Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 22

“Sri boleh aku lihat lobangmu” kataku meminta
“Jangan mas, aku tidak mau……………!” katanya
“Hanya melihat saja………” kataku sambil memegang bibir vaginanya.
Dia sempat menggeliat ingin menghindari tapi aku tahan kakinya untuk menutup. 
“AKu hanya mau lihat saja sebentar, tidak lebih.” Kataku meyakinkan.
Aku kembali tempelkan kedua tanganku kebagian bibir vaginanya dan aku melihat gundukan itu menjurus kedalam daging pink segar. Aku sentuh dibagian itu.
“Ooooooooooohhhh mas…………gatal sekali disitu jangan dimasukkan jarimu ya” pintanya lirih.

“Tidak Sri………….aku hanya memegang bagian luarnya saja” jawabku. Jariku terus mengitari bagian luar dan sesekali aku tempelkan di bagian daging pinknya yang segar. 
“Massssssss enak sekali disitu, kamu apakan siihh tadi” tanyanya
“Yang ini ya Srii?” tanyaku sambil mengulangi ulahku tadi.
“Iiiiyaaaaa mas situ………..oooooooooohhhhh enaaaaaaaakkk mas. Gatal sekali rasanya, garuk lagi disitu Masssssss” pintanya memelas
“Jangan nanti keterusan” kataku menggodanya
“Massssssssss ayolah mas……….., taruh lagi jarimu disitu
Cairan bening semakin membasahi mulut vaginanya yang tebal dan aku geser geserkan jari telunjukku kesemua permukaan wajah vaginanya. 

“Disini licin sekali ……….loh sri. Tapi omong omong kenapa lobang vaginamu sangat kecil ya? Tanyaku padanya
“Ah masa sih mas?” jawabnya ingin tahu
“Iya mana bisa batreiku masuk kedalam? Ini lobang terlalu kecil” kataku padanya
Sri tidak menjawab tapi gerakan tubuhnya seirama dengan gerakan jari jariku yang memutari wajah manis vaginanya. 
“Oooooooooooohhh mas jangan berhenti, teruuuuuuussss mas?” pintanya
Aku hentikan pekerjaan tanganku dan menghadapnya. 
“Kenapa berhenti mas” tanyanya
“Kamu senang?” tanyaku padanya
“Iya mas…………….” Jawabnya lirih

Aku mencium bibirnya dan menindih tubuhnya. Pahanya tidak dia tutup, menerimaku dengan terbuka. Sentuhan ujung palkonku menyentuh bagian tubuhnya yang mana aku tidak tahu. Batreiku sudah kencang keras meminta makanan lagi. Kegiatan mencium bibirnya semakin intens untuk mengalihkan perhatiannya atas apa yang akan aku lakukan dengan vaginanya. Aku ingin sekali menusuk Vaginanya dengan batreiku yang keras. Tapi otakku masih waras dan tidak terbuai dengan kenikmatan sesaat. 

“Sri………..tutup pahamu” kataku setelah melepas pagutan bibirnya.
“Biar begini saja mas…………..” aku ingin leluasa
Aku biarkan keinginannya dan membuat gerakan gerakan menusuk kebawah. Tangannya memegang pantatku yang telanjang dan menekannya kebawah seolah olah mengarahkan sesuatu lebih kedalam. Tidak ada rambut rambut vagina yang menghalangi palkonku. 

Ujung palkonku semakin licin saja menyentuh nyentuh sesuatu. 
“Oooooooooooohhh mas…………disitu saja” jangan digoyang
“Ooooooohhhhh Sriiiiii enak sekali rasanya” Gatal ya.
“Mas batreimu mau dimasukkan? Katanya
“Aku mau Sriiii tapi aku takut kamu hamil” jawabku
“Aku belum siap menghadapi hal seperti itu” bisikku kedalam telinganya
“Massssssssss. Enak sekali tempelkan disitu lagi mas. Yaaaaa begitu oooooooooooooohhh”

Tangannya terus menekan nekan pantatku, aku goyang goyang pantatku kekanan dan kekiri. Menyentuh ini dan itu sehingga menimbulkan sensasi yang nyaman diseluruh tubuhku. 
Tiba tiba dia ambil palkonku dengan tangan kanannya dan mengarahkan kesebuah tempat dia bawah sana. Aku tidak tahu yang jelas dia merasa nikmat sekali karena erangannya tidak pernah putus putus. Aku tekan perlahan lahan dan tarik, aku sudah mengira disitu lubangnya. Aku tidak yakin, yang jelas disitu samgat licin dan Palkon ku selalu terpeleset. 
“Oooooooooooooooohhhhh mas………enak sekali” jari jarinya tidak pernah lepas dari pantatku yang telanjang. Kadang kadang dia menekannya kuat kuat. Itu sebagai pertanda bahwa dibagian itu dia bisa merasakan kenikmatan yang dia inginkan. 

“Oooooooooohhhhh mas……………” bibirnya menghisap leherku. 
Akupun juga merasakan nikmatnya bercinta. Badanku menindihnya dengan nyaman dan aku merasa high. Tidak mau hal seperti ini berakhir. Keindahan yang tiada bandingnya menindih cewek yang sama sama menginginkan kepuasan.
“Oooooooooohhh mas…………sakit” teriaknya membuatku kaget.
“Sorry …………sri. Aku ngga sadar. Kataku sambil mencabut penisku. Aku duduk didepannya dan memeriksa vaginanya. 
“Uuuuuuuhhhh untung tidak sampai masuk.” Pikirku
“Aku gosok saja ya vaginamu Sri………..” kataku
“aku tidak mau digosok dengan jarimu mas……….!” Katanya “Aku mau digosok dengan inimu saja” imbuhnya lagi sambil memegang batangku.

“Tapi kalau sampai masuk bagaimana?” tanyaku
“Mas harus Hati hati…………jangan sampai masuk” katanya
“Tadi sudah masuk ya” tanyaku
“Iya tadi sudah dibibir luarnya” jawabnya
“Kenapa kamu biarkan berlanjut?” 
“Aku keenakan mas………? Jawabnya lirih
“aku juga merasakannya Sri………… enak sekali rasanya Vaginamu. Batreiku seperti terjepit dua bibir yang hangat” 
“Sini aku jepit lagi” katanya sambil menarikku untuk menindihnya
Aku kembali diatas tubuhnya lagi. Aku ingin sekali mengulangi sensasi yang baru saja aku rasakan. Dia kembali menarik penisku dan menaruhnya dibagiannya yang dia rasa nikmat. Dia lepaskan batreiku dan tangannya kembali menekan pantatku.

Aku goyang ke kanan dan kekiri, karena aku takut menusuknya. Dia keenakan dari erangannya yang keluar dari bibir dan mulutnya. Kadang kadang desisnya memanjang menginginkan lebih jauh. Aku juga ingin terhanyut dengan situasi yang enak itu tapi kata hati selalu mengingatkanku. “Jangan …………..lakukan lebih jauh” 
Aku hanya goyang goyang dibagian itu tidak lebih dan Sri pun juga cukup menikmati. Hingga dia terbaring lemas. Palkonku juga akhirnya bocor dengan kenikmatan.


Sabtu siang sesaat toko sebelum tutup, Slamet, sopirnya Kakakku datang membawa kerdus kerdus besar berisi barang barang lama dari rumahnya mas Jaya.
“Mas Polie, barang barang ini disuruh disimpan didalam gudang” katanya
“Itu apa isinya?” tanyaku ingin tahu.
“Buku buku dan majalahnya mbak Aling” katanya menjelaskan
“Taruh saja didepan pintu gudang, supaya aku bisa lihat lihat. Aku mau bersihkan gudangnya hari minggu besok.” Perintahku
“Mas Polie, hari minggu besok Sri diminta ke Toko sana karena disuruh mengetik beberapa surat pajak.?” Jelasnya lagi.

“Jam berapa disuruh kesana Met?” tanyaku
“Setelah toko sini tutup mas, katanya banyak yang harus diketik?” katanya lagi. “Sudah mas ya………….aku kembali ketoko sana” lanjutnya
Sri sedang membeli makanan saat Slamet datang, hari itu toko rame sekali jadi makan siang sampe terlewatkan. Sri sempat mengeluh karena kelaparan, akupun juga merasakan yang sama. Aku sudah akan menurunkan pintu rolling door pada saat Sri datang membawa dua bungkus nasi campur.

“Aku tadi ketemu Slamet dijalan” katanya kepadaku
“Dia tadi kesini membawa beberapa kerdus majalah tua, katanya disuruh menyimpan digudang” jelasku
Kita masuk dan aku menutup pintu rolling door dari dalam.
“Mas mau makan sekarang?” tanyanya
“Jangan dulu Sri…………….kamu bantu aku hitung uang dulu deh” kataku
Kita hitung uang hari itu, dan sri duduk disebelahku. Tangannya cepat bekerja dan duduknya tegak. Aku menghentikan kegiatanku dan menoleh kearahnya. 

Aku cium pipinya “cup” dan dia menoleh kearahku. 
“Kenapa mas” tanyanya lirih
“Kamu tinggal sana untuk makan, kamu kelihatan lapar sekali” kataku
“Aku tadi mau makan tapi mas menyuruhku bantu hitung uang, aku kelaparan sekali” katanya mengiba
“Sana gih ………..kalau kamu lapar” kataku membujuk

Dia berdiri dan membungkuk kearahku sambil mengecup keningku. Aku letakkan uang yang kupegang diatas meja dan kutarik tubuhnya yang langsing kearahku. Aku peluk dia dan kuarahkan mukaku kedadanya. Aku benamkan wajahku disana beberapa saat, tangannya memeluk kepalaku mendekapku kearah buah dadanya yang masih terbungkus BH dan baju kaosnya. Terasa empuk kedua dadanya dan lembut sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar