Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 33

“Jangan cabut masssss……..aku juga ingin menikmati ini hingga selesai. Goyangannnya semakin liar dan tak beraturan friksi dinding vaginanya semakin kuat dan cengkeraman dagingnya membuat aku terbuai dengan kenikmatan yang dia tawarkan.
“Srrrrrrrriiiiiii cepat cabut aku sudah tidak tahan…………..” teriakku

Sri tidak mematuhiku. Goyangannya terus saja menjadi semakin liar dan sodokan pantatnya terasa hingga palkonku menyentuh sesuatu yang sangat dalam. Getaran getaran pulsa nadi yang terasa semakin kuat pertanda sperma sudah akan menyemprot. 
Dan “Ooooooooooooooo maaaaassss aku juga ingin keluar, aku juga ingin merasakan nikmatnya bercinta iniiiiiii……oooohhhhh” balasnya

“Jangan Sriiiii………aku mau keluar ……..cepaaaaaaaaattttt” kataku berusaha mengullingkan badannya dari atasku. 

Usahaku menggulingkan badannya memicu sebuah reaksi yang semakin liar. Gerakannya untuk mempertahankan apa yang dia inginkan sangat kuat. Dan aku tidak mampu menahan dorongan yang menyesak dari telur penisku untuk pecah dan menyemburkan lahar panasku kedalam vaginanya yang basah kuyub. Oooooooooohhhhh Srrrrrriiiiiiiiiiii aku keluar, aku keluuuuuaaaaaaaaaaaaar crot…..crrooooot crorootootttttt” Sri tidak berhenti menggoyang seluruh urat nadi dan daging mentah yang membentuk benda yang bernama vagina. Kenyotan kenyotan ototnya mencekik dan membetot kepala kontolku yang sangat sensitive. Tak lama kemudian Sri pun tersungkur tengkurap menutupi seluruh permukaan tubuhku. Nafasnya terengah engah dan badannya penuh peluh keringat. Aku menyapu seluruh punggungnya dengan telapak tanganku menekan dari atas ke bawah. 
Perjalanan panjang telah mencapai pada ujungnya dan nafas yang terhembus adalah nafas kenikmatan yang layak diterima. Otot otot yang menegang telah mengendor dan melebur menjadi sebuah sisa yang tak terperi. Otak sebagai komandan ingin beristirahat menenangkan sebuah galau yang bergejolak bersamaan dengan luruhnya kepuasan. 
Nikmat………….

Terpenuhi…………

Tercapai………….

Terhanyut …………. Dalam sebuah rasa yang tak terkira.
Setelah beberapa saat menikmati persetubuhan yang melelahkan, Sri kembali bergerak. Tersadar aku bahwa spermaku tercecer didalam vaginanya membuatku panic. 
“Sri…………kita cuci cuci dulu……..keluarkan spermaku yang tadi keluar didalam memeqmu?” kataku membangunkan Sri yang masih tengkurap diatas tubuhku. 
“Sebentar mas……….aku masih capek.” Katanya ringan sambil mata masih tertutup. 
“Jangan malas dong …………nanti kalau kamu hamil bagaimana?” kataku mengusiknya

“Kalau aku hamil ………..? Biar saja……….?” Bibirnya tersenyum bikin gemas.
Perasaanku tidak enak. Aku menggulingkan tubuhnya yang masih telanjang kesampingku dan mengamati matanya yang masih tertutup. Palkonku sudah mengecil dan basah oleh sperma dan cairan dari memeqnya. Aku bangun dan memandang tubuh telanjangnya, menikmati yang tersisa masih tergolek disana. Kupegang pahanya dan menyibakkan kedua kakinya untuk merenggang. Ada cairan kental putih meleleh dari dalam memeqnya, Sri masih terlelap dengan rasa lelah setelah mengecap kenikmatan. Aku berdiri untuk mengambil tisiu gulung yang ada didalam kamar itu dan kembali kepahanya sambil mengelap sperma yang menempel di memeqnya.

“Mas………sudah dulu! Jangan rangsang aku lagi………! Aku capek sekali.”katanya lirih.
Aku tarik lengan tangannya untuk berdiri………….”Ayooo sayang kita cuci dulu supaya kita bisa cepat tidur” Sengaja kata sayang aku ucapkan untuk membangunkannya. Kata “Sayang” pertama yang aku ucapkan kepadanya. Kata itu sangat effective dan benar benar membangunkannya. 
“Ucapkan lagi mas kata katamu yang terakhir?” pintanya
“Sayang sini………kita kekamar mandi cuci cuci?” kataku sambil tersenyum.
Bangun berdiri Sri memelukku………”Ma kasih ya mas, enak sekali rasanya.”
“Kamu tidak khawatir kalau kamu hamil Sri………?” bisikku sambil memapahnya kedalam kamar mandi.

“Mas Polie jangan khawatir, kalau disini ada bayi………..itu adalah bayinya Mas Mulyono.” Katanya sambil menunjuk perut tipisnya. “Dulu waktu main, kita juga tidak pake karet.” Imbuhnya dengan pelan.
Aku mencuci batreiku dengan air dan sabun sementara Sri masih menunggu gayung yang sedang aku pakai. Matanya sayu penuh kelelahan dan aku merasa iba dengan keadaanya. 

“Mas ………….?” Katanya terputus.
“Apa Sri……?” jawabku singkat.
“Aku juga dicucikan sekalian dong mas?” katanya manja.

Aku memandang sejenak kearahnya, tidak ada kecurangan atau tipuan dari expressi wajahnya. Dia menginginkanku untuk benar benar melakukannya. Aku ambil gayung yang aku letakkan dibibir bak mandi dan meraih beberapa air. Aku siram pelan keatas memeqnya dan menggoyangkan tangan kiriku untuk membersihkan bagian luar memeqnya. Aku ambil sabun dan mengelapkan seluruh permukaan memeqnya dengan pelan pelan. Aku meraba raba hingga kebelakang dan dia membuka kedua pahanya dengan menurunkan badannya dan menekuk kedua kaki jenjangnya. Aku siram lagi untuk membersihkan sabunnya. Diapun setengah jongkok lagi memberiku akses untuk meraba disana. Hangat……………! Itulah kata yang ada didalam pikiranku. Aku siram lagi dengan air seluruh permukaan memeqnya. Kemudian dia jongkok total didepanku. 

“Biar aku yang membersihkan dibagian dalamnya mas……… Spermanya mas Polie masih nyangkut didalam sini.” Katanya padaku. “Tuh ……lihat! Masih mengental sekali dan baunya khas sperma” imbuhnya sambil menunjukkan cairan diunjung tangannya. 

“Aku kan tidak tahu Sri………..kalau aku salah membersihkan kan bisa berabe” jawabku mengelak disalahkan. Setelah beberapa saat Sri kembali berdiri dan melingkarkan tangan kanannya ke tubuhku. Aku ajak dia kembali ke tempat tidur yang berserakan dan dia dengan sigap merapikannya sebelum kita berdua membaringkan tubuh. 

“Mas……..?” katanya manja.
“Ya sayang…………kenapa lagi?” kata itu kembali keluar dari mulutku secara otomotis.
“Aku sayang sama Mas Polie. Aku sedih kalau nanti kita berpisah. Mas sayang sama aku tidak?” katanya. 

Tubuh kami masih telanjang dan tertutupi selimut tebal yang disediakan losmen itu. Hangatnya tubuh terasa membenam dipermukaan kulitku sehingga perasaan bersatu sangat nikmat dirasa. Aku rengkuh tubuhnya kedalam dadaku dan payudaranya terhimpit diantara tubuh kami. Kulit lembutnya menggesek gesek permukaan kulit dadaku dan memancarkan pesona diwajahnya. 

“Yang…………aku juga sedih kalau kita berpisah tapi jangan dulu dipikir sekarang perpisahan. Lebih baik kita nikmati saja apa yang ada sekarang. Selagi kita masih bersama dan melakukan sesuatu bersama kita usahakan untuk menikmatinya. Aku tidak ingin moment seperti ini hilang kalau memikirkan perpisahan.

“Iya mas…….Mas Polie orangnya bertanggung jawab ya, itu yang membuatku suka sama mas. Aku tidak akan bisa melupakan Mas Polie.
Jam menunjukkan waktu dan kita rasanya tidak ingin cepat tidur. Tapi rasa lelah setelah perjalanan dari surabaya ke tawangmangu mengalahkan mata dan tekad kami. Aku terbangun jam 1.30 pagi karena rasa ingin kencing. Tubuh Sri masih menempel dalam pelukanku. Wajahnya sangat tenang setenang tidurnya. 

“Gadis ini telah menyerahkan tubuhnya kepadaku, begitu baiknya tanpa meminta imbalan sesuatu dariku. Kenapa aku harus meninggalkan dia, kenapa aku tidak mengikatnya untuk diriku sendiri.” Pikiranku melanglang sambil memandang wajahnya. Bibirnya terkatup dan matanya lengket seperti terkena lem perekat. Aku mendekatkan wajahku dan mengecup dahinya dengan pelan tanpa ingin membangunkan. Dia tetap diam dan tidak bergerak sama sekali. Aku angkat tangan yang melingkar dipinggangku dan menggeser tubuhku kesamping untuk bangun dan kencing. Gerakanku membangunkannya. Sri membuka matanya dan melihatku dengan senyum. 

“Ma….aaasssss, mau kemana?” tanyanya lirih. Kenapa aku ditinggalkan disini sendiri?” protestnya
“Aku mau kekamar mandi Sri…………” kataku menjawabnya.
“Aku ikut dong mas……….aku mau pipis juga” katanya. 
“Kamu semalam tidak pakai baju………..”kataku

“Mas juga tuh………..enak tidur kalau tidak pakai baju dalam pelukan mas.” Jawabnya. “Kenapa batreinya mas mengecil seperti itu?” tanyanya sambil menyentuh ujungnya.

“Batreiku kedinginan heheheeee…….jadi mengecil dan mengkeret.” Jawabku sambil menggenggam tangannya. Aku tarik dia kedalam kamar mandi dan aku berdiri di dekat lobang pembuangan air dan batreiku bocor disana. Sri jongkok di lobang WC dan pipis disana. “ssssssszzzzzzzzzzzzzzzzzz” cairan pipisnya terdengar seperti orang belajar bersiul. Setelah cebok dan keringkan memeqnya aku berjalan keluar kamar mandi. 

“Mas Polie…………..gendong aku ke tempat tidur” pintanya dengan suara manja. 
“Sini…………jalan kesini” aku intruksikan kedia.
“Ngga mau…………mas datang kesini supaya aku bisa naik dipunggung mas dengan mudah.” Katanya sambil menggelengkan kepalanya.
Akhirnya akupun harus mengalah padanya. Rasa lelah dan ngantuk telah hilang dan akupun mendekatinya sambil akan jongkok meraih pantatnya untuk mengangkatnya. 
“Aku mau digendong dipunggung saja mas”katanya

Kini aku yang menggelengkan kepalaku, “Aku mau membopongmu didepan sini” 
Seperti seorang sepasang pengantin bugil, aku membopong dia debagian depan dan menuju ke tempat tidur. Wajahnya berseri seri dan tangannya menggelayut keleherku dengan erat erat. 
“Mas Polie masih capek?” tanyanya
“Tidak sayang, aku tidak capek lagi.” Kataku sambil menaruhnya keatas dipan. “Memangnya kenapa?” lanjutku

“Aku ingin ngobrol sama mas. Mas keberatan tidak kalau kita ngobrol pagi begini?” tanyanya.
“Tidak……………besok kan kita tidak harus buka toko. Kita bisa keluar jam 12 siang” kataku “Memang kamu ingin bicara apa sih?”
“Ada deh………asal mas mau dengarkan saja” katanya
Sri berbaring terlebih dahulu dan sembunyi didalam selimut tebal sementara aku berjalan ke meja untuk minum. Tidak ada makanan dan camilan yang enak dimakan. Setelah minum aku kembali keranjang dan berbaring disebelah Sri. Aku merapatkan badanku dan kembali kami berpelukan. Tangan kiriku berada dibawah kepalanya dan wajahnya bersandar di dadaku.

“Aku suka berlindung disini mas…….. aku merasa tentram kalau aku menyembunyikan wajahku disini. Mas Polie……….aku mau tanya sesuatu boleh ya?” tanyanya sambil mendongakkan wajahnya. Matanya memandang kepadaku dan kembali bibirnya penuh senyum.

“Tanya saja Sri…….kalau aku bisa menjawab, aku akan menjawabnya.” Kataku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar