Rabu, 15 Juni 2011

Mbak Sri chapter 18

“Mas kenapa bawa pisau siletmu keluar?” tanyanya
“Tadi aku belum selesai dengan cukuranmu Sri………” kataku menoleh sambil senyum

“Belum puas menyiksa aku ya mas? Katanya sambil mencibir
“Ooooooooohhhhhh aku rasa kok bukan sebuah penyiksaan toh Sri……., kalau kamu tersiksa kamu sudah melarikan diri kan?” jelasku lagi sambil senyum lebar “Bukannya kamu tadi justru lari mendekat” timpalku
“Awas nanti gantian deh…………..biar aku yang menyiksa mas Polie…” ancamnya kepadaku

Sri berjalan mendekatiku dan memelukku dari belakang, dadanya yang montok menempel dibagian punggungku. Tangan kirinya menelusuri dada dan menuruni perutku terus turun kearah Batreiku yang masih kendang dan keras.
“Mas……………….enak kalau dipegang begini” tanyanya
Aku berbalik menghadapinya dan tangannya terlepas dari batreiku. Aku melihat matanya dan bertanya kepadanya “Sri………tanganku kalau dibagian ini enak tidak rasanya”

“Oooooooooohhhhhh mas, enaaaaaaaaaakkkk” katanya mengerang dengan ejekan
“Hahahahahah kamu seperti pemain sinetron yang sedang digarap sama sutradaranya Sri” kataku mengejek
“Iya tidak mengapa sih kalau sutradaranya Mas Polie” elaknya
“Ya sudah sini aku mau menggarap kamu Sri……..” sambil kutarik kekasurku yang dilantai. 

Kurebahkan tubuhnya dan kembali aku menikmati tubuhnya yang mulus. Sulit rasanya memalingkan wajahku dari kemolekan dan halus kulit pahanya. Aku ingin tenggelamkan lagi sekali untuk bisa menciumi vaginanya. Aku menjalarkan lidahku kebagian perutnya sedangkan tangannya sudah menjulur kearah selangkanganku. Tangannya mencengkeram bola ping pong yang berada disarang dan meraba raba. Rasanya mataku melek merem menikmati belaian kedua tangannya yang halus. 
Bibirku mengecup daerah puncah vaginanya dan mulutnya mulai mencercakan suara “Ooooooooooohhhh mas…………..aku semakin high lagi” 

Aku tidak mau mengentikan suara suara merdunya. Aku renggangkan pahanya dan membiarkan lidahku mengexplore ruang vital didalam celah bongkahan pahanya. Pucuk pucuk rambut alat vitalnya sudah tercukur tapi masih belum rapi. Beberapa helai rambut masih panjang diantara jepitan bibir vaginanya yang setengah tebal. Aku melirik kdalamnya dan melihat cairan kental bening sudah meleleh. 

Aku kembali menjulurkan lidahku kemuaranya yang berada ditengah bawah. Dan gesekan lidahku membangkitkan percikan kuat didalam tubuhnya dan memicu sebuah gerakan erotic. Gerakan dan goyangan terus dia liukkan seirama dengan sentuhan bibirku dibibir lobangnya. 
“Oooooohhhhh massssssssss aaaaaaaaaahhhhhhhhh aku ngga tahan mas, ulangi lagi disitu mas…………..enaaaaaaaakkkkk sekaaaaaliiiiiiiiiOoooooohhhhhh aku ngga tahannnnnnn. Zzzzzzzzzzz “ erangnya
Cairan bening menempel diujung lidahku dan rasa asin yang aneh terasa. Aku tidak pedulikan rasanya yang aneh itu dan meneruskan kegiatanku untuk mengexplore. Batreiku sudah ditinggalkan oleh tangannya dan aku merasakan cairan licin juga menetes dari lobang palkonku. 

Aku terus bergerilya mengobok obok vaginanya dengan lidahku. Aku sibakkan vaginanya dengan tanganku dan menjulurkan lidahku menggerogoti seluruh bibir dan clitorisnya. Jeritan dan erangan kenikmatan sudah bertalu talu terdengar. 
Aku berhenti sejenak tapi tiba tiba pahanya menjepit kepalaku dan menariknya kearah vaginanya yang sudah aku tinggalkan sejenak tadi. 
“Ayooooo mas…….cepat sedikit aku sudah mau sampai…………ayooooooooo massssss aku sudah tidak tahan lagi. Kenapa mas tunda untuk memuaskanku” teriaknya tidak sabar.

Aku ulangi lagi dan fokuskan pada tombol pemicu nafsunya. Dan betul dengan gempuran gempuran lidahku kearah klitorisnya jepitan kedua pahanya yang empuk dikepalaku semakin kuat. Aku hampir saja tersiksa karena sesak nafas yang dia buat. 
Tiba tiba dia lepas pahanya dan tangannya menarik kepalaku untuk meninggalkan lobang kenikmatannya. 

“Masssssss…………aku mau itu mas……………ayo naiki aku” pintanya
Kesadaranku kembali muncul dan bayangan hamil dan tanggung jawab masih membayangiku. Aku mau kasih makan apa dia nanti. Aku juga tidak mau meninggalkan cita citaku dan impianku serta masa depanku hanya untuk sebuah rasa nikmat sementara.
Aku layani seperti yang dia minta dan kunaiki dia tanpa harus menancapkan batreiku kedalam lobang nikmatnya.
Aku gesekkan batreiku dicelah celah bibir vaginanya yang sudah licin dan merasakan kenikamtan juga. Ingin sekali aku menancapkannya dan menenggelamkannya seluruhnya kedalam vaginanya yang basah dan licin.
Aku pancing pancing dengan cara dorong tarik dan dorong tarik sehingga tidak sampai masuk kedalam vaginanya.

Dia tarik kepalaku dan mengecup bibirku keras keras lidahnya menari mani kedalam rongga dadaku. Kulepaskan tautan bibirnya dan berkata. 
“Kamu tutup pahamu Sri……..aku ingin kau jepit batreiku dengan pahamu” 
“Mas………..aku mau lanjutkan permainan ini. Aku ingin lebih lanjut” katanya
“Pacarmu nanti akan kecewa denganmu kalau kau berikan kepadaku” kataku sambil memandang kearah matanya.

Dia terdiam dan memandangku lagi.
“Cepat tutup pahamu jepit batreiku. Tempatkan dimana kamu mau tapi jangan sampai masuk!” kataku lirih. Keinginan untuk berbuat lebih terbuka lapang bagiku tapi keinginan untuk kesana ada penghalang rasa takut bahwa dia akan hamil. 
Sri melakukan apa yang aku katakan dan menutup pahanya sedikit terbuka dan dia meletakkan batreiku kedalam jepitan pahanya. Cairan licin membantu kita untuk beraktifitas dan mempermudah gerakan batreiku maju mundur. Jepitan pahanya yang tidak terlalu ketat memberikan kenikmatan. 

“Apakah seenak ini jepitan vagina ya?” tanyaku dalam hati.
Sri menggoyang goyangkan pinggulnya dan friksi antara pahanya dan palkonku semakin besar dan kuat. Denyutan denyutan dikepala palkon juga sudah terasa. Wajahnya Sri memandang kearah dengan mata yang sayu. 
“Mas menikmati ini ya?” katanya 
“Ya sri………..aku senang seperti ini” 
Dia buka kembali sedikit pahanya dan ujung palkonku menabrak dinding luar vaginanya. 
Sedikit aku dorong kedepan dan menikmati gesekan. 
“Yaaaaaa Srrrriiiiiii enaknya……………aku juga mau vaginamu Sriiiiii tapi aku takut.” Kataku berbisik

“Yaaa mas aku juga ingin Kontholmu, enaknya bagaimana ya” tanyanya lirih
Aku naik turunkan lagi dan dia goyangkan pantatnya ke kanan dan kekiri dengan pelan. Gesekan gesekan itu semakin intensive memicu kenikmatan yang tiada terkira. Baik erangannya dan erangkanku semakin menggebu. Tidak ada orang yang mengganggu dan interupsi semuanya berlangsung ditengah kesunyian dan ketenangan. Hanya suara suara desahan dan teriakan teriakan kecil dari mulut kita yang menggambarkan keindahan dan kenikmatan kita. 
“Masssssssss tekan terus disitu ooooooooooooohhhhhhhhhhh” suaranya menggema keseluruh lorong telingaku.

Doronganku semakin kuat dan pertahanan yang aku jaga sejak toko tutup lepas oleh semburan sperma yang menghanyutkan jiwa dan rada. 
Lemas
Lunglai
Nikmat 
Denyutan otot otot orgasme terasa dan cairan itu meleleh dalam balutan sejuta rasa yang tak terukur.
Menikmati indahnya hari hari bersama Sri memang tiada duanya, selama hampir dua minggu kita habiskan bergumul diranjang melintasi malam malam yang gelap. Indahnya tidak pernah sirna dari ingatan yang paling dalam. Keindahan seonggok badan yang ramping dan tonjolan dada 34 C serta potongan celana dalam yang tinggi sering terlintas dibenakku mengingat masa masa itu bersama Sri.

Teringat canda tawa dan jenakanya membuat hati terhibur dan memberikan sebuah kenangan masa masa pertama menjinakkan seorang wanita. Kadang kejenakaannya membuat kejengkelan sesaat karena permainan permainan yang hampir menyerempet kearah serius. Tetapi selama delapan bulan total keseluruhan dia bekerja denganku hal yang paling menyenangkan adalah disaat saat kita habiskan malam malam indah dengannya.

Suatu kali sesaat sebelum pulang kampung karena hampir natal dan menyambut tahun baru, Sri membisikkan kepadaku. 
“Mas………….”katanya setengah berbisik
“Kenapa Sri……….” Katanya sambil menoleh kearahnya
“Aku keguguran mas……….” Katanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar