pudarnya rasa nikmat yang dia rasa. Aku kembali bernafas lega

”………….ooooooooohhhhh sri terima kasih, kau tunjukkan pemandangan terindah dalam hidupku” kataku sesaat setelah aku kembali berbaring disisinya. “Enak Srrrrriii……..”tanyaku ingin tahu. 
Wajahnya berseri dan matanya tertutup rapat. Sebuah ketenangan terpancar dari wajahnya yang tidak lelah aku pandangi. 
“Terima kasih mas………… ya. Enak sekali rasanya” katanya kepadaku
“Yuuk kita mandi Srii….. disini banyak angin” ajakku
“Sebentar mas…………aku lemas sekali. Seluruh tulang tulangku mau lepas rasanya. Kenapa mas nekad mau menciumiku” katanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar