Rabu, 15 Juni 2011

Rose, wanita penuh cinta dari Blitar 8

“Koh Polie…………”katanya. “Aku disuruh kesini sama Cecang bantu di toko sini” katanya canggung
“Ohh yaaaa…….Mas Jaya udah cerita sama aku. Rose kamu siapkan kamarnya ya.” Kataku pada Rose.

“Biar aku bantu” kata Valen padaku
“Ngga usah………..biar Rose sendiri. Kan hanya nyapu sama ngepel saja.” Jawabku singkat.

Ada sedikit perasaan canggung sama Valen, dia duduk didepanku dengan kaki menyilang sehingga rok blue jeans yang dia kenakan terlihat sangat kontras dengan kulit pahanya yang putih. 

“Jadi bagaimana jalan jalan ke Malang?” tanyaku
“Senang…………cuman aku kedinginan kalau malam, apalagi waktu menginap di Batu. Dingin sekali, mulutku seperti beruap” katanya menjelaskan padaku. 
“Kamu suka tinggal disini?” tanyaku ingin tahu
“Tidak ada pilihan yang lebih baik!” katanya pendek.
“Kenapa tidak pergi ke Jakarta saja?” tanyaku memancingnya
“Aku tidak ada saudara tinggal di Jakarta” katanya. “Sebetulnya saudara temanku mau aku pergi kesana tapi mamaku melarangnya. Tidak pantas kalau aku kerja sama saudara cowokku.” 

“Ohhhhhhhh……..jadi cowokmu tertinggal di Palembang dong?” tanyaku ingin tahu.
Dia di Jakarta sekarang, dia kulia di Trisakti” jawabnya
“Ooooooooohhhh………….kangen dong sama dia” pancingku lagi.
“Mau bagaimana lagi………?” jawabnya mengambang.
“Mas Polie …………kamarnya sudah siap” teriak Rose dari atas.
“Yuk kita keatas…………biar kubawa tasmu” tawarku padanya.
“Berat loh………..”katanya memberi tahuku sambil mengambil tali tas itu. 
Dia berjalan disampingku dengan satu tali tas ditangannya. Tasnya memang berat.
“Isi apa saja ini” tanyaku 
“Baju bajuku sama beberapa buku” jawabnya singkat.
“Kamu naik tangga dulu” kataku memerintahkan dia

Tanpa kata kata keberatan Valen menaiki anak tangga ke lantai dua. Setengah pahanya terlihat jelas didepan mata. Dengan berpura pura mengangkat tasnya, aku memandangi paha dan betisnya yang putih. Kebetulan matanya valen tidak memandang ke arahku. Dia melihat keatas menapaki ruangan yang baru dimana dia akan tinggal. Aku memuaskan dahagaku menelusuri inci demi inci kulit yang membungkus pahanya. Setiap langkah menaiki anak tangga sedikit keatas roknya mengungkapkan isi paha yang dibagian atas. Bentuknya memanjang dan menggelembung kelihatan montok dan bahenol.

Ada perubahan mencolok di wajah Rose sejak kedatangan Valen di ruko itu. Ada kecemburuan yang tergurat di wajahnya menyala dan memancar. Aku merasa kasihan dengan apa yang dia rasakan. Gerak gerikku terasa canggung dan sulit menutupi kedekatanku dengan Rose di mata Valen. Tapi dianya juga ngga ambil pusing atau tidak tahu. Kadang kadang tingkahnya terasa konyol karena perasaan cemburu yang menggelora. Valen bekerja dengan rapi dan cekatan, toko kian rame dan aku punya lebih banyak waktu untuk kegiatan yang lain. 

TV yang ada dikamarku aku keluarkan, karena tidak mungkin Valen akan berada dikamarku nonton TV. Kadang kadang kita bermain karaoke bersama khususnya kalau hari sabtu sore hingga malam. Kadang aku mengundang teman main basket untuk datang nyanyi bersama. Selama Valen datang Rose dan aku belum pernah berhubungan lagi. Suatu sore setelah dua minggu tinggal dengan kita, Valen pergi kerumah Mas Jaya untuk nengok keponakan. Toko sudah tutup sehingga agak leluasa bagiku bersama dengan Rose.

Rose sedang mandi didalam kamar mandi di lantai bawah sedangkan aku mandi di lantai atas. Udara sangat panas dan aku rasanya tidak tahan untuk tidak mencebur kedalam bak mandi. Setelah mandi aku baring baring di dalam kamarku, aku mendengar langkah Rose mendekati kamarnya dan membuka pintu kamar. Aku bangkit dari kasurku dan berjalan kearah kamarnya. 

“Rose…………”kataku memanggilnya.
Aku buka pintu kamarnya dan ternyata tidak terkunci.

“Mas………….nanti ketahuan Valen” peringatnya. Wajahnya nampak tidak senang. Aku mendekat dan memeluknya. Dia tidak bereaksi, aku berusaha menenangkan diriku sebelum aku berkata sepatah kata. Pelukanku aku perketat dan tanganku melingkar di tubuhnya.

“Mas…….aku tidak bisa bernafas.” Katanya merintih. Suara rintihannya merangsang telingaku dan nafsuku. 

“Kamu kenapa kelihatan marah dan jengkel setelah Valen datang kesini?” tanyaku. “Kenapa seperti orang cemburu begitu?”
“Ihhhhhh siapa mau cemburu?” dia mengelak. 

“Coba lihat aku…………pandang mataku lekat lekat” kataku sambil mengangkat dagunya. Matanya tidak juga mau memandang kearahku, dia buang pandangannya kearah lain. Aku mendekat ke tubuhnya dari arah depan. Aku dekatkan bibirku ke bibirnya, nafasnya terasa menderu, pelan dan lembut bibirnya membalas lumatan bibirku. Matanya telah berani menatapku sehingga aku bisa memandanginya dan menilai apa yang di mauinya. Pancaran kerinduan yang dia berikan dari sorot mata, baru beberapa hari aku tidak menjamah tubuhnya, beberapa hari aku tidak membelai rambutnya. Mungkin ini adalah apa yang dia dambakan. 

Aku cabut bibirku……dan memandang lekat matanya. Kelembutan bibirnya yang habis kukulum berwarna pink. Aku lekatkan lagi bibirku dan dia menyambutnya dengan membuka bibir dan mulutnya. Aku telusukkan lidahku untuk menyapu rongga mulutnya, lidahnya menari nari seirama dengan lidahku yang menyapu tanpa arah. Dia hisap lidahku hingga aku tidak mampu bernafas. Tangannya menuruni perutku dan bersandar di puncak dermaga yang telah bangun. 

“Mas Polie tidak kangen sama aku ya?” tanyanya diantara dengus nafasnya.
“Memangnya kamu tahu apa yang kamu pikirkan?” balasku bertanya
“Kenapa mas selalu menghindari aku?” tanyanya lagi
“Kamu tahu ada Valen, mana bisa aku dekat dekat sama kamu?” kataku pelan
“Siapa tahu mas suka juga sama Valen?” katanya lagi
“Jadi itu ya yang bikin kamu sewot?” aku mengunci kata katanya. “Memang pernah aku sentuh Valen seperti aku menyentuhmu?” 
“Siapa tahu……….ketika aku tidur mas ke kamar sebelah dimana Valen tidur?” elaknya
“Dasar badung kamu………….” Kataku sambil mencubit telinganya.
“Addduuuggghhh mas Polie lepaskan masssssss….?” Rintihnya pura pura sakit. “Mas suka kan kalau aku badung?” katanya melanjutkan bibirnya mencibir kearah kiri sehingga wajahnya kelihatan lucu dan menggemaskan. 

Aku peluk dia dengan menarik tubuhnya mendekat padaku. Tangannya dia kalungkan keleherku dan bibirnya mencium pipiku setelah dia agak jinjit. Aku sembunyikan wajahnya kedadaku dan mendekapnya beberapa saat. Ketenangan terasa di kamarnya Rose.

“Rose……kita ke kamarku.” Kataku sambil menariknya kearah kamarku. Rose menarik tangannya, untuk mengambil sesuatu diatas kasurnya. Wajah cemberutnya agak sirna, ada harapan untuk bisa bergumul lagi setelah beberapa hari tidak melakukan kegiatan senang senang ditempat tidur. Aku menunggunya sejenak sebelum tubuhnya merapat kembali pada pelukanku.
“Apa itu Rose?” tanyaku pendek ingin tahu
“Celana dalamku mas!” katanya sambil menunjukkannya. 
“Huh……!! Jadi kamu tidak ake celana dalam?” kataku terkejut. Tanganku menjulur kearah rok yang dia pake dan berniat mengangkatnya. Tapi tanganku di tepisnya dan mendorongnya menjauh.
“Aaaaaaggggh maunya hahhaaaa!!?” katanya renyah
Tanganku tidak berhenti, aku terus ulurkan tanganku kearah selangkangannya yang katanya tidak bercelana dalam. Rose mundur menghindari tanganku yang tidak mau terpegang oleh tanganku. Aku meraih rok bawahannya dan ingin menelusupkan tangan telanjangku ke arah lipatan pahanya. Rose tertawa tawa tidak berhenti diselingi jeritan lirih. Aku kejar terus sementara dia terus mundur, badannya sedikit membungkuk untuk menjauhkan tanganku dari pahanya. 

“Masssss….ssss sudah deeehhhh!!!!” teriaknya lirih.
“Iyaaa sudah……kamu buka. Aku ingin tahu, apa benar kamu tidak pakai celana dalam.” Kataku menyuruhnya. Tubuhnya kembali tegak…..dia memandangku dan tangannya terangkat. 

“Mas yang buka sendiri deh….kalau mas mau tahu?” pintanya memberikan sinyal lampu hijau tanpa perlawanan lagi. Aku tertegun dan melangkah mendekat. Tanganku terjulur kebawah dan meraba kepinggangnya. Merayap turun kebawah dan menarik keatas rok bawahannya. Jari jariku menarik perlahan lahan dan mataku menatap lurus kewajahnya. Dadanya naik turun seolah olah menahan nafas yang menyesak di dadanya. Terkadang terdengar memburu dan sesaat tanganku meraih kulit pahanya, Rose seperti terkesiap dan membalas tatapan mataku. Bibirnya terbuka pasrah dan matanya sayu menahan nafsu. Jariku menari mendekati tabir bawah perutnya. Aku lumat bibirnya kembali dan jarikupun menapaki tabir yang sudah terbuka, jariku terhunus menempel lekat dirimbunnya rambut rambut yang tumbuh di gundukan memeqnya.

“Oooooooohhhhhhh masssss polieeeeee!!!!????” katanya pendek bibirnya terlepas sesaat aku mengusap kulit atas memeqnya. Telapak tanganku mengusap gundukan lunak dan lembut. Kepalanya dia buang kebelakang, saat jariku menusuk diantara gundukan basah. Carian lengket membantu jariku menyusuri pinggir pinggir bibir memeqnya. “Ooooooooohhhhhhhh masssss….zzzzzzzzz” tarian jariku membuat musik keluar dari mulutnya. Aku menahan tubuhnya dibagian punggungnya dengan tanganku sementara tanganku yang satunya dia jepit dengan bibir lunak vaginanya. “Massssssssssss….oooooooohhhhhhh” bibirnya mengoceh tak beraturan. Aku naikkan putaran jariku kearah atas bagian vaginanya. Lenguhan nikmat terdengar jelas. Aku menuntunnya kekasur pegasku dan membaringkan diatasnya. 

Rose terkapar dan kembali aku mendapatkan akses kelipatan pahanya dengan leluasa. Aku kembali berdiri dan melepas celanaku. Rose menutup matanya, matanya yang sayu telah terpenuhi oleh birahi yang terlihat jelas dibawah matanya yang menggunduk. Aku lepas kaosku dan membungkuk untuk melepas roknya Rose. Dia membantuku dengan mengangkat pantatnya memberiku akses untuk melucuti roknya. Sedangkan dia melucuti kaosnya yang dipakai. Dalam hitungan detik mahluk Tuhan yang paling sexy terbujur bugil dihadapanku. Aku bersimpuh disamping tubuhnya yang tergolek meremas pelan kuntum putting buah dadanya. Aku teguk air liurku seolah olah sedang kehausan. Rose mengulurkan tanganku keselangkanganku dan membetot pelan batang batreiku. Cairan lengket keluar dari batangku. 

“Mas sudah basah………..!” katanya lirih dan pelan.
“Memeqmu juga sudah basah Rose!” kataku mengembalikan kata katanya.
Dia menarikku untuk menindihnya. Dan dengan pelan aku memposisikan diriku diatasnya. Rasanya sudah cukup lama aku tidak berada diatasnya. Aku merasa diatas awan awan putih dengan angin sepoi sepoi. Aku sedang menuai sebuah kenikmatan. 

“Rose………..renggangkan pahamu” kataku memerintah. Suaraku pelan dan tenang. Rasanya aku punya hak untuk berada disini.


Rose menggelengkan kepalanya dengan pelan sementara bibirnya tersungging dengan senyum manisnya. Matanya menatapku seolah olah ingin membaca apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Badanku berada diatasnya menindih tubuhnya yang bugil sedangkan batreiku yang keras terjepit antara badanku dengan tubuh telanjangnya. Aku sodok sodokkan batang kemaluanku dengan pelan, aku naik turunkan pantatku dengan maksud untuk mengebor kedua pahanya supaya membuka celah sehingga batangku bisa mencapai muara vaginanya. 

“Ayo dong Rose buka pahamu?” kataku memintanya lagi.
“Ngaa mau…….”katanya lirih sambil tersenyum. 
“Kenapa Rose….?” Tanyaku pelan sambil mencium pipinya. “Burungku gatal, Rose! Ingin mematuk biji lobangmu” kataku dengan pelan. 
“Patuk saja Mas…….” Katanya pendek
“Tidak bisa…..karena pahamu tertutup” kataku lagi.
“Usaha sedikit dong mas….jangan menyerah!” jawabnya 
“Bagaimana caranya…….?” 
“Jangan putus asa dong” serunya lirih.

Aku mengangkat tubuhku dan melihat kebawah dimana aku bisa melihat rambut hitam tipis yang tumbuh diantara selangkangannya. Aku tempelkan burungku disana dan mendorongnya pelan masuk diantara celah lipatan kedua pahanya.

“Massssss geli….”jeritnya
“Huh “pikirku. Aku lumat bibirnya dan julurkan lidahku memasuki rongga mulutnya. Aku hisap lidahnya ketika lidahnya dia goyang didalam dan membentur lidahku bak duel sepasang pedang. 
“uuuhhhhh “ suaranya lirih ketika lidahnya aku hisap keras. “Sakit mas!” katanya setelah aku lepas lidahnya.
Aku serbu kembali bibirnya dengan brutal, aku seperti dikuasai oleh nafsuku sendiri. Aku ingin melumat habis bibirnya. Aku alihkan ciumanku ke bagian leher dan telinganya. Aku benamkan ciumanku dan hisap cuping telinganya dengan agak kasar dan keras. 

“Oooooohhhhhh massssssss” efek dari perbuatanku muncul dalam bentuk suara yang pelan dan syahdu ditelingaku. Aku teruskan hujaman lidahku dan kedua bibirku menjepit telinganya. Dengan pelan dan lembut aku dengar dengusan lirih nafas Rose keluar dari hidungnya. Rintihan kenikmatan seolah olah sedang diunduhnya. Aku dorong pantatku lagi sejenak dan secara otomatis pahanya Rose membuka. Ciumanku dileher dan telinganya tidak berhenti. Bergantian dengan frequency waktu yang sama, aku jilat dan kecup. Iringan suara yang membahana pelan terdengar dengan pelan. 

“Masssss………masukkan kontholmu?” pintanya. “Ayo masssss….memeqku sudah basah” Tanpa diminta dua kali, aku turuti permintaannya. Dengan menggeser sedikit pantatnya, Rose membantuku memasukkan batangku kearah lobang nikmat yang dia punya. 

“Kontholmu hangat sekali massss?” katanya lirih. “Ooooohhhh rasanya selangit”
“Kenapa tadi kamu tidak membuka pahamu saat ku minta?” tanyaku diantara dengusan nafasku
“Aku ingin kamu ********** aku tadi” katanya memberi efek padaku. Aku semakin giras menggoyang pantatku naik turun dengan pelan. Rose menggoyang pantatnya dengan lembut. Friksi dinding vaginanya dengan kepala batreiku menimbulkan kenikmatan yang sangat tidak ada bandingnya. Tubuh kita bersatu dalam sebuah perhelatan dalam memuaskan birahi masing masing. Rose meliuk liukan badannya dibawahku, pinggulnya menggoyang goyang penisku yang tersarung dalam lorong memeqnya yang terasa hangat dan lengket. Gesekan yang terasa sangat intesive sekali. 

“Rose….burungku mau meledak. Berhenti dulu goyangmu” erangku.
“Gaaaaaaattaaaaal masssssss……mas keluarkan saja sama sama massss?” pintanya
“Jangan Rose……aku tidak mau kamu hamil” kataku tegas.
“Ambil kondom massss……..aku gatal sekali rasanya.” Perintahnya
“Aku angkat badanku dan ingin melepas batang batreiku dari lingkaran kenikmatan yang dia berikan padaku. Rasa sayang harus terlepas dari rongga kenikmatannya membuatku memasukkannya lagi hingga amblas. Buah zakarku menempel dan menyapu pahanya. 
“Ooooooooohhhh massssss……..jangan dilepas mas……..” Rose geregetan dan kembali menggoyang pinggulnya dengan keras.
Bak seperti air bah yang siap meletus, batangku sudah sangat keras dan siap meluap. Goyangan pinggul yang tanpa henti mengulek ngulek batangku yang tertanam jauh didalam lobang memeqnya dan bergesekan langsung secaara intensive dengan dinding memeqnya yang lembut dan basah.

“Ampun Rose…..aku tidak akan bisa bertahan bila kamu tidak berhenti.” Peringatku padanya. Rose hanya tersenyum menyikapi kata kataku. Matanya menatap ringan lurus kemataku dan menyelami aliran damai dalam mataku. Aku menatapnya balik dan tanganku berusaha meremas ringan bukit kecil yang menjorok keatas berbuah putting lembut. 
“Massss Polieeeee………putingku mas……..aku ingin dikecup putingku” teriaknya lirih. Aku tidak mampu melakukannya tanpa melepas batangku dari lingkaran memeqnya. 
“Ayooo masssss ……….cepat kecup dulu putingku” katanya berseru.
Aku membungkuk dan batangku yang kaku terlepas dari cengkeraman memeqnya yang lunak. “Ooooooooohhhhh” katanya setengah berseru seperti orang yang kecewa. Aku lumat putting susunya dengan lembut dan aku menyedotnya dengan penuh perasaan. 

“Ooohhhhhh massss bisa masukkan lagi batreimu” katanya setengah meminta.

Aku turuti maunya dan aku hentakkan dengan keras batang batreiku memasuki lobang nikmatnya. Rose merintih atas tindakanku terhadap memeqnya. Dia mengaduh nikmat ketika aku menariknya lagi keluar dan kepala batangku dijepit dengan bibir memeqnya yang manis. Rose mengangkat kedua lengan kakinya dan melingkarkannya kepinggangku. Aku terasa tersedot setelah dia menggerakkan kakinya untuk mendorong pinggangku menurunkan penisku kelobangnya. 

“Mas ayo genjot cepat, hajar memeqku. Gataaaaaal ….gatellllll massss” katanya
Aku gulingkan tubuhku dan aku minta dia berada diatas. Rose ogah melakukannya, tapi aku paksa dengan berdalih aku capek. Rose melakukannya juga. 

Dengan berada diatas aku bisa meremas buah dadanya yang tergantung tepat di atasku. Pinggulnya dengan ringan mulai berguncang maju mundur mengerjai batangku. Aku merasa diatas langit kenikmatan dengan kepala palkonku mentok dibagian jauh dalam memeqnya yang basah. Goyangannya membabibuta dan ulekkannya semakin keras. Batangku seperti dilempar ke dinding memeqnya berulang ulang dan dikocok kocok tanpa belas kasihan. Kenikmatan yang aku reguk terjadi terus menerus dan berulang ulang. Hingga pada sebuah pokok utama dengan meluncurnya teriakan dari mulut kecilnya. 
“Masssssssssssssssssssss?!!!!!” tubuh bugilnya ambruk dan memeqnya membetot keras batang batreiku dengan erat. Betotan bibir memeqnya memicuku untuk meledakkan cairan putih yang telah aku simpan beberapa hari. 

Badan kita basah bermandikan keringat. 

“Rose cepat pergi ke kamar mandi” kataku memintanya. “Cuci memeqmu cepat Rose.” Aku berkata dengan kalut. Aku papah tubuhnya yang lemas dan menuntunnya kedalam kamar mandi. “Uuuuuuuhhhh enak sekali mas rasanya, lega sekali” 

“Cepat cuci, aku takut Valen akan segera pulang” kataku. Aku juga melangkah masuk kedalam kamar mandi dan mencuci batreiku sementara Rose sedang jongkok di atas lobang WC untuk melepaskan kencingnya. 

“Spermamu banyak sekali mas. Tuh lihat menetes keluar.” Katanya tanpa rasa malu.


Tertangkap basah

Manusia tidak ada yang sempurna, itu juga terjadi padaku. Sepandai pandainya aku menutupi hubunganku dengan Rose, akhirnya tercium juga hubungan ini hingga tertangkap basah. 

Akhir bulan Maret, toko sangat ramai dan banyak pembeli memadati toko. Valen sudah trampil dan menguasai harga dengan sangat baik. Kira kira jam 3 siang toko sudah mulai agak sepi karena pasar tidak begitu ramai pada sore hari. Kita bersiap siap tutup, seorang langganan datang dan membeli banyak barang, langanan ini berasal dari desa Sukodono. Belanja seminggu sekali dengan jumlah yang banyak dan berbagai macam barang yang diperlukan. Terkadang Rose atau Valen harus ke gudang bagian dalam ruko untuk mengambilkan barang. Kadang pelanggan yang satu ini akan meninggalkan catatan pembelian dan pergi untuk mencari barang dagangan lainnya. 

Sementara kita menyiapkan barang, Rose mengambil beberapa barang di gudang. Setelah beberapa saat Rose tidak muncul dengan barang yang dicarinya, Vaken membantunya. 

“Rose?……..sudah ketemu?” teriaknya dari luar. Sementara aku menulis nota dibagian depan. Aku bergegas ke depan dan menutup setengah pintu karena matahari sore menatap penuh ke bagian wajah depan toko. 

“Barangnya ada dibagian atas, aku kesulitan mengambilnya. Kotaknya besar besar juga.” Jawabnya dengan agak. 

“Koh……….Rose kesulitan mengambil barangnya di gudang. Bisa bantu dulu, biar aku yang nulis bon nya.” Katanya. Aku berdiri dan berjalan kearah gudang sementara Rose masih berdiri diatas tangga. Aku menoleh kebelakang dimana Valen duduk. Agak aman karena pandangan tertutupi oleh lemari pemisah sementara Valen menghadap ke depan sehingga dia membelakangi kita. Rose memandang ke atas ingin mencoba meraih box yang akan dia ambil. Aku memandang keatas, roknya menganga didepan mataku. Aku sentuh kakinya dan merembet keatas pahanya. 

Rose menoleh kaget kearahku dan terus melihat keluar dimana Valen sedang duduk dan menulis bon kwitansi, dia ingin memastikan bahwa valen tidak melihat kita. Rose berbisik lirih “Masss…..nanti ketahuan loh?” katanya padaku. Dia menuruni tangga dan melompat turun pada anak tangga kedua. Aku menangkapnya dan tanganku meraih payudaranya. Keinginan untuk bersetubuh dengannya langsung muncul setelah beberaba minggu tidak ada waktu untuk melakukannya. Ketakutan tertangkap basah oleh Valen dan menjaga image didepannya seolah olah sirna. Ada kesempatan melakukannya di gudang ini. 

Aku tarik tanggannya Rose dibalik beberapa kotak dan mencium bibirnya dengan buas. Tanganku tidak ketinggalan meraih memeqnya. Ada kehangatan terasa ditanganku. Aku ingin sekali menggaulinya disitu juga tapi rasa was was masih menghantui dan pikiran waras masih mengontrol kemudi otakku. 

Rose melayani ciumanku dengan buas juga, ada rasa membutuhkan sesuatu dari sirit matanya. Tiba tiba dia mendorongku lirih.

“Mas cepat naik tangga……….valen nanti curiga kenapa kita begitu lama” katanya. “Nanti malam kekamarku mas………..” pintanya lagi. 

Aku memandangnya dengan tidak percaya tapi juga penuh harap. Untuk memulai mungkin sulit tetapi karena ada undangan maka dengan segala cara harus segera terlakasana. Aku maju selangkah kedepan dan kembali mengecup bibirnya dengan lembut. Ada rasa rindu untuk bergumul dengannya lagi. Dan tawaran Rose untuk malam ini tidak boleh terlewatkan. 

Aku menaiki tangga dan meraih kotak yang diminta. Aku ambil satu persatu dan memberikan pada Rose. Saat semua sudah terambil kita taruh bersama didalam kardus. Setelah beberapa saat kita bawa kardu besar itu dan menaruh sisa seluruh barang yang dipesan.
Valen masih sibuk menulis bon dan menghitung harga. Kelihatannya sangat sibuk. Aku siapkan kerdus dan menempatkannya dipintu keluar toko supaya cepat selesai. Rose merapikan barang barang karena toko sudah hampir tutup. Aku dan Rose mengatur barang barang yang kosong setelah selesai dengan pekerjaan masing masing. Kira kira setengah jam kemudian pelanggan tadi telah datang dan menyelesaikan pembayaran. Aku berjalan kearah gudang dimana barang barang yang diturunkan harus dikembalikan. 

“Koh, aku naik dulu ya, mau cuci baju” Valen berkata sambil berlalu.
“Ya…..nanti biar aku yang menghitung uangnya” kataku menjawab.

{Valen mencuci sendiri baju bajunya, kadang kalau mencuci malam hari. Setelah mencuci biasanya dilanjutkan dengan mandi. Sehingga terkadang dia agak lama berada didalam kamar mandi. Terkadang dia tidak begitu disiplin dengan kerjaan mencuci bajunya. Terkadang hingga 4 atau lima hari baju bajunya tidak tercuci. Dia tumpuk di lantai atas dimana kita biasanya mencuci.

Valen mempunyai sebuah baju biru yang terbuat dari bahan kaos. Dia memakai baju itu untuk tidur. Bila dia memakai baju itu biasanya payudaranya nampak begitu indah dari luar. Seolah olah baju yang dia pakai dipotong dan didesain untuk menunjukkan kemolekannya. Bila kita sedang nonton TV bersama dan dia memakai baju itu, ingin sekali aku menelanjangi dan mengecup susunya. Asset yang paling menarik yang sering membuatku tidak tidur adalah teteqnya. Kadang aku membayangkan bisa melucuti apa yang dia pakai untuk menutupi assetnya itu.}

Setelah beberapa saat Valen naik aku menyelesaikan apa yang tertinggal di gudang tadi dengan Rose. Setelah kelar, aku menuju ke bagian depan toko untuk menghitung uang hari itu. Kegiatan ini selalu aku lakukan setiap hari. Kadang sendiri, kadang Valen atau Rose membantuku. Bila Toko sangat rame, kita bertiga menghitung uang sama sama. Terkadang kita bisa mendapat hingga 15 juta. 

“Rose kamu bantu aku hitung uang ya?” pintaku padanya.
“Ya mas…..aku ke toilet dulu” katanya menjawabku.

Aku keluarkan uang dari laci uang dan menaruhnya di atas meja. Aku merasa sangat gerah sehingga aku berkeringat dan kaos yang aku pakai terasa lengket dan basah oleh keringatku. Aku mulai mengatur uang ketika Rose datang.

“Kok lama Rose………..?” tanyaku padanya.
“Aku keatas sebentar mas, Valen mencuci bajunya dilantai atas. Hanya pakai BH dan celana dalam saja. Dia kaget ketika aku muncul. Dia kira Mas Polie yang datang sehingga dia teriak kaget.” Jelasnya.
“Aku kok ngga dengar dia teriak” kataku menjawabnya. Pikiranku terpengaruh dengan ceritanya Rose. Aku ingin segera lari naik untuk membuktikan sendiri apa yang dikatakan oleh Rose padaku.
“Teriak lirih…mana bisa didengar dari sini” katanya. “Mas Polie senang ya setelah Valen tinggal disini sekarang” katanya memancingku
“Maksudmu apa Rose” kataku bertanya
“Kan ada bidadari berdada besar dengan kulit putih lagi” katanya.
“Dada besar atau kecil sama Rose” kataku pendek. “Hanya dada saja apa bedanya, punyamu menggairahkan” lanjutku lagi.

“Mas bohong besar. Memang lelaki kalau omong pintar sekali” katanya

“Coba kamu buka Bhmu, Pasti nanti aku berpengaruh dengan burungku” kataku sambil meriah dadanya. Aku tarik turun bagian leher kaosnya untuk menengok dadanya. Aku berdiri dan mendekati Rose, sehingga Rose tidak bisa bergerak menjauh. Aku tarik tangannya dengan tangan kiriku untuk mendekat dan melumat kembali bibirnya seperti sebelum toko tutup. Rose meraih batang bateraiku dengan tangan kirinya. Dia remas agak keras sehingga aku mengaduh. Rose kaget ketika aku teriak.
“Sorry, mas. Aku gemes kalau udah pegang burungnya mas” katanya
“Ayo Rose begini?” ajakku sambil mengangkat tanganku dengan ibu jari kujepitkan diantara bagian jari tengah dan jari telunjuk yang terlipat.
“Aku sudah siap mas dari tadi” katanya
Aku meraih memeqnya dengan tangan kananku. Dan benar, dia sudah melepas celana dalamnya. Memeqnya sudah basah.
“Kira kira Valen akan turun tidak Rose. Aku takut dia nanti melihat kita ketika kita begituan. 
“Mungkin tidak mas, karena dia sedang mencuci. Biasanya kalau dia mencuci agak lama” katanya setengah berbisik.
Aku dekatkan mulutku ke telinganya dan menghembuskan pelan nafasku ke lobang telinganya. Desahan pelan dan gelinjang ringan menggoyang tubuhnya. Tubuhnya meliuk ringan mendekat rapat ketubuhku. 

“Sebaiknya kita digudang saja mas, kalau Valen turun atau sudah selesai mencuci dia tidak akan melihat. Kalau disini riskan, dia bisa melihat kita dari atas tangga.” Katanya menyarankan. 
“Ya sudah kamu jalan duluan, aku masukkan kembali uang hari ini. Takutnya nanti Valen turun.” Kataku padanya dengan bergegas aku segera memasukkan kembali uang uang yang tadi aku tumpahkan kedalam laci dimana aku tadi mengambilnya. Sementara itu Rose sudah berjalan ke arah gudang. Pintu dia buka dan dia berjalan memasuki ruangan gudang. Aku melihatnya dengan seksama dengan jakun dileher naik turun. 

“Aku ingin keatas sebentar” pikiranku berkata. “Aku ingin tahu apakah Valen akan lama diatas mencuci bajunya. Tanpa sepengetahuan Rose yang sudah berada didalam gudang aku naik keatas dimana Valen sedang mencuci baju bajunya. Dari arah bawah aku mendengar suara air beradu dengan baju baju yang sedang dicuci. Dengan pelan dan tanpa bersuara aku melangkah mendekati jendela dimana Valen sedang mencuci bajunya. Mengendap endap perlahan aku mendekat dan melongokkan kepalaku ke jendela. Jantungku berdebar debar dengan tingkahku sendiri, aku hampir saja tidak bisa mengendalikannya. Ketika aku melongok, kepala adalah bagian teratas yang terlihat terlebih dahulu. Dia memunggungi aku dan aku nampak leluasa melihat dan memandangnya. Valen sedang duduk berjongkok dengan punggung terlihat. Tali Bh yang dia pakai menghiasi pundak dan wajah punggungnya yang putih mulus. Celana dalam yang dia pakai berwarna hitam sangat kontras dengan warna kulit yang membungkus tubuhnya. Dibagian pinggang dan pinggul daging berat membungkus dan membentuk gundukan indah yang sangat kontras dengan kulitnya Rose. Dengan sangat waspada dan penuh kekawatiran aku berusaha menjaga keberadaanku dibelakang jendela. Pinggulnya yang penuh sangat merangsang dan membuat imajinasiku melayang layang. 

Aku tertantang untuk melihat isi cup BH yang dia pakai. Pikiranku berteriak teriak mendesak “Aku ingin tahu isi bungkusan yang menempel di bhnya”. Batreiku dan telurku mendidih rasanya hanya membayangkan teteqnya Valen. Suara pelan dari bagian bawah menyadarkan aku bahwa Rose sedang menungguku di ruangan gudang. Segera aku melangkah turun tangga dengan cepat dan bergegas ke arah gudang dimana Rose masih sedang menunggu.

“Kenapa kamu lama sekali mas?” tanyanya agak cemberut. Tidak ada rasa curiga dari nada suaranya. “Aku hampir saja batal deh kalau menunggu terlalu lama”
“Aku keatas mengambil kunci” kataku pelan. Dengan lembut aku tarik tangannya dan menyungsepkan tanganku kebalik rok yang dia pakai. Memeq segarnya terasa diujung jariku. 

Aku terpengaruh dengan bayangan mulus putihnya Valen sehingga botolku sudah mengeras. Aku ingin sekali mencabik cabik memeqnya Rose dengan sepuluh jariku. Dalam otakku wanita didekapku adalah Valen yang sedang mencuci baju diatas. Bayangan tubuhnya mengontrol kendaliku dalam memandang wajah Rose yang didepan mataku. Aku rebahkan Rose di tumpukan kerdus yang tidak terpakai dan menari keatas ujung rok yang sedang dia pakai. Naluriku menggelegar untuk segera menjilat memeqnya yang terhampar didepan mata. Rose pasrah dengan menuruti apa yang aku mau. Aku buka kedua belah pahanya dengan agak kasar dan Rose tertawa ringan seolah olah dia telah bisa mengobarkan nafsuku. 

Aku dekatkan mulutku ke bibir memeqnya dengan pelan dan menempelkan seluruh balutan bibirku. Aku keluarkan lidahku dan menjilat bagian luar bibir luar memeqnya. Suara lenguhan mendengung pelan mendesah dan mencerca hangat memohon untuk dilanjut. Bukan perintah yang membuatku melanjutkan tindakanku tetapi suara gaduh yang keluar dari mulut halusnya. Rose tidak terkendali dengan apa yang aku lakukan. Merintih dan mendesis disertai goyangan ringan menggelesot kesana kemari. Tangannya mencengkeram rambut tambut panjang yang tumbuh di kepalaku. Seperti ingin membenamkan mukaku kesekujur memeqnya aku dipaksa untuk memuaskan birahi yang dia timbun beberapa minggu. 

1 komentar:

  1. MANTAP SOB... POSTINGNYA DITAMBAH LAGI DONK... SOB YANGPENGEN NONTON BOKEP PALING HOT ..TINGGAL KLIK SALAH SATU AJA SOB... GA PAKE DONWLOAD.....

    SERI 1
    ======
    [+][+] --->>> BOKEP ABG SMU BANDUNG
    [+][+] --->>> BOKEP TETANGGA SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI BCA
    [+][+] --->>> BOKEP SMP TANGERANG
    [+][+] --->>> BOKEP PEMBANTU TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP DI KOS KOSAN
    [+][+] --->>> BOKEP BISPAK MONTOK
    [+][+] --->>> BOKEP ML 4 CEWEK
    [+][+] --->>> BOKEP SEKRETARIS
    [+][+] --->>> BOKEP TANTE GIRANG

    SERI 2
    =====
    [+][+] --->>> BOKEP MAHASISWI
    [+][+] --->>> BOKEP PNS SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP BULE TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP SMA MULUS
    [+][+] --->>> BOKEP SMP HORNY
    [+][+] --->>> BOKEP SPG BAJU KETAT
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI MALL SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP SALON PLUS
    [+][+] --->>> BOKEP SEKRETARIS
    [+][+] --->>> BOKEP CINA

    SERI 3
    =====
    [+][+] --->>> BOKEP ARAB
    [+][+] --->>> BOKEP BULE SANGE
    [+][+] --->>> BOKEP ARAB TOGE
    [+][+] --->>> BOKEP THAILAND HORNY
    [+][+] --->>> BOKEP GURU MANIAK
    [+][+] --->>> BOKEP SEKS BEBAS
    [+][+] --->>> BOKEP PESTA SEKS
    [+][+] --->>> BOKEP MAIN DI SUNGAI
    [+][+] --->>> BOKEP ABG JAKARTA
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI BANK
    [+][+] --->>> BOKEP 5 CEWEK SEKSI
    [+][+] --->>> BOKEP PEGAWAI SALON PLUS




    ------------->>> TRIMS YA GAN... SALAM SUKSES AJA BUAT AGAN....

    BalasHapus